Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

BMKG Ungkap Penyebab Gempa Kembar Banten

Berdasarkan keterangan resmi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), gempa pertama terjadi pada pukul 10.48 WIB dengan parameter awal gempa pertama M 5,0.

Episenter gempa bumi pertama terletak pada koordinat 6,59 LS dan 105,45 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 17 kilometer arah Barat Laut Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten pada kedalaman 10 kilometer.

Selanjutnya, gempa kedua memiliki parameter awal yaitu M 5,4 yang kemudian dilakukan pemutakhiran menjadi M 4,9 dan M 5,2.

Episenter gempa bumi kedua terletak pada koordinat 6,64 LS dan 105,43 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 16 km arah Barat Laut Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten pada kedalaman 10 kilometer.

Lantas, apa yang menjadi penyebab terjadinya gempa kembar Banten ini?

Kemarin, BMKG menyebutkan bahwa dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar lokal.

Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan, bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan sesar naik (thrust fault). 

Kemudian, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Mitigasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dr Daryono mengatakan, bahwa awalnya penyebab gempa tersebut juga diduga berasosiasi dengan aktivitas sesar aktif dasar laut dengan mekanisme geser kanan (dextral).

Namun, setelah melakukan kajian lebih lanjut, Daryono menegaskan bahwa penyebab gempa kembar Banten adalah patahan turunan.

"Penyebabnya ada patahan dengan mekanisme turun (atau normal fault)," kata Daryono kepada Kompas.com, Senin (24/5/2021).

Dihubungi secara terpisah, Gayatri Indah Marliyani, pakar Tektonik Aktif Geologi Gempa Bumi dari Pusat Studi Bencana Alam (PSBA) Universitas Gadjah Mada (UGM) juga berpendapat, penyebab gempa kembar biasanya berkaitan dengan area geologi titik pusat gempa.

"Penyebabnya biasanya pada area yang struktur geologinya kompleks, di mana terdapat banyak sesar yang berdekatan dan berada pada daerah dengan tekanan tektonik yang besar," kata Gayatri kepada Kompas.com, Senin (24/5/2021).

"Seperti di selat Sunda ini, jika satu sesar bergerak maka akan mudah mempengaruhi tingkat kestabilan sesar yang di dekatnya sehingga terjadi gempa bumi yang berdekatan waktunya," tambahnya.

Sementara itu, mengenai dugaan mekanisme dextral sebelumnya. Menurut Gayatri, hal itu mungkin dilihat dari analisa mekanisme fokal kedua event tersebut.

Kedua gempa yang terjadi itu menunjukkan orientasi sesar yang bergerak berbeda, yang satunya cenderung berarah barat laut-tenggara. Sedangkan, gempa kedua bergerak ke arah timur laut.

Keduanya memiliki mekanisme berupa sesar oblique dengan komponen geser, gempa yang pertama komponen gesernya dominan sinistral (geser mengiri), sementara yang gempa kedua dominan dextral (geser menganan).

"Penyebutan dextral dan sinistral itu ditentukan berdasarkan pergerakan blok batuan di sisi kanan dan kiri bidang sesarnya," kata dia.

Kalau pergerakan blok sesar di sebelah kanan kita bergerak mendekat, maka disebut sebagai sesar geser dextral (menganan) dan sebaliknya.

Akan tetapi, dengan kajian lanjutan yang diberikan, jelas diketahui penyebab dari gempa kembar yang terjadi di Banten kemarin adalah patahan turunan seperti yang disampaikan oleh Daryono.

Sebagai informasi, dalam sehari kemarin, sudah terjadi 35 kali gempa di Banten. Dari 35 gempa itu, gempa paling ringan terjadi dengan kekuatan M 2,1.

Sementara itu, gempa paling kuat berkekuatan M 5,0 dan M 5,4 yang terjadi menjelang siang, dan kemudian diidentifikasi sebagai gempa kembar.

Gempa lainnya terjadi dengan kekuatan M 4,4 pada pukul 11.33 WIB. Sedangkan sisanya berkekuatan antara M 2,1 sampai M 3,5.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/05/24/184432623/bmkg-ungkap-penyebab-gempa-kembar-banten

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke