Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Virus Corona dan Kelelawar, Berevolusi Bersama Selama Jutaan Tahun

KOMPAS.com - Sejak virus corona baru, SARS-CoV-2 ditetapkan sebagai pandemi global, kelelawar menjadi perhatian para ilmuwan dan disebut paling bertanggung jawab atas wabah ini.

Dalam ekosistem alam, kelelawar memiliki banyak manfaat bagi dunia. Bagi pertanian, kelelawar membantu penyerbukan, memakan serangga pembawa penyakit dan menyebarkan benih membantu regenerasi pohon di hutan tropis.

Namun, kelelawar dan sejumlah kelompok mamalia lain juga merupakan pembawa alami virus corona.

Melansir Phys, Jumat (24/4/2020), untuk lebih memahami kelompok virus yang sangat beragam ini, termasuk virus corona Covid-19, para ilmuwan melakukan studi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan jenis virus corona yang hidup dalam 36 spesies kelelawar yang ada di Samudera Hindia bagian barat dan daerah terdekat Afrika.

Hasilnya, ilmuwan menemukan berbagai kelompok genus kelelawar dan dalam beberapa kasus tingkat keluarga kelelawar memiliki jenis strain virus yang unik.

Ilmuwan menyimpulkan kelelawar dan virus corona telah berevolusi bersama selama jutaan tahun.

"Kami menemukan ada sejarah evolusi yang mendalam antara kelelawar dan virus corona," kata penulis makalah penelitian ini, Steve Goodman, dari MacArthur Field Biologist di Chicago's Field Museum.

Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam Science Reports ini telah mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana virus corona berkembang dan dapat membantu peneliti membangun program kesehatan masyarakat di masa depan.

Studi ini dipimpin ilmuwan dari Université de La Réunion, Léa Joffrin dan Camille Lebarbenchon yang melakukan analisisi genetika di laboratorium Processus infectieux en milieu insulaire tropical (PIMIT) di Pulau Réunion.

Fokus penelitian adalah pada munculnya penyakit menular di pulau-pulau yang ada di Samudera Hindia bagian barat.

Mempelajari virus corona secara umum

Banyak orang yang menggunakan virus corona sebagai sinonim untuk Covid-19, jenis virus yang menyebabkan pandemi saat ini.

Namun, ada banyak jenis virus corona yang berbeda, berpotensi pada banyak spesies kelelawar, dan kebanyakan dari mereka tidak diketahui dapat mentransmisi ke manusia, serta kemungkinan ancaman yang tidak diketahui.

Dalam makalah ini, virus corona yang dibawa oleh kelelawar yang dipelajari berbeda dari virus yang telah menyebabkan Covid-19.

Studi tersebut berfokus pada virus corona yang dibawa kelelawar secara umum, sehingga pengaruh virus dapat lebih dipahami, seperti yang terjadi saat ini.

Semua hewan memiliki virus yang hidup dalam tubuhnya, dan kelelawar, serta berbagai kelompok mamalia lain, kebetulan merupakan pembawa alami virus corona.

Mungkin, virus corona ini tampak tidak berbahaya bagi kelelawar, tetapi ada potensi bahaya dari mamalia terbang ini bagi hewan lain, jika virus memiliki peluang untuk berpindah antar spesies.

Studi yang dilakukan tersebut meneliti hubungan genetik antara berbagai jenis virus corona dan hewan yang mereka tinggali, untuk lebih memahami tentang transfer virus dari hewan ke manusia.

Goodman, mengambil swab dan beberapa sampel darah dari seribu lebih kelelawar yang mewakili 36 spesies yang ditemukan di pulau-pulau di Samudera Hindia bagian barat, serta wilayah pesisir Afrika di Mozambik.

Hasil penelitian menunjukkan, sebanyak 8 persen dari kelelawar yang diteliti membawa virus corona.

"Ini adalah perkiraan yang kasar dari proporsi kelelawar yang terinfeksi. Namun ada peningkatan bukti variasi musiman dalam sirkulasi virus ini," kata Camille Lebarbenchon, Ahli Ekologi Penyakit di Université de La Réunion.

Virus corona yang ada pada kelelawar ini diteliti dengan analisis genetik. Dengan membandingkan virus corona yang diisolasi dan diurutkan dalam konteks penelitian ini dengan virus dari hewan lain.

Termasuk lumba-lumba, alpacas, dan manusia, sehingga mereka mampu membangun pohon keluarga virus corona raksasa.

Silsilah keluarga ini menunjukkan bagaimana berbagai jenis virus corona saling berhubungan satu sama lain.

"Kami menemukan sebagian besar, masing-masing genera yang berbeda dari keluarga kelelawar yang memiliki sekuens virus corona, memiliki turunannya sendiri," kata Goodman.

Goodman menambahkan berdasarkan sejarah evolusi dari kelompok kelelawar yang berbeda, jelas bahwa ada koeksistensi yang mendalam antara kelelawar, yakni pada tingkat genus dan keluarga dan virus corona yang terkait.

Misalnya, kelelawar buah keluarga Pteropodidae dari berbagai benua dan pulau, membentuk kelompok di pohon keluarga mereka dan secara genetik berbeda dari jenis virus corona kelompok kelelawar lain yang ditemukan di zona geografis yang sama.

Kelelawar tidak harus dimusnahkan

Mempelajari bagaimana berbagai jenis virus corona berevolusi bisa menjadi kunci untuk mencegah wabah virus corona di masa yang akan datang.

Patrick Mavingui, ahli ekologi mikroba dan kepala Laboratorium PIMIT menambahkan pengembangan metode serologis yang menargetkan strain virus corona yang beredar di Samudera Hindia akan membantu menunjukkan bagian yang terpisah dalam populasi manusia.

"Dan membantu melihat bagaimana interaksinya dengan inang, ini akan memungkinkan pemahaman yang lebih baik tentang risiko munculnya wabah virus ini," jelas Mavingui.

Goodman mengatakan informasi dari penelitian ini penting untuk kesehatan masyarakat.

Terlepas dari kenyataan kelelawar membawa virus corona, dia menjelaskan tidak seharusnya satwa ini dimusnahkan atas nama kesehatan masyarakat.

Ada banyak bukti bahwa kelelawar memiliki fungsi penting dalam keseimbangan ekosistem.

"Kebaikan yang mereka (kelelawar) lakukan untuk kita melebihi potensi negatif apa pun (wabah virus corona)," jelas Goodman.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/04/24/160300523/virus-corona-dan-kelelawar-berevolusi-bersama-selama-jutaan-tahun

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke