Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza, Jeda Perang 7 Bulan

Kompas.com - 07/05/2024, 05:25 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber AFP

JALUR GAZA, KOMPAS.com - Kelompok Hamas pada Senin (6/5/2024) akhirnya menerima usulan untuk gencatan senjata di Gaza Palestina. Jeda perang yang disetujui ialah tujuh bulan lamanya.

Hal itu dilakukan lantaran Israel pada hari Senin pagi memerintahkan warga Palestina untuk mengevakuasi diri dari Kota Rafah.

Israel telah lama menjanjikan invasi di Kota Rafah yang padat penduduk tersebut, sebagai lanjutan dari perang Israel-Hamas.

Baca juga: Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Pengumuman Hamas membuat massa bersorak ke jalan di tengah air mata kebahagiaan, nyanyian "Allahu Akbar" (Tuhan Yang Maha Besar) dan penembakan di udara.

Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan usulan tersebut jauh dari tuntutan penting Israel.

Namun pemerintah akan mengirim perunding untuk melakukan pembicaraan guna memanfaatkan potensi mencapai kesepakatan.

Sedangkan sekutu Israel yakni Amerika Serikat (AS) mengatakan, pihaknya sedang meninjau tanggapan dari Hamas.

Dikutip dari AFP pada Selasa (7/5/2024) pagi, anggota Hamas Khalil al-Hayya mengatakan kepada saluran Al Jazeera yang berbasis di Qatar bahwa proposal yang disetujui oleh Hamas mencakup gencatan senjata tiga tahap.

Dia mengatakan, hal itu mencakup penarikan total pasukan Israel dari Gaza, kembalinya warga Palestina yang menjadi pengungsi akibat perang dan pertukaran sandera-tahanan, dengan tujuan “gencatan senjata permanen”.

Baca juga: Israel Perintahkan Evakuasi Warga dari Rafah Gaza Sebelum Serangan Terjadi

Sementara itu, militer Israel mengulangi seruan sebelumnya kepada penduduk Rafah timur untuk mengungsi saat mereka mempersiapkan invasi darat di kota Gaza selatan.

Memperbarui seruan agar orang-orang pergi, juru bicara militer Daniel Hagari mengatakan pesawat Israel menargetkan lebih dari 50 sasaran teror di wilayah Rafah pada hari Senin.

Sebagai tanggapan, sayap bersenjata Hamas mengatakan militannya meluncurkan roket dari Gaza menuju Israel selatan.

Hamas dalam sebuah pernyataan mengatakan pemimpinnya Ismail Haniyeh telah memberi tahu mediator Qatar dan Mesir tentang persetujuan Hamas atas proposal mereka mengenai perjanjian gencatan senjata.

Seorang pejabat senior Hamas, yang berbicara kepada AFP tanpa menyebut nama, mengatakan Israel sekarang harus memutuskan apakah mereka menerima atau menghalangi gencatan senjata setelah tujuh bulan perang di Jalur Gaza.

Baca juga: Arab Saudi Naikkan Harga Minyak karena Prospek Gencatan Senjata Gaza Tampak Tipis

Sedangkan Israel meminta warga Palestina untuk meninggalkan Rafah timur di tengah meningkatnya kekhawatiran global mengenai konsekuensi invasi darat Israel ke kota yang berbatasan dengan Mesir.

Stephane Dujarric, juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, mengutuk perintah tersebut, dengan mengatakan bahwa perintah tersebut tidak mungkin dilaksanakan dengan aman.

Ketua badan hak asasi manusia dunia Volker Turk menyebutnya bahwa perintah itu "tidak manusiawi".

Belakangan, Dujarric mengatakan bahwa Guterres meminta Israel dan Hamas untuk bekerja lebih keras guna mencapai gencatan senjata.

Seruan evakuasi tersebut menyusul ketidaksepakatan antara Israel dan Hamas mengenai tuntutan kelompok tersebut untuk mengakhiri perang, selama perundingan akhir pekan di Kairo.

Media yang terkait dengan pemerintah Mesir mengatakan perundingan terhenti setelah serangan roket yang diklaim oleh sayap bersenjata Hamas menewaskan empat tentara Israel pada hari Minggu.

