Meskipun mudah, dalam praktiknya masih banyak kesalahan pengomposan yang sering dilakukan. Akibatnya, proses pengomposan gagal dan tidak bisa diaplikasikan ke tanaman.
Dilansir dari Gardening Know How, Minggu (28/1/2024), berikut ini beberapa kesalahan saat pengomposan yang harus dihindari.
Sampah dapur merupakan salah satu bahan organik yang bisa dikompos. Namun, penting untuk diketahui bahwa tidak semua bahan dapur bisa diproses menjadi kompos.
Bahan dapur yang tidak dikompos antara lain; daging, lemak, tulang, dan produk susu karena bisa mengundang hama dan memicu patogen berbahaya. Selain itu, saat daging dan produk susu dikompos, maka akan mengeluarkan aroma tak sedap.
Sementara itu, sampah dapur yang bisa dikompos meliputi; kulit sayuran dan buah, sisa sayur dan buah, kulit telur, serta ampas kopi dan teh.
Sampah dapur tersebut ditumpuk dalam wadah tertutup dengan menambahkan lapisan bahan berwarna cokelat seperti kertas dan tanah untuk menghindari hama seperti lalat dan meminimalkan bau tidak sedap.
Tidak merobek kertas
Selain sampah dapur, kertas juga bisa diolah menjadi kompos. Kesalahan saat pengomposan kertas yaitu tidak merobek kertas dan langsung menumpuknya begitu saja.
Penumpuk kertas tanpa merobeknya membuat sirkulasi oksigen tidak berjalan lancar. Akibatnya, kertas mudah berjamur dan tidak bisa digunakan sebagai kompos.
Komposisi bahan tidak tepat
Pengomposan membutuhkan bahan hijau dan cokelat dengan komposisi yang tepat. Idealnya, perbandingan antara bahan cokelat dan hijau yaitu 4:1.
Bahan cokelat yang sering digunakan yaitu daun, kertas, serpihan kayu, dan jerami. Sedangkan bahan hijau yang biasanya digunakan seperti sisa makanan, potongan rumput, pupuk kandang, dan gulma segar.
Jika kompos kekurangan bahan cokelat, maka kompos akan bau kotoran atau amonia. Sementara itu, jika kompos terlalu kering atau tidak panas, maka perlu ditambahkan lebih banyak bahan hijau.
Saat ada tanaman sakit, biasanya tanaman tersebut akan dimusnahkan. Meskipun sisa tanaman merupakan salah satu bahan kompos, namun tanaman sakit tidak boleh diolah sebagai kompos.
Sebab, patogen yang terdapat di tanaman sakit berisiko menyebar saat proses pengomposan. Akibatnya, tanaman yang mendapatkan kompos tersebut berisiko terserang patogen yang sama seperti tanaman sebelumnya.
Sebaiknya, tanaman yang sakit dibakar atau dikirim ke pengolahan limbah agar tidak menular ke tanaman lain.
Menggunakan gulma invasif
Gulma juga bisa menjadi bahan pengomposan. Namun, perlu diketahui bahwa gulma dengan akar invasif sebaiknya tidak ditambahkan dalam pengomposan.
Sebab, sisa akar gulma invasif bisa tumbuh dan menyebabkan lahan budidaya dipenuhi gulma tersebut. Hal serupa juga berlaku pada gulma yang sudah berbiji.
Jika kompos tidak cukup panas, maka biji gulma tidak akan mati dan saat diaplikasikan biji tersebut akan kembali tumbuh.
Apabila ingin menambahkan gulma ke tumpukan kompos, maka buatlah menjadi pupuk cair. Caranya, rendam gulma dalam air selama satu bulan, lalu saring. Cairan yang dihasilkan bisa diencerkan dan diaplikasikan ke lahan budidaya.
Tidak membalik kompos
Kesalahan saat pengomposan lainnya yaitu tidak membalik kompos. Jika kompos tidak dibalik, maka aerasi dalam kompos akan terganggu dan proses pengomposan menjadi lebih lama. Ciri kompos tidak memiliki aerasi yang baik yaitu muncul aroma tak sedap seperti telur busuk.
https://www.kompas.com/homey/read/2024/01/28/121000476/catat-6-kesalahan-saat-pengomposan-yang-harus-dihindari