Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Optimisme dari Subang Pasca-peresmian Pelabuhan Internasional Patimban

Lokasinya strategis berada di antara kawasan segitiga Bekasi, Karawang, dan Purwakarta yang merupakan sentra kawasan industri Nasional.

Selain itu, Subang juga diapit dan dikelilingi sejumlah infrastruktur yang masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) baik yang sudah, sedang, dan akan dikerjakan.

Sebut saja Jalan Tol Trans-Jawa ruas Tol Cikopo-Palimanan (Cipali), Jalan Tol Akses Patimban, Jalan Akses Patimban, Kereta Cepat Jakarta-Bandung, dan Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati.

Terlebih setelah Tahap Pertama Pelabuhan Internasional Patimban diresmikan Presiden Joko Widodo pada 20 Desember 2020, makin menahbiskan Subang sebagai kawasan yang sangat menjanjikan.

Pelabuhan Internasional Patimban ini meliputi empat tahap. Tahap I yang meliputi area terminal, sea wall, jalan akses, jembatan penghubung dan terminal kendaraan, telah rampung.

Kemudian Tahap III merupakan terminal peti kemas dari kapasitas kargo sebesar 5,5 juta direalisasikan pada 2024-2025.

Terakhir Tahap IV yang merupakan terminal dengan akumulasi 7,3 TEUs direncanakan mulai konstruksi pada 2026-2027.

Melihat perkembangan ini, Tahun 2021 dianggap sebagai momen kebangkitan pasar industri Indonesia.

Knight Frank Asia Pacific memprediksi setelah pandemi, pasar industri Indonesia akan mengalami perbaikan secara gradual, atau bahkan stabil menuju pertumbuhan.

Prediksi ini disusun berdasarkan rekam jejak serapan dan potensi yang ada saat ini, dengan data centre sebagai salah satu penyerap lahan yang potensial.

Associate Director Strategic Consultancy Knight Frank Donan Aditria mengatakan, tersedianya vaksin dan program pemulihan ekonomi nasional (PEN) juga akan memberikan dorongan terhadap pertumbuhan sektor industri.

"Selain itu juga penerbangan internasional ikut memengaruhi," ujar Donan menjawab Kompas.com.

Donan menuturkan, perkembangan Subang cukup menjanjikan jika dilihat dari harga tanah yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan area Bekasi atau Cikarang, dan Karawang, atau area lain di Jadebotabek.

Untuk diketahui, harga lahan industri di Bekasi dan Cikarang sudah menembus angka Rp 4,6 juta per meter persegi. 

Sementara harga lahan industri di Bogor mencapai Rp 4,1 juta per meter persegi, Tangerang Rp 3,8 juta per meter persegi, serta Karawang seharga Rp 2,7 juta per meter persegi.

Adapun permintaan harga sewa lahan di kawasan-kawasan industri tersebut saat ini rata-rata sebesar Rp 56.000 per meter persegi.

Sedangkan harga lahan di Subang masih berada di bawah Rp 1,5 juta per meter persegi.

Namun demikian, imbuh Donan, jika ingin bermain di Subang, pengembang kawasan industri harus pintar memberikan kemudahan dalam jangka pendek untuk mengundang calon investor pada awal pembangunan.

Misalnya dengan memberikan cicilan langsung ke pengembang dengan skema pembayaran menarik.

"Tak bisa hanya mengandalkan infrastruktur konektivitas yang dibangun Pemerintah, pengembang juga harus menyediakan sarana dan perangkat keamanan, ketersediaan air, listrik, pengelolaan limbah, fasilitas angkutan barang seperti kereta dan bea cuka (dry port) dan sebagainya," tutur Syarifah.

Kawasan mandiri yang lengkap dengan fasilitas pendukung juga diperlukan, sehingga investor tidak bergantung pada fasilitas di area sekitarnya.

Seperti basic needs dari sektor residential (low rise residential), ritel (mini market), hiburan (foodcourt, mini golf) sebaiknya disediakan di dalam lokasi tersebut.

Hingga saat ini, dalam catatan Knight Frank, ada banyak investor asing yang sudah dan akan membenamkan fulusnya di Subang. Mereka beradal dari China yang bergerak di bidang elektronik, Amerika Serikat dan Korea Selatan yang juga di bidang elektronik.

Kemudian investor asal Jepang yang memiliki konsentrasi di bidang otomotif dan manufaktur serta Taiwan dengan industri terkait otomotif.

Adapun investor asing yang tertarik dengan Karawang berasal dari China dengan konsentrasi pengolahan makanan, Amerika Serikat yang merupakan data center.

Hal senada dikemukakan VP Head of Investor Relations PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) Erlin Budiman yang mengatakan bahwa investor asing meminati kawasan Subang.

Kurang dari sebulan setelah ground breaking Subang Metropolitan yang dikembangkan PT Suryacipta Swadaya, anak usaha SSIA, telah mendapat konfirmasi permintaan seluas 200 hektar dari investor asing.

"Investor asing ini didominasi oleh Jepang, terutama dari perusahaan yang terkait otomotif. Disusul China dari sektor manufaktur. Kemudian Korea Selatan, Taiwan, dan Eropa yang merupakan produsen bahan bangunan," tutur Erlin kepada Kompas.com, Selasa (15/12/2020).

"Angka ini tertinggi di Indonesia," kata Deputi Perencanaan Penanaman Modal BKPM Nurul Ichwan.

Sementara untuk realisasi investasi asing dan dalam negeri sepanjang sembilan bulan tahun 2020 di Jawa Barat mencapai Rp 86,3 triliun atau 14,1 persen dari total realisasi investasi secara Nasional.

Menurut Ichwan, kehadiran Subang Smartpolitan menjawab persoalan realisasi investasi yang selama ini menjadi momok yakni status lahan.

"Nah, dengan adanya kawasan industri yang telah dialokasikan (plotting) peruntukannya, dan dilengkapi dengan fasilitas pengolahan limbah serta fitur teknologi pendukungnya, maka persoalan status lahan itu tidak lagi masalah," tutur Ichwan.

Selain itu, jika kelak lot kawasan industrinya telah diisi dan dioperasikan perusahaan-perusahaan dengan ribuan karyawan dan tenaga ahli, maka kebutuhan akan fasilitas sekolah, kesehatan, hunian pun akan meningkat.

Tentu saja, hal ini berdampak signifikan terhadap pergerakan dan pertumbuhan ekonomi kawasan.

https://www.kompas.com/properti/read/2021/01/01/123401821/optimisme-dari-subang-pasca-peresmian-pelabuhan-internasional-patimban

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke