Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Khawatirkan Serangan di Rafah, Israel Bakal Mempertimbangkannya

Kompas.com - 02/04/2024, 08:52 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Israel berencana menyerang Kota Rafah yang padat penduduk. Namun sekutunya, Amerika Serikat (AS) mengkhawatirkan tindakan tersebut.

Pasalnya, Rafah kini menjadi tempat berlindung bagi para pengungsi Palestina akibat perang Israel-Hamas.

Ketegangan kedua belah pihak meningkat, terlebih ketika AS pekan lalu menolak untuk memveto seruan gencatan senjata Dewan Keamanan PBB, dan malah abstain, yang memungkinkannya diloloskan seruan gencatan senjata dari DK PBB.

Baca juga: PBB: Ini Dampak Invasi Israel di Rafah bagi Warga Sipil

Namun, kedua belah pihak melakukan keterlibatan konstruktif mengenai Rafah selama dua jam pembicaraan dalam konferensi video.

Pembicaraan itu dihadiri oleh Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan, kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.

"Pihak AS menyatakan keprihatinannya terhadap berbagai tindakan di Rafah. Pihak Israel setuju untuk mempertimbangkan kekhawatiran ini dan melakukan diskusi lanjutan," tambah pernyataan itu, dikutip dari AFP pada Selasa (2/4/2024).

Sedangkan pihak Israel dipimpin oleh Penasihat Keamanan Nasional Tzachi Hanegbi dan Menteri Urusan Strategis Ron Dermer.

"Diskusi lanjutan akan mencakup pertemuan tatap muka pada awal minggu depan," tambah pernyataan itu.

Israel telah setuju untuk mengirim delegasi ke Washington untuk berdiskusi mengenai rencana Rafah, namun membatalkan perjalanan tersebut setelah Amerika Serikat pekan lalu menolak untuk memveto seruan gencatan senjata Dewan Keamanan PBB.

Sementara Wakil Sekretaris Pers Pentagon Sabrina Singh mengatakan kepada wartawan bahwa tujuan pertemuan hari Senin itu sama dengan tujuan kunjungan delegasi yang dibatalkan sebelumnya.

Baca juga: Biden Telepon Netanyahu, Sebut Serangan Darat ke Rafah adalah Kesalahan

Tujuannya adalah memahami apa rencana mereka untuk segala jenis operasi di Rafah.

"Selain itu juga untuk memahami bagaimana mereka akan memindahkan atau melakukan operasi dengan populasi yang sangat padat di sana, lebih dari satu juta orang," terang Singh kepada wartawan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com