Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cerita Slank Buka Jalan di Belantika Musik Indonesia, Bimbim: Ibaratnya ke Hutan Bawa Golok

Grup legendaris yang telah terbentuk sejak 26 Desember 1983 ini mampu mempertahankan eksistensinya melintasi zaman.

Lalu, mudahkah Slank melakukannya? Ternyata tidak.

Bimo Setiawan Almachzumi alias Bimbim sang penabuh drum yang juga pendiri Slank, mengaku grup bandnya harus melalui jalan berliku untuk bisa seperti saat ini.

Bimbim mengibaratkan, ia dan rekan-rekan seperti membuka jalur di hutan yang belum terjamah pada awal bermusik.

"Kami tuh kalau ke hutan bawa golok buat buka jalan, kami ibaratnya gitu, selama tujuh tahun kami baru bisa masuk label," ucap Bimbim saat ditemui di kawasan Senopati, Jakarta Selatan, baru-baru ini.

Setelah berhasil masuk label, kata Bimbim, jalan belum terbuka lebar.

Ia dan kawan-kawan masih harus beradu argumentasi dengan label agar musik yang dibawakan bisa sesuai dengan prinsip yang mereka usung.

"Kami juga sering berkutat sama label soal lagu, gaya bermusik dan lain-lain, di satu sisi label juga punya rencana sendiri, kami harus bisa collaborate itu," ucapnya.

Seiring waktu, Bimbim menyadari, Slank mendapat tempat di hati penikmat musik Indonesia.

Sebut saja Slankers, nama penggemar Slank yang menjadi salah satu spirit band pelantun "Kamu Harus Pulang" ini.

Sejak saat itu, Bimbim dan kawan-kawan belajar bagaimana membuat Slank bisa lebih mapan secara manajemen.

"Kami di album ke-4 (album Generasi Biru) baru bisa membentuk manajemen, ada road manager, kru, dan fans secara formal," ucap Bimbim.

Walau sudah cukup mapan, lanjut Bimbim, Slank bukan tanpa cobaan.

Pernah suatu ketika, Slank harus merasakan pahitnya penjualan kaset di industri musik Tanah Air.

Tak hanya itu, masuknya invasi musik dari negeri lain membuat angka penjualan album Slank menjadi merosot.

"Dulu sekitar tahun 1989, itu penjualan kaset di Indonesia pernah lesu banget, penjualan terjun bebas, banyak band Indonesia merasakan itu," ucapnya.

"Ditambah saat itu ada Malaysia Invasion, awal-awal 90-an, di mana band-band Malaysia booming di Indonesia, musisi lokal pun harus bersaing kalau enggak mau tenggelam," sambungnya.

Setelah melewati jalan berliku, mulai dari jurang gelap bernama narkoba hingga gonta-ganti personel, Slank akhirnya mampu melewati itu semua.

Bimbim tak memungkiri bahwa itu berhasil dilewati karena semangat para personel Slank yang haus untuk berkarya.

Bahkan, tambah Bimbim, kini tak jarang banyak pihak label menemui Slank untuk sekadar berbincang soal manajemen musik dan sebagainya.

"Bahkan banyak label sekarang belajar dari Slank, gimana mengelola suatu musik dan manajemennya karena untuk menjadi sesuatu itu memang enggak gampang, rumusnya banyak dan belum tentu langsung berhasil juga," ujar Bimbim.

Diketahui, Slank telah menelurkan 23 album studio sepanjang 36 tahun bermusik.

Terbaru, Slank meluncurkan album teranyar berjudul Slanking Forever yang dirilis pada Agustus 2019 lalu.

Saat ini, Slank beranggotakan Bimbim (drum), Kaka (vokal), Abdee Negara (gitar), Ridho (gitar), dan Ivanka (bas).

Slank berhasil menjadi salah satu musisi bersejarah dan dikenang serta berpengaruh sepanjang masa di Indonesia.

Selain itu, Slank juga menyandang predikat Indonesia's Highest-Paid Music Star (bintang musik berbayaran termahal).

Pada 2008 dan 2009, Slank pernah dibayar dengan honor Rp 500 juta per penampilan.

https://www.kompas.com/hype/read/2019/11/17/140325566/cerita-slank-buka-jalan-di-belantika-musik-indonesia-bimbim-ibaratnya-ke

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke