Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

[HOAKS] Gempa Mamuju, BMKG Bantah Intruksikan Warga Tinggalkan Mamuju

KOMPAS.com- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menegaskan tidak pernah mengintruksikan warga untuk meninggalkan Mamuju pascagempa bumi bermagnitudo M 6,2 yang mengguncang wilayah tersebut pada Jumat (15/1/2021).

"BMKG hanya mengeluarkan imbauan terkait arahan evakuasi untuk menyelamatkan diri, bukan eksodus meninggalkan Mamuju," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangan tertulisnya dari Mamuju, Senin (18/1/2021).

Dwikorita berkata, imbauan tersebut disampaikan saat rakor Gempa Mamuju-Majene Sabtu (16/1) malam sehingga tidak benar jika beredar teks percakapan WhatsApp yang berisi informasi seolah BMKG menginstruksikan meninggalkan Mamuju sesegera mungkin.

"Informasi ini tidak benar dan dapat dikategorikan sebagai berita bohong (hoaks)," tegas Dwikorita. 

Peringatan resmi BMKG

Adapun, peringatan yang benar-benar dikeluarkan resmi oleh BMKG adalah sebagai berikut.

1. Potensi gempa bumi susulan

BMKG secara resmi dan tegas mengeluarkan peringatan terhadap adanya potensi gempa susulan yang masih dapat terjadi seperti lazimnya pasca terjadinya gempa kuat.

Oleh karena itu, masyarakat memang diminta agar terus mewaspadai kemungkinan tersebut, di mana gempa bumi susulan ini juga berpeluang terjadi dengan kekuatan magnitudo yang signifikan, yaitu tetap M 6,2 atau lebih kuat dari itu.

2. Pergi dari rumah yang rusak

Masyarakat memang dimintai untuk pergi dan sementara ini tidak lagi menempati tempat tinggal atau rumahnya yang sudah retak, rusak seluruh maupun rusak sebagian.

Sebab, jika terjadi gempa susulan signifikan dapat mengalami kerusakan yang lebih berat bahkan dapat roboh bangunan rumah itu.

Sehingga, jika masih tetap berusaha tinggal di rumah yang retak, rusak sebagian itu, maka akan meningkatkan risiko tertimpa puing-puing bangunan tersebut.

3. Warga di pesisir diimbau mengevakuasi diri

Selain meninggalkan bangunan yang retak  atau rusak, warga yang tinggal di pesisir pantai juga diimbau untuk segera melakukan evakuasi mandiri menjauhi pantai jika terjadi gempa kuat di pantai.

Dikarenakan, belajar dari pengalaman sejarah bahwa pesisir Majene pernah terjadi tsunami pada tahun 23 Februari 1969 akibat gempa bumi dengan kekuatan magnitudo M 6,3.

Di mana pada sejarah gempa yang memicu tsunami pada saat itu telah mengakibatkan 64 orang meninggal dunia, 97 orang terluka dan 1287 bangunan fasilitas umum serta rumah warga rusak di empat desa.

"Segera melakukan evakuasi mandiri dengan cara menjauh dari pantai, dengan cara menjadikan gempa kuat yang dirasakan di pantai sebagai peringatan dini tsunami. Hal ini akan efektif menyelamatkan masyarakat pesisir jika sumber gempa kuat yang terjadi berada dekat pantai, karena waktu emas penyelamatan tsunami sangat singkat," jelas Dwikorita.

4. Hindari kawasan perbukitan 

Tidak hanya warga di pesisir pantai, tetapi masyarakat yang tinggal di kawasan perbukitan atau yang melewati jalan di tepi tebing curam juga harus berhati-hati dan tetap waspada selalu.

Masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan karena gempa susulan signifikan dapat memicu terjadinya longsoran (landslide) dan runtuhan batu (rock fall). 

Kondisi tersebut juga sangat berisiko terlebih lagi saat ini musim hujan yang dapat memudahkan terjadinya proses longsoran, karena kondisi tanah lereng perbukitan basah dan labil setelah diguncang dua kali gempa kuat. 

Untuk itu masyarakat diminta agar tidak percaya dengan berita bohong (hoaks), tetapi terus memantau dan mengikuti informasi resmi yang bersumber dari lembaga resmi seperti BMKG dan arahan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ataupun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

https://www.kompas.com/sains/read/2021/01/18/180200423/-hoaks-gempa-mamuju-bmkg-bantah-intruksikan-warga-tinggalkan-mamuju

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke