Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cerita di Balik The Big Five, Lima Artis dengan Bayaran Termahal pada Masanya

Pada 1980-an, Roy Marten, almarhum Robby Sugara, Yenny Rachman, Yati Octavia, dan Doris Callebaut mendapat julukan The Big Five, karena bayaran mereka yang fantastis waktu itu.

Honor fantastis yang mereka terima tidak sedikit pun menyurutkan minat produser karena mereka punya nilai jual tinggi, kualitas glamor, dan basis penggemar yang besar.

Gencarnya pemberitaan kehidupan pribadi mereka di media menjadikan nama-nama itu semacam jaminan laris.

Tak peduli bagaimana mutunya, film-film mereka pasti ditonton banyak orang. Apalagi kelimanya dikenal berani memainkan adegan panas.

Dalam satu kesempatan di kediaman Roy Marten The Big Five kembali berkumpul dan membicarakan geliat mereka di masa keemasan tersebut.

Berikut fakta The Big Five, 5 artis dengan bayaran termahal yang telah dirangkum Kompas.com.

Bayaran termahal

Dibayangi glamor dan popularitas, bayaran yang diterima The Big Five pada masa itu sangat besar. Namun, siapa yang termahal di antara mereka berlima?

“Saya beruntung bisa memerankan seorang tokoh besar perempuan. Walaupun R.A Kartini tokoh besar, saya dibayar mahal. Kalau enggak salah dibayar Rp 52 Juta,” ungkap Yenny Rachman dikutip Kompas.com lewat kanal YouTube Marten and Friends, Senin (9/11/2020).

Jumlah yang diungkap Yenny Rachman tersebut diterimanya saat dia membintangi film R.A Kartini, seorang pahlawan revolusioner pergerakan perempuan Indonesia.

Jumlah demikian, apabila disetarakan dengan rupiah sekarang, mungkin berkisar antara Rp 2 hingga Rp 3 miliar.

Yati Octavia dan Roy Marten juga mengungkap bayaran terbesarnya sebagai pemain film.

Yati, aktris yang terkenal berkat panggilan Ani dalam film bersama Rhoma Irama ini memperoleh bayaran yang tidak sedikit.

“Yati waktu itu pas main sama Rhoma Irama, sekitar Rp 35-40an (juta),” ucap Yati Octavia.

Sedangkan Roy Marten tetap bersikukuh menyebut kalau bayarannya yang tertinggi di antara lainnya.

Pada masanya, bayaran Roy Marten bisa mencapai Rp40 Juta.

“Papa kan enggak ada biaya lipstik dan perawatan. Kalau mereka kepotong biaya. Jadi papa yang tetap termahal,” ujar Roy Marten.

Lahir dari keputusan politik pemerintah

Pada era 1970-1980an, pemerintah membuat keputusan besar untuk memajukan industri perfilman Indonesia yang saat itu memang sedang berkembang pesat.

The Big Five adalah imbas keputusan tersebut. Perizinan para importir film Amerika-Eropa untuk masuk ke Indonesia pada masa tersebut membuat gaung The Big Five terdengar. Mereka pun lantas melejit.

“Kami lahir dari keputusan politik pemerintah,” ucap Roy Marten.

“Mereka buat 3 film impor dan satu film Indonesia, maka peluang kami terbuka, lahirlah kami ini,” lanjut Roy.

Mereka berharap, pemerintah dapat membuat studio atau gedung film di kecamatan.

Sebab, menurut Yenny, investasi dan kemajuan akan lebih jelas terlihat bila gedung pameran film semakin banyak dibangun.

Pesan bagi para aktor dan aktris muda

Meski anggota The Big Five yang hadir dalam kesempatan tersebut hanya Roy Marten, Yenny Rachman dan Yati Octavia, mereka meninggalkan pesan yang kiranya sangat berguna, meski terlihat sangat sederhana.

“Untuk anak-anak muda, kalau film itu sudah jadi pilihan coba bikin komitmen paling kuat untuk dirinya sendiri. Bahwa ini adalah pilihan saya dan saya akan pertanggung jawabkan secara profesional," pesan Yenny Rachman.

Selain mencermati pemain, Yenny Rachman juga berpesan kepada para produser dan sutradara Tanah Air.

Baginya, budaya Indonesia yang terkenal kaya bisa menjadi peluang besar kemajuan industry perfilman Indonesia.

Sedikit berbeda dari Yenny, Roy Marten mengungkap pesan bagi para aktor muda.

“Kalian jauh lebih cerdas dari kami. Kalian lebih lentur, lebih cair, lebih keren-keren. Yang paling penting adalah disiplin dan komitmen pada pekerjaan,” ucap Roy Marten.

Disinggung soal kedisiplinan, Yati Octavia pun angkat bicara. Menurut Yati, aktor muda kerap lalai dalam hal disiplin.

Baginya, jika ingin maju, pemeran sekarang harus menunjukkan keseriusan dan kedisiplinannya.

“Harapannya mudah-mudahan bisa lebih baik dari sekarang,” ucap Yati Octavia.

Sebagai informasi, The Big Five juga sempat bermain dalam satu film berjudul Akibat Pergaulan Bebas (Matnoor Tindaon, 1977). Film ini menjadi yang terlaris di 1978.

https://www.kompas.com/hype/read/2020/11/10/115153166/cerita-di-balik-the-big-five-lima-artis-dengan-bayaran-termahal-pada

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke