Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Kompas.com - 04/05/2024, 10:19 WIB
BBC News Indonesia,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

Penulis: Fergal Keane, Koresponden BBC khusus melaporkan dari Yerusalem

GAZA, KOMPAS.com - Sam Attar mengaku bahwa dia meninggalkan sebagian jiwanya di Jalur Gaza. Bagian dari dirinya yang melihat begitu banyak penderitaan dan tidak bisa dia lupakan.

Sudah tiga minggu Attar pulang ke Chicago, AS, usai memberikan bantuan kesehatan sebagai dokter di Gaza. Tapi, dia merasa seperti baru terjadi kemarin.

Waktu terus berputar tapi wajah-wajah dari Gaza terus membayanginya.

Baca juga: Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Salah satu wajah yang tidak dia lupakan adalah Jenna, seorang gadis kecil yang terbaring lemah, terlihat pucat pasi di ranjang rumah sakit.

Ibu Jenna menunjukkan kepada Sam Attar sebuah video pada ponselnya yang merekam ulang tahun terakhir sang bocah.

Itu adalah hari-hari bahagia Jenna sebelum malapetaka terjadi.

Peringatan: Artikel ini berisi detail dan gambar yang mungkin mengganggu sebagian pembaca.

Sam juga masih mengingat jelas seorang ibu lain yang kehilangan putranya yang masih berusia 10 tahun.

“Sang ibu baru saja memberitahu saya dengan tatapan kosong di wajahnya bahwa anaknya baru saja meninggal lima menit lalu. Staf medis telah mencoba untuk menutupi tubuhnya dengan selimut tetapi dia menolaknya. Ibu itu ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersamanya. Dia berduka, menangis selama sekitar 20 menit. Dia tidak ingin meninggalkan anaknya," jelasnya.

Lalu ada pria berusia 50-an tahun di sebuah sudut ruangan. Kedua kakinya telah diamputasi.

“Dia kehilangan anak-anaknya, cucu-cucunya, rumahnya. Dan dia sendirian di sudut rumah sakit yang gelap ini, belatung keluar dari luka-lukanya dan dia berteriak: 'Cacing-cacing itu memakanku hidup-hidup, tolong bantu aku'. Itu hanya satu saja dari… Saya tidak tahu, saya berhenti menghitung," kenang Attar.

"Tapi itulah orang-orang yang masih saya pikirkan karena mereka masih di sana," ucapnya.

Sam adalah pria sensitif yang berusia 40-an.

Kedua orang tuanya berprofesi sebagai dokter.

Baca juga: Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Sam lahir dan besar di Chicago dan bekerja sebagai ahli bedah di rumah sakit Northwestern.

Selama memberikan pertolongan di Gaza, dia membuat video harian dan merekam pengalamannya.

Selama dua minggu pada Maret dan April – atas nama LSM Palestinian American Bridge – ia bekerja di rumah sakit Gaza yang sangat kekurangan segalanya kecuali pasien yang terluka parah.

Foto Dokter AS Sam Attar. Dia menyebut, Kebutuhannya sangat besar. Dan Anda menjauh dari orang-orang yang masih ada dan masih menderita.SAM ATTAR via BBC NEWS INDONESIA Foto Dokter AS Sam Attar. Dia menyebut, Kebutuhannya sangat besar. Dan Anda menjauh dari orang-orang yang masih ada dan masih menderita.

Pada hari dia memasuki Gaza kali ini, dia langsung dihadapkan pada krisis kelaparan.

“Kami hanya dikerumuni orang yang menggedor-gedor mobil, ada yang mencoba melompat ke atas mobil. Mereka tidak berhenti karena jika berhenti maka orang-orang akan melompat ke dalam mobil. Mereka tidak mencoba untuk menyakiti kami. Mereka hanya meminta makanan."

Sam menceritakan pengalamannya dengan tenang, seperti yang mungkin Anda harapkan dari seorang pria yang terlatih untuk membuat pasien merasa nyaman.

