Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Garin Nugroho, Obsesi dan Perjalanan Menuju Planet Sebuah Lament

Obsesi itulah yang menggerakan Garin untuk melahirkan sebuah pertunjukan bertajuk Planet: Sebuah Lament.

Pementasan yang mengangkat keindahan budaya Indonesia Timur atau Milanesia ini digelar di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki pada 17-18 Januari 2020.

"Karya ini sebetulnya saya sudah obsesi dengan lagu lament sejak 7 tahun lalu dan tidak ketemu jalan terus," kata Garin usai pementasan pada Kamis (16/1/2020).

"Karena sesungguhnya lament ini menjadi ratapan sejarah purba dunia, baik ratapan hilangnya kota-kota dan rusaknya peradaban larena perang atau bencana alam," lanjutnya.

Kemudian, sutradara film Kucumbu Tubuh Indahku itu memadukan perjalanan panjangnya menyusuri kota-kota di bagian Timur Indonesia.

Ia merangkumnya menjadi sebuah cerita sederhana tentang kondisi peradaban manusia saat ini.

"Lalu saya melakukan perjalanan panjang sejak 1985 di NTT khususnya Flores. Saya juga banyak sekali jalan di Papua, orang Papua bahasa tubuhnya luar biasa sekali. Dan saya mengalami semua hal, tsunami Aceh, gempa di Yogyakarta, mulailah menemukan sebuah cerita sedehana," tutur Garin.

"Idenya adalah membuat cerita sederhana, tapi membawa perasaan dan simbol tentang kehidupan," tambahhnya.

Pertunjukan ini mengisahkan ratapan alam karena keserakahan manusia yang menghancurkan alam.

Kisah dimulai setelah tsunami, hilangnya peradaban yang menyisakan seorang manusia yang mencari harapan dengan menjaga sebutir telur.

Telur itu menjadi simbol pangan dan energi dari sebuah kehidupan yang baru.

Tokoh laki-laki itu diperankan oleh Otniel Tasman, dia harus berusaha menjaga telur dari para monster hingga menetas.

Monster menjadi simbol sampah dan benda-benda mati tidak terurai yang mengancam kehidupan.

Aransemen musik digarap oleh 3 komposer muda, yaitu Septina Layan, Taufik Adam, dan Nursalim Yadi Anugerah.

Garin Nugroho juga mengombinasikan elemen pergerakan tubuh dari tradisi Nusa Tenggara Timur, hingga Papua dengan gerak tablo dan tubuh kontemporer.

Para penari yang juga terlibat dalam karya ini antara lain Serraimere Boogie, Heinbertho Koirewoa, Pricillia Elisabeth Monica dan Paul Amandus Dwaa dari Papua, Rianto (Solo), dan juga Galabby (Jakarta), dengan koreografer Otniel Tasman dan Serraimere Boogie.

https://www.kompas.com/hype/read/2020/01/17/195250366/garin-nugroho-obsesi-dan-perjalanan-menuju-planet-sebuah-lament

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke