Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Akademisi

Platform publikasi karya akademik dari akademisi Universitas Atma Jaya Yogyakarta untuk khalayak luas demi Indonesia yang semakin maju.

Mimetisme Media dalam Pertunangan Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah

Kompas.com - 17/03/2021, 10:34 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Menurut penulis, berita Atta-Aurel, dalam konteks jurnalistik, tidak berkaitan dengan kepentingan banyak orang. Artinya, saya pun mungkin tidak tertarik melihat tayangan ini.

Hanya saja, bisa dihitung pula yang merasa seperti saya. Namun tetap fakta membuktikkan, bahwa masyarakat menyukai tontonan ini. Buktinya jadi trending topic!

Jadi kalau merujuk kutipan pihak RCTI, benar juga memang masyarakat membutuhkan berita Atta-Aurel. Kebutuhan ini merujuk pada kebutuhan hiburan atau relaksasi bagi masyarakat.

Pasar jadi tujuan utama

Pasar menjadi target utama dalam kerja media Indonesia. Dalam konteks manajemen media, media menggunakan pendekatan pasar dalam kinerjanya. Pendekatan pasar berdasar pada dinamika kebutuhan permintaan dan penawaran.

Dalam kasus Atta-Aurel, hukum permintaan penawaran ini nyata terlihat. Masyarakat membutuhkan sesuatu yang berbau receh dan media menyediakannya.

Dari sisi konsumen, masyarakat saat ini membutuhkan konten yang tidak serius karena penat dengan hal-hal serius.

Saya pun teringat ketika bertanya dengan mahasiswa saya yang sebagian besar masuk generasi milenial, konten receh selalu dicari karena menjadi hiburan bagi mereka.

Ciri mereka mencari konten receh adalah dengan mengeklik berita-berita ringan yang berjudul clickbait (menjebak).

Dari sisi media, permintaan klik ini terekam dalam pencarian Google, dan tren kesukaan masyarakat bisa terlihat dari sana. Media otomatis mencari sesuatu yang tengah tren dan memberikan berita itu pada khalayak.

Ketika banyak yang mengklik, tentu saja media akan menawarkan kembali berita yang sama dengan angle yang berbeda. Hal ini tentu memberikan keuntungan bagi media.

Pendekatan pasar merespons kondisi masyarakat saat ini. Mau tidak mau bila tidak merespon kondisi, media bisa kewalahan dalam mengejar pendapatannya. Lebih lagi di era pandemi ini, di mana media perlu mencari strategi tepat untuk hidup.

Dalam kasus Atta-Aurel, media menjual selebritas untuk mendapatkan keuntungan atau kita sebut sebagai komodifikasi (mengubah nilai guna menjadi nilai jual).

Komodifikasi nyata terlihat karena kita ketahui bahwa Atta adalah seorang Youtubers top di Indonesia dengan banyak follower. Media memanfaatkan Atta dan followernya untuk mendapatkan rating tinggi.

Kode etik dipertaruhkan

Kode etik jurnalistik seringkali menjadi terabaikan. Hanya demi keuntungan semata, media lupa bahwa ia sebenarnya harus tunduk pada kode etik.

Melihat kasus Atta-Aurel dan topik selebritas lainnya yang terjadi di Indonesia, pelanggaran kode etik ini seolah-olah menjadi hal yang biasa, dan bisa terus dilakukan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rio Reifan Ditangkap untuk Kelima Kalinya karena Penyalahgunaan Narkoba

Rio Reifan Ditangkap untuk Kelima Kalinya karena Penyalahgunaan Narkoba

Seleb
Jadwal Pemutaran dan Talkshow Film Indonesia di Far East Film Festival 2024

Jadwal Pemutaran dan Talkshow Film Indonesia di Far East Film Festival 2024

Film
Hari Ini Tamat, Para Pemain Queen of Tears Ucapkan Terima Kasih dan Selamat Tinggal

Hari Ini Tamat, Para Pemain Queen of Tears Ucapkan Terima Kasih dan Selamat Tinggal

K-Wave
Namanya Viral gara-gara Sepsis, Chicco Jerikho Banyak Ditanya soal Keadaannya

Namanya Viral gara-gara Sepsis, Chicco Jerikho Banyak Ditanya soal Keadaannya

Seleb
Jajang C. Noer Terharu Penonton Membludak Saat Pemutaran Film Surat untuk Bidadari di FEFF 2024

Jajang C. Noer Terharu Penonton Membludak Saat Pemutaran Film Surat untuk Bidadari di FEFF 2024

Film
Chicco Jerikho Kembali Jalani Olahraga Lari Setelah 5 Tahun Vakum

Chicco Jerikho Kembali Jalani Olahraga Lari Setelah 5 Tahun Vakum

Seleb
Cerita Chicco Jerikho Mengalami Sepsis Usai Terinfeksi Covid, Sempat Hilang Kesadaran

Cerita Chicco Jerikho Mengalami Sepsis Usai Terinfeksi Covid, Sempat Hilang Kesadaran

Seleb
Parto Patrio Sakit Batu Ginjal, Kondisinya Membaik

Parto Patrio Sakit Batu Ginjal, Kondisinya Membaik

Seleb
Tiket Konser Sheila On 7 'Tunggu Aku Di' Makassar Dijual Hari Ini

Tiket Konser Sheila On 7 "Tunggu Aku Di" Makassar Dijual Hari Ini

Musik
Tiket Konser Sheila On 7 'Tunggu Aku Di' Samarinda Sold Out

Tiket Konser Sheila On 7 "Tunggu Aku Di" Samarinda Sold Out

Musik
Penjelasan Bisma Rocket Rockers Usai Ramai Dikritik Hanya Beri Jatah Makan Anak Rp 8.000 Per Hari

Penjelasan Bisma Rocket Rockers Usai Ramai Dikritik Hanya Beri Jatah Makan Anak Rp 8.000 Per Hari

Seleb
Sempat Ditahan karena Syuting Tak Berizin di Bali, Dita Karang hingga Hyoyeon SNSD Dikabarkan Telah Bebas

Sempat Ditahan karena Syuting Tak Berizin di Bali, Dita Karang hingga Hyoyeon SNSD Dikabarkan Telah Bebas

Seleb
Drama Queen of Tears Episode 15, Hyun Woo Berjuang dari Penjara

Drama Queen of Tears Episode 15, Hyun Woo Berjuang dari Penjara

K-Wave
Tak Mau Disebut Aji Mumpung, Catherine Wilson Bantah Minta Nafkah Rp 100 Juta Setelah Cerai

Tak Mau Disebut Aji Mumpung, Catherine Wilson Bantah Minta Nafkah Rp 100 Juta Setelah Cerai

Seleb
Respons Catherine Wilson Usai Tahu Alasan Idham Masse Gunakan Nama Ibunya Saat Beli Mobil

Respons Catherine Wilson Usai Tahu Alasan Idham Masse Gunakan Nama Ibunya Saat Beli Mobil

Seleb
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com