Sam berkata, setiap hari ada tekanan tanpa henti untuk melakukan triase, memutuskan siapa yang bisa diselamatkan, siapa yang tidak.

Sam mengenang saat pasien terbaring di lantai rumah sakit dikelilingi oleh darah dan perban yang terlepas, udara dipenuhi tangisan kesakitan dan kerabat yang berduka.

Tidak ada yang bisa menghapus kengerian seperti itu -sekalipun seorang dokter yang sangat terlatih dengan pengalaman di zona perang seperti Ukraina, Suriah dan Irak.

Halaman:
Baca tentang

Terkini Lainnya

Korea Utara Kembali Terbangkan Balon Berisi Sampah ke Korea Selatan

Korea Utara Kembali Terbangkan Balon Berisi Sampah ke Korea Selatan

Global
Mengenal Apa Itu All Eyes on Rafah dan Artinya

Mengenal Apa Itu All Eyes on Rafah dan Artinya

Global
Trump Kini Berstatus Terpidana, Apakah Masih Bisa Maju ke Pilpres AS 2024?

Trump Kini Berstatus Terpidana, Apakah Masih Bisa Maju ke Pilpres AS 2024?

Global
Hezbollah Balas Serangan Israel dengan Drone Peledak

Hezbollah Balas Serangan Israel dengan Drone Peledak

Global
Estonia Tak Punya Rencana B Jika Ukraina Jatuh

Estonia Tak Punya Rencana B Jika Ukraina Jatuh

Global
PM Israel Bersikeras Penghancuran Hamas Syarat Akhiri Perang di Gaza

PM Israel Bersikeras Penghancuran Hamas Syarat Akhiri Perang di Gaza

Global
Katy Perry Bakal Tampil di Pesta Pranikah Putra Orang Terkaya di India

Katy Perry Bakal Tampil di Pesta Pranikah Putra Orang Terkaya di India

Global
Presiden Ukraina Zelensky Akan ke Singapura untuk Hadiri Forum Keamanan Shangri-La Dialogue

Presiden Ukraina Zelensky Akan ke Singapura untuk Hadiri Forum Keamanan Shangri-La Dialogue

Global
48 Jam Jelang Pemilu Meksiko, 1 Lagi Calon Wali Kota Tewas Dibunuh

48 Jam Jelang Pemilu Meksiko, 1 Lagi Calon Wali Kota Tewas Dibunuh

Global
Penyebab Tabrakan 2 Helikopter AL Malaysia Terungkap, Disebabkan Kesalahan Kru

Penyebab Tabrakan 2 Helikopter AL Malaysia Terungkap, Disebabkan Kesalahan Kru

Global
100 Rudal dan Drone Rusia Sasar Situs Energi Ukraina

100 Rudal dan Drone Rusia Sasar Situs Energi Ukraina

Global
Kecelakaan Kapal di Afghanistan, 20 Orang Termasuk Anak-anak Tenggelam

Kecelakaan Kapal di Afghanistan, 20 Orang Termasuk Anak-anak Tenggelam

Global
Agar Tak Ada Lagi Anak Korban Perang, Save The Children Serukan Gencatan Senjata di Gaza

Agar Tak Ada Lagi Anak Korban Perang, Save The Children Serukan Gencatan Senjata di Gaza

Global
Rangkuman Hari Ke-828 Serangan Rusia ke Ukraina: AS-Jerman Beri Izin Ukraina Serang Wilayah Rusia Pakai Senjata Mereka | China Tak Memihak

Rangkuman Hari Ke-828 Serangan Rusia ke Ukraina: AS-Jerman Beri Izin Ukraina Serang Wilayah Rusia Pakai Senjata Mereka | China Tak Memihak

Global
Marian, Ibu dari Michelle Obama, Meninggal di Usia 86

Marian, Ibu dari Michelle Obama, Meninggal di Usia 86

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com