Netanyahu telah berjanji untuk mengirim pasukan darat ke Rafah terlepas dari gencatan senjata apa pun, hal ini bertentangan dengan kekhawatiran internasional.

Baca juga: OKI Kecam Genosida di Gaza, Desak Israel Diberi Sanksi

Dalam pernyataan menanggapi pengumuman Hamas, kantor Netanyahu juga mengatakan serangan Rafah akan dilakukan untuk memberikan tekanan militer terhadap Hamas guna mempercepat pembebasan sandera warga Israel.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Biden dan Trump Sepakati Aturan Debat Pertama Pilpres AS 2024, Termasuk Tak Boleh Bawa Catatan

Biden dan Trump Sepakati Aturan Debat Pertama Pilpres AS 2024, Termasuk Tak Boleh Bawa Catatan

Global
1,5 Juta Jemaah Haji Serbu Padang Arafah untuk Wukuf di Tengah Cuaca Ekstrem

1,5 Juta Jemaah Haji Serbu Padang Arafah untuk Wukuf di Tengah Cuaca Ekstrem

Global
Jet Tempur Swedia Cegat Pesawat Militer Rusia yang Langgar Wilayah Udara

Jet Tempur Swedia Cegat Pesawat Militer Rusia yang Langgar Wilayah Udara

Global
Kamal Ismail, Arsitek yang Tolak Dibayar Usai Perluas Masjidil Haram dan Masjid Nabawi

Kamal Ismail, Arsitek yang Tolak Dibayar Usai Perluas Masjidil Haram dan Masjid Nabawi

Global
Penampilan Publik Perdana Kate Middleton sejak Didiagnosis Kanker

Penampilan Publik Perdana Kate Middleton sejak Didiagnosis Kanker

Global
Pejabat Hamas: Tak Ada yang Tahu Berapa Banyak Sandera Israel yang Masih Hidup

Pejabat Hamas: Tak Ada yang Tahu Berapa Banyak Sandera Israel yang Masih Hidup

Internasional
Tzav 9, Kelompok Warga Israel yang Rutin Blokir, Jarah, dan Bakar Bantuan untuk Gaza

Tzav 9, Kelompok Warga Israel yang Rutin Blokir, Jarah, dan Bakar Bantuan untuk Gaza

Global
Ukraina Serang Perbatasan, 5 Warga Rusia Tewas

Ukraina Serang Perbatasan, 5 Warga Rusia Tewas

Global
Korut Bangun Jalan dan Tembok di Zona Demiliterisasi

Korut Bangun Jalan dan Tembok di Zona Demiliterisasi

Global
Di Gaza Utara Bawang Sekilo Rp 1,1 Juta, Warga Pilih Makan Roti

Di Gaza Utara Bawang Sekilo Rp 1,1 Juta, Warga Pilih Makan Roti

Global
WHO: Pasien Flu Burung di Meksiko Meninggal karena Kondisi Lain

WHO: Pasien Flu Burung di Meksiko Meninggal karena Kondisi Lain

Global
Tak Terima Diremehkan, Wanita Ini Resign Lalu Kuliah Lagi, Kini Kembali Bekerja dengan Gaji 2 Kali Lipat

Tak Terima Diremehkan, Wanita Ini Resign Lalu Kuliah Lagi, Kini Kembali Bekerja dengan Gaji 2 Kali Lipat

Global
Rangkuman Hari Ke-842 Serangan Rusia ke Ukraina: Kiriman Paket Bantuan Militer Jerman | Ultimatum Putin Dibalas Zelensky

Rangkuman Hari Ke-842 Serangan Rusia ke Ukraina: Kiriman Paket Bantuan Militer Jerman | Ultimatum Putin Dibalas Zelensky

Global
1,5 Juta Lebih Jemaah Menuju Arafah untuk Prosesi Wukuf

1,5 Juta Lebih Jemaah Menuju Arafah untuk Prosesi Wukuf

Global
Militer AS Hancurkan Radar dan Drone Kapal Houthi

Militer AS Hancurkan Radar dan Drone Kapal Houthi

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com