Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahaya yang Mengintai Jika Jarang Mengganti Spons Cuci Piring

Kompas.com - 14/03/2022, 11:41 WIB
Nabilla Ramadhian,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

Sumber Livestrong

JAKARTA, KOMPAS.com – Salah satu cara untuk memudahkan kegiatan mencuci piring bagi yang tidak memiliki mesin pencuci piring adalah menggunakan spons.

Kamu hanya perlu menaruhnya di dalam wadah, tuangkan sedikit air, dan tambahkan beberapa tetes sabun cuci piring sebelum digunakan untuk membersihkan beragam peralatan makan.

Baca juga: Suhu Panas Microwave Bisa Membasmi Bakteri pada Spons Cuci Piring?

Mereka pun sangat mudah untuk dibersihkan setiap selesai pemakaian, yakni cukup dengan membilasnya pakai air bersih dan peras hingga seluruh air dan buih sabun menghilang.

Pembersihannya yang mudah dan cepat mungkin membuatmu jarang mengganti spons. Namun, seperti dilansir Livestrong, Senin (14/3/2022), ada bahaya yang mengintai jika kamu tidak melakukannya.

Bahaya jarang mengganti spons cuci piring

Illustrasi spons cuci piringPixabay/CongerDesign Illustrasi spons cuci piring

Ada sebuah studi pada 2017 dalam Nature bertajuk “Microbiome Analysis and Confocal Microscopy of Used Kitchen Sponges Reveal Massive Colonization by Acinetobacter, Moraxella, and Chryseobacterium Species”.

Baca juga: Cara Menjaga Spons Cuci Piring Tetap Bersih dan Bebas Kuman

Studi mengungkapkan, spons penuh dengan kuman. Para peneliti mengidentifikasi 362 jenis bakteri yang berbeda dari 14 sampel spons. Satu-satunya tempat selain spons yang memiliki bakteri sebanyak ini adalah saluran usus manusia.

Studi lain dalam Journal of Food Protection pada 2017 pun mengungkapkan hal yang sama. Studi ini bertajuk “Prevalence of Pathogens and Indicator Organisms in Home Kitchens and Correlation with Unsafe Food Handling Practices and Conditions”.

Mereka mengungkapkan, sebanyak 44 persen dapur mengandung bakteri fekal, yang terutama ditemukan di wastafel, spons, dan lap cuci piring.

 

1. Memiliki banyak kuman

Operations Executive di Housekeep yakni Henry Paterson menjelaskan, spons memiliki banyak kuman karena mereka digunakan untuk membersihkan seluruh peralatan dapur yang kotor.

Baca juga: Spons Cuci Piring Bermanfaat untuk Tanaman Hias? Ini Penjelasannya

Ilustrasi spons cuci piring. PEXELS/KAROLINA GRABOWSKA Ilustrasi spons cuci piring.

“Termasuk pisau dan talenan yang mungkin telah memiliki kontak dengan daging mentah atau kontaminan lainnya,” ujar Paterson.

Tidak hanya itu, lanjutnya, banyak orang yang turut menggunakan spons cuci piring untuk membersihkan meja dapur dan tumpahan apa pun.

Desain spons juga membuatnya menjadi tempat berkumpul para kuman. Mereka berpori dan jarang kering di antara penggunaan.

“Karena bakteri tumbuh di lingkungan yang hangat dan lembap, spons menghadirkan kondisi yang ideal bagi mereka untuk berkembang biak,” ucap Paterson.

2. Dapat menyebarkan patogen

Profesor klinis mikrobiologi dan patologi di NYU Langone Health, Philip Tierno, menuturkan bahwa spons dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan penyebaran patogen.

Baca juga: Spons Cuci Piring Lebih Kotor dari Dudukan Kloset? Ini Faktanya

Jika kamu membersihkan tumpahan cairan ayam mentah dengan spons, mereka akan mengambil mikroorganisme yang mungkin telah tumbuh dalam cairan tersebut.

Ilustrasi spons cuci piring.SHUTTERSTOCK/VOLODYMYR HRYSHCHENKO Ilustrasi spons cuci piring.

“Ketika kamu menggunakan spons yang mengandung kuman, kamu akan mencemari dapur,” kata Tierno.

Spons yang kemudian digunakan untuk mengelap meja dapur, gagang kulkas, dan keran wastafel dapat secara efektif menyebarkan patogen ke seluruh ruangan.

3. Dapat menyebabkan keracunan makanan

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat (AS) menyatakan, setidaknya 48 juta orang mengalami keracunan makanan setiap tahunnya.

Bakteri dan virus terbesar yang menyebabkan hal ini adalah norovirus, salmonella, C. perfringens, campylobacter, dan staph.

 

Baca juga: 4 Tips Membersihkan Spons Dapur agar Bebas Bakteri

Bagi banyak orang, keracunan makanan menyebabkan mual, muntah, kram, dan diare. Namun, kamu dapat mengalami hal yang lebih bermasalah.

Menurut CDC, sebanyak 128.000 orang dirawat di rumah sakit karena penyakit bawaan makanan setiap tahunnya.

Ilustrasi spons cuci piring. PIXABAY/HANS BRAXMEIER Ilustrasi spons cuci piring.

Orang dewasa yang lebih tua, anak-anak, dan ibu hamil atau orang yang memiliki masalah pada sistem imun (immunocompromised) berada pada risiko yang lebih besar.

Bukan dari mikroorganisme di spons, tetapi...

Meski begitu, mikroorganisme yang berkembang biak di spons mungkin bukan jenis yang menyebabkanmu sakit.

Sebab, sebagian besar bakteri yang ditemukan oleh studi dalam Nature tidak berbahaya bagi kebanyakan orang.

Baca juga: Cara Membersihkan Spons Cuci Piring dan Berapa Lama Harus Menggantinya

Mungkin juga, kotoran makanan yang kamu bersihkan bebas dari kuman—meski kemungkinannya tidak menguntungkan jika spons telah bersentuhan dengan unggas mentah. Tierno menunjukkan, sekitar 80-90 persen ayam mentah mengandung semacam patogen.

“Itu tergantung pada kekuatan sistem kekebalanmu, jumlah bakteri yang tertelan, dan jenis bakterinya. Ada jenis bakteri tertentu yang lebih ganas daripada yang lain,” ujar Tierno.

Kapan spons cuci piring harus diganti?

Menurut Tierno, spons cuci piring tidak harus diganti kecuali mereka sudah benar-benda tidak dapat digunakan dengan baik.

Jika spons sudah robek dan sulit mengambil cairan, seperti air dan sabun cuci piring, sebaiknya kamu membeli spons baru. Hal yang paling penting adalah kamu membersihkan spons setiap hari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com