Perceraian Ahmad Dhani dan Maia Estianty Jadi Pengalaman Terpahit Al Ghazali

JAKARTA, KOMPAS.com - Pahitnya kehidupan pasti pernah dirasakan semua orang, termasuk putra sulung produser musik Maia Estianty, Al Ghazali.

Ketika berbincang dengan komika Soleh Solihun, Al Ghazali mengatakan lebih memilih kopi pahit daripada kehidupan pahit.

Lantas, Soleh Solihun bertanya apakah Al Ghazali pernah melewati hal pahit yang terjadi dalam kehidupannya.

Baca juga: 5 Tahun Pacaran dengan Al Ghazali, Alyssa Daguise Ungkap Tahun Terberat dalam Hubungannya

Menjawab itu, Al Ghazali mengaku pernah merasakan pengalaman terpahit dalam hidupnya. Kejadian itu adalah perceraian kedua orangtuanya.

"Zaman-zaman dululah, masih kecil. Orangtua broken home, ya pahit sih," ujar Al Ghazali, dikutip dari kanal YouTube 3SECOND TV, Minggu (13/12/2020).

Pria berusia 23 tahun itu mengatakan, ia harus melewati waktu lima tahun untuk menerima perceraian kedua orangtuanya.

Baca juga: Alasan Al Ghazali Ingin Menikah dengan Alyssa Daguise di Usia 25 Tahun

"Lumayan sih, dari SD sampai SMP, lima tahunanlah," kata Al Ghazali.

Al sempat berpikir ketika kecil bahwa perceraian tersebut terjadi karena kesalahan kedua orangtuanya.

"Kalau dulu waktu kecil mungkin ya salahin orangtua, karena kan dulu waktu kecil mikirnya orangtua bakal bahagiain anak, ternyata enggak," tuturnya.

Baca juga: Setiap Kegiatan Diketahui Al Ghazali, Alyssa Daguise: Ini Cowok Stalker Banget

Cara Al Ghazali untuk mengalihkan pikiran karena perceraian kedua orangtuanya adalah dengan bekerja dan bermain dengan teman-temannya.

"Ya aku sudah sering nongkrong, punya teman baru, ada kerjaan, sudah kayak ketutupinlah dengan teman baru dan kerjaan," ujar Al Ghazali.

Disinggung mengenai perasaan sekarang memiliki dua keluarga, keluarga dari Ahmad Dhani dan Mulan Jameela serta keluarga Maia Estianty dan Irwan Mussry, Al mengaku bersyukur dan telah menerima dengan baik.

Baca juga: Dengar Omongan Orang, Alyssa Daguise Benci Didekati Al Ghazali

"Bersyukur malah sekarang, dulu kan belum bisa menerima. Tapi lama kelamaan makin dewasa harus bisa mensyukuri apa adanya," kata Al Ghazali.