Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

7 Alasan yang Membuat Generasi Milenial Belum Membeli Rumah

Merujuk pada data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) 2019, ada sekitar 81 juta (31 persen) penduduk Indonesia diperkirakan belum memiliki rumah. 

Terkait dengan milenial yang belum memiliki rumah, ada berbagai hal yang membuat mereka tidak mau membeli rumah.

Hirwandi Gafar, Direktur Consumer and Commercial Lending PT Bank Tabungan Negara (BTN), mengungkapkan ada tujuh alasan yang membuat generasi milenial belum membeli rumah berdasarkan survei yang diikuti 3.007 responden milenial. 

"Alasan pertama milenial belum beli rumah sampai saat ini adalah belum menemukan rumah yang tepat. Lebih tepat ada 28,63 persen milenial (hasil survei)," jelas Hirwandi dalam virtual media & public discussion "Tren Properti Incaran Milenial, Cara Mudah Punya rumah", Rabu (29/9/2021).

Kedua, generasi milenial belum mampu secara finansial atau keuangan, yakni sekitar 24,92 persen. Selanjutnya, belum mampu membayar DP dan KPR menjadi alasan ketiga dan keempat yang membuat milenial belum membeli rumah dengan persentase 17,27 persen serta 10,49 persen. 

Kelima, masih adanya cicilan lain (10,44 persen). Keenam, merasa belum perlu (5,46 persen). Ketujuh, belum terpikirkan (2,79). 

Selain tujuh alasan yang membuat milenial tak mau membeli rumah, Hirwandi juga menjelaskan mengenai kemampuan harga hunian milenial.

Menurut Hirwandi, rata-rata milenial baru sanggup membeli hunian yang nominalnya masih ratusan juta rupiah. 

"Rata-rata kemampuan para milenial ini (dalam membeli hunian) berdasarkan survei berkisar antara Rp 200 juta-Rp 400 jutaan," ungkap Hirwandi.

Meski begitu, nominal kemampuan milenial dalam membeli rumah berbeda-beda. Beberapa ada yang mampu melebihi nominal di atas, sebagian hanya mampu membeli di bawah rata-rata. 

Kemudian, terkait dengan cara membeli rumah, para milenial juga masih tergantung dengan sistem pembelian secara kredit.

"Cara membeli rumah yang masih tertinggi dalam hal pembelian secara kredit lebih-kurang sekitar 50,2 persen dan secara tunai bertahap itu ada sekitar 49,8 persen," terang Hirwandi.

Adapun Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) terus berupaya untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk memiliki rumah. Salah satu kemudahan tersebut adalah syarat pembiayaan perumahan BP Tapera yang masa kepesertaannya paling singkat selama 12 bulan.


Kemudahan ini ditawarkan oleh BP Tapera dengan mempertimbangkan para pekerja informal yang sering kali kesulitan mendapatkan pinjaman KPR karena tidak memiliki pendapatan tetap.

"Kalau rutin menabung selama 12 bulan, berturut-turut, mereka eligible untuk mendapatkan pembiayaan. Kita menjembatani anak-anak milenial dengan pekerjaan informal dengan perbankan melalui menabung. Harapannya dengan menabung, bank bisa melihat kemampuan membayar teman-teman milenial," jelas Ketua Komisioner BP Tapera, Adi Setianto.

Lebih jauh, Adi menambahkan, besaran tabungan yang harus disetor oleh peserta ke BP Tapera juga tidak terlalu besar. Untuk mereka yang memiliki pendapatan tetap, besarannya adalah 2,5 persen beban pekerja dan 0,5 persen beban pemberi kerja.

Sementara itu, besaran untuk pekerja mandiri seperti sektor informal adalah sebesar 3 persen.

"Kalau gaji Rp 3 juta, ya cukup Rp 90.000 sebulan. Melalui tabungan gotong royong, kita bisa membantu Masyarakat Berpenghasilan Rendah agar memiliki rumah," terang Adi.

Setiap masyarakat bisa memiliki rumah melalui berbagai kemudahan yang ditawarkan BP Tapera. Milenial dan anak muda bisa dengan mudah mulai mencicil rumah pertamanya melalui BP Tapera.

https://www.kompas.com/homey/read/2021/09/29/160900276/7-alasan-yang-membuat-generasi-milenial-belum-membeli-rumah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke