Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Leila S Chudori
Penulis & Wartawan

Penulis, Wartawan, Host Podcast "Coming Home with Leila Chudori"

Anti-perundungan dalam Novel Keigo Higashino

Kompas.com - 13/10/2021, 10:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEORANG novelis best seller Jepang, Kunihiko Hidaka, ditemukan tewas terbunuh di rumahnya tepat sehari sebelum keberangkatannya ke Kanada.

Kematiannya menggemparkan dunia industri buku, pembaca dan kritikus karena Hidaka memang seorang penulis yang namanya sedang melesat.

Syahdan kawan Kaga, seorang penulis cerita anak bernama Osamu Nonoguchi menjadi salah satu saksi peristiwa ini. Menurut pengakuannya, Nonoguchi sempat mengunjungi rumah Hidaka dan berbincang dengan Hidaka pada hari yang muram itu.

Peristiwa pembunuhan yang terlihat "sederhana" ternyata membawa Detektif Kyochiro Kaga kepada perjalanan panjang yang rumit dan berlapis-lapis hingga ke masa lalu perkawanan antara kedua penulis itu.

Inilah yang kita temukan dalam novel "Malice" karya Keigo Higashino yang sudah diterjemahkan menjadi "Catatan Pembunuhan Sang Novelis" diterbitkan Gramedia Pustaka Utama.

Bersama Pemimpin Redaksi Femina Petty Fatimah, program podcast "Coming Home with Leila Chudori" membahas betapa berbeda dan uniknya novel karya Keigo kali ini.

Jika pada karya-karya detektif karya Keigo lainnya--baik seri Detektif Kaga maupun Detektif Galileo--lazimnya kita membaca kisah prosedural kejar mengejar jejak pembunuh gaya "whodunnit", maka novel "Malice", penulis Keigo Higashino memilih pendekatan yang berbeda.

Pertama, seperti yang diindikasikan Petty Fatimah dalam perbincangan podcast, novel ini menggunakan dua sudut pandang atau dua suara, yakni suara Osamu Nonoguchi yang memberikan kesaksian secara terbuka dan blak-blakan; kedua suara sang detektif Kaga.

Keigo sengaja membedakan gaya bahasa mereka sesuai karakter masing-masing. Nonoguchi sebagai seorang penulis cerita anak cenderung menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek, sementara Detektif Kaga menggunakan bahasa dewasa yang lebih kompleks dan penuh analisis.

Hal berikut yang membedakan novel ini dengan novel detektif lainnya adalah karena sejak awal, penulisnya sudah membuka siapa pembunuhnya.

Meski ini bukan ide original, namun teknik seperti ini jarang menjadi pilihan karena pembaca (atau penonton film detektif) lebih suka menemukan pembunuhnya pada akhir cerita.

Keigo Higashino sengaja memilih format seperti ini karena dia ingin menekankan "mengapa" dan "bagaimana" pembunuhan itu terjadi.

Soal "mengapa" peristiwa ini bisa terjadi akhirnya membawa Detektif Kaga dan pembaca ke puluhan tahun silam, ketika kedua penulis itu masih duduk di bangku SMP.

Yang lebih menarik lagi, novel ini juga membuka sebagian masa lalu pribadi Detektif Kaga yang penuh trauma. Di masa Keigo masih berprofesi sebagai guru, dia pernah merasa gagal menghentikan kasus perundungan antar muridnya.

Tema bullying, perundungan serta plagiarisme yang berakhir pada pembunuhan adalah hal yang penting dibahas secara terbuka, karena ini persoalan-persoalan yang terjadi secara universal, termasuk di Indonesia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com