Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Agnes Setyowati
Akademisi

Dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Pakuan, Bogor, Jawa Barat. Meraih gelar doktor Ilmu Susastra dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Aktif sebagai tim redaksi Jurnal Wahana FISIB Universitas Pakuan, Ketua Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) Komisariat  Bogor, dan anggota Manassa (Masyarakat Pernaskahan Nusantara). Meminati penelitian di bidang representasi identitas dan kajian budaya.

Belajar Karakter Manusia dari Film Voyagers (2021)

Kompas.com - 31/05/2021, 13:56 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

VOYAGERS adalah film science-fiction, adventure dan thriller besutan sutradara asal Connecticut, Amerika Serikat, Neil Burger yang bercerita tentang perjalanan luar angkasa untuk menempati planet baru dan membentuk peradaban manusia.

Misi tersebut dilakukan karena kondisi bumi yang diprediksi sudah tidak layak dihuni akibat global warming yang semakin parah, perang antarnegara, over-populasi, ketersediaan pangan yang semakin menipis, dan lain-lain.

Namun, untuk mencapai planet baru diperlukan waktu kurang lebih 86 tahun atau setidaknya tiga generasi sehingga untuk memulai ekspedisi tersebut ilmuwan mengembangbiakan 30 bayi tabung yang dipilih dari bibit-bibit unggul dari berbagai belahan dunia untuk dikirim ke planet tersebut.

Sejak kecil mereka sengaja diisolasi dari kehidupan sosial masyarakat bumi dan diberikan keahlian khusus serta keahlian bertahan hidup (basic life skills) karena mereka akan tinggal selama bertahun-tahun dan berkembang biak di dalam pesawat luang angkasa hingga mereka tiba di planet yang baru.

Dalam perjalanan ini, mereka didampingi oleh ilmuwan bernama Richard Alling (Colin Farrell) yang secara sukarela mengajukan diri untuk menemani dan membimbing anak-anak tersebut selama di pesawat.

Sepuluh tahun berlalu, ketigapuluh anak hasil eksperimen tersebut tumbuh menjadi remaja pada umumnya dan kehidupan di dalam pesawat berjalan dengan baik-baik saja hingga pada akhirnya dua di antara anak-anak tersebut, Christoper (Tye Sheridan) dan Zac (Fion Whitehead) menemukan fakta yang disembunyikan oleh Richard.

Selama ini mereka mengkonsumsi cairan kimia biru (the blue) yang berfungsi untuk menekan perkembangan emosi dan nafsu alamiah mereka sebagai manusia biasa. Akibatnya, karena merasa dibohongi, kedua anak ini mulai melakukan pemberontakan dan memprovokasi teman-temannya untuk berhenti mengkonsumsi cairan tersebut.

Setelah berhenti meminum cairan kimia sifat alamiah dan emosi primitif manusia perlahan ditunjukkan oleh masing-masing tokohnya. Ada yang berprilaku vulgar dan sensual, bersikap kejam dan sadis, hingga saling membunuh satu sama lain.

Tentunya hal ini secara potensial mengancam tujuan utama misi ruang angkasa yang telah dipersiapkan secara hati-hati ini.

Sisi lain dari sifat alamiah manusia 

Selain menghibur, film sebagai produk budaya populer dan media komunikasi selalu menghadirkan cerita yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan nyata dan keseharian kita.

Oleh karena itu, melalui film Voyagers kita dapat mempelajari sifat alamiah dasar manusia.
Sifat alamiah yang dimaksud merujuk pada sifat dasar manusia dalam upaya untuk bertahan hidup seperti memenuhi kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikologisnya.

Sifat dasar utama manusia pertama adalah rasa ingin tahu (curious). Ekspedisi luar angkasa untuk menjelajah dan membangun peradaban di planet baru dalam film ini adalah contoh nyata dari sifat tersebut.

Ribuan tahun yang lalu Socrates telah mengatakan bahwa manusia pada dasarnya bersifat ingin tahu karena kesadaran dan keberakalannya. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan adalah jawaban atas rasa ingin tahu manusia yang tidak pernah berhenti.

Bahkan, tersebarnya manusia ke berbagai penjuru dunia disebabkan dari rasa ingin tahu nenek moyang manusia yang berasal dari Afrika kemudian menjelajah wilayah-wilayah baru di muka bumi ini.

Selain itu, sifat alamiah manusia lainnya dapat terlihat melalui adegan sensual yang dilakukan oleh beberapa tokoh pasca-berhenti mengkonsumsi cairan biru (the blue). Persenggamaan bebas terjadi secara intensif karena dalam ekspedisi ini memang belum ada pijakan moral atau wacana yang mengatur perihal hubungan seksual.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com