Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Universitas di Iran Jadi Pusat Protes dan Sasaran Aparat

Kompas.com - 12/11/2022, 11:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

TEHERAN, KOMPAS.com - Dalam video yang beredar di media sosial, para mahasiswa lelaki dan perempuan di kampus-kampus Iran terlihat makan bersama, seringkali di luar ruang makan kampus yang sekarang ditutup.

Ruang makan kampus memisahkan mahasiswa berdasarkan jenis kelamin mereka. Tetapi di banyak kampus, mahasiswa merobohkan dinding pemisahnya.

Acara makan bersama para mahasiswa di depan kafetaria kampus yang ditutup sekarang menjadi tindakan perlawanan. Video-video yang disebar adalah bentuk aksi protes dan solidaritas terhadap demonstrasi anti pemerintah yang telah berlangsung selama berbulan-bulan di jalan-jalan Iran.

Baca juga: Bukan Sekadar Rudal Hipersonik, Iran Mengaku Sudah Buat Rudal Balistik Hipersonik

Dalam banyak video, pengunjuk rasa juga memegang plakat dengan seruan solidaritas untuk rekan-rekan mereka yang telah ditangkap. Menurut laporan media, sekitar 300 pelajar telah ditahan oleh pihak berwenang.

Para pengunjuk rasa tampaknya tidak terintimidasi oleh tindakan keras pemerintah terhadap demonstrasi. Dalam sebuah video online mereka bernyanyi: "Seorang pelajar mungkin mati, tetapi tidak akan menerima penghinaan."

Para mahasiswa juga menunjukkan solidaritas dengan anak-anak sekolah Iran, yang aktif dalam protes dan, sebagai akibatnya, mereka harus menanggung resiko. Para siswi di Sekolah Kejuruan Putri Shahid Sadr di Teheran, misalnya, baru-baru ini dipukuli karena ikut serta dalam demonstrasi.

"Para siswi dari Sekolah Menengah Sadr di Teheran diserang, digeledah dan dipukuli," kata kelompok aktivis 1500tasvir dalam laporannya.

Baca juga: Sekutu Dekat Putin Kunjungi Teheran, Rapat Keamanan dengan Pejabat Iran

Sejarah aksi mahasiswa dan ketidakpercayaan Khomeini

Aksi protes duduk mahasiswa di Universitas Alzahra di Teheran, 1 November 2022.UGC via DW INDONESIA Aksi protes duduk mahasiswa di Universitas Alzahra di Teheran, 1 November 2022.

Ketika Shah Iran digulingkan, beberapa kelompok mahasiswa, yang dimotivasi oleh Islamisme atau sosialisme, pada awalnya berdiri di belakang "pemimpin revolusi" Ayatollah Khomeini.

Tetapi kedua belah pihak menjadi "saling tidak mengenal lagi" segera setelah rezim Islam didirikan 1979. Sejak itu, mahasiswa Iran menghadapi tekanan dari para Mullah.

Siswa yang tidak setuju dengan rezim yang baru diculik atau dibunuh oleh pasukan keamanan rezim. Ketidakpercayaan antara kedua belah pihak makin meruncing, sehingga Dewan Revolusi pada Juni 1980 menutup semua universitas di negara itu.

Khomeini Ketika itu menyatakan perang kepada para mahasiswa, dosen, dan profesor. "Kami tidak takut dengan serangan militer. Kami takut dengan universitas kolonial," katanya.

Baca juga: Iran Hukum Gantung Tahanan yang Sudah Tewas

Rezim selama ini memandang universitas sebagai markas "mujahidin rakyat", yang merupakan sumber utama oposisi terhadap kepemimpinan Islam.

Para pengikut Khomeini "melenyapkan ribuan buku dari perpustakaan dan mengusir ribuan guru dan profesor dari jabatan mereka dengan menyebut mereka sebagai 'pemeluk ideologi Barat'," tulis jurnalis Gerhard Schweizer dalam bukunya "Understanding Iran."

Mehdi Jafari Gorzini, analis politik Iran yang tinggal di pengasingan, mengatakan kepada DW, "ribuan siswa dipecat, beberapa melarikan diri ke luar negeri, sementara yang lain ditangkap dan dieksekusi."

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rusia Tanggapi KTT Ukraina di Swiss: Tak Buahkan Hasil, Presiden Putin Masih Terbuka untuk Dialog

Rusia Tanggapi KTT Ukraina di Swiss: Tak Buahkan Hasil, Presiden Putin Masih Terbuka untuk Dialog

Global
PM Netanyahu Disebut Telah Bubarkan Kabinet Perang Israel

PM Netanyahu Disebut Telah Bubarkan Kabinet Perang Israel

Global
Sampaikan Pesan Idul Adha 2024, Wapres AS Akui Masih Ada “Hate Crime” ke Warga Muslim

Sampaikan Pesan Idul Adha 2024, Wapres AS Akui Masih Ada “Hate Crime” ke Warga Muslim

Global
Polisi Inggris Tabrakkan Mobil untuk Tangkap Sapi yang Kabur

Polisi Inggris Tabrakkan Mobil untuk Tangkap Sapi yang Kabur

Global
5 Tewas akibat Tabrakan Kereta Penumpang dan Barang di India

5 Tewas akibat Tabrakan Kereta Penumpang dan Barang di India

Global
Kebakaran Rumah di Vietnam Tewaskan 3 Anak dan 1 Perempuan

Kebakaran Rumah di Vietnam Tewaskan 3 Anak dan 1 Perempuan

Global
Rangkuman Hari Ke-844 Serangan Rusia ke Ukraina: Hasil KTT Ukraina | Serangan Drone Tewaskan Jurnalis Rusia

Rangkuman Hari Ke-844 Serangan Rusia ke Ukraina: Hasil KTT Ukraina | Serangan Drone Tewaskan Jurnalis Rusia

Global
Kereta Barang Tabrak Kereta Penumpang Ekspres di India, Jumlah Korban Belum Diketahui

Kereta Barang Tabrak Kereta Penumpang Ekspres di India, Jumlah Korban Belum Diketahui

Global
8 Orang Tewas Kehabisan Napas dalam Truk Berpendingin di China

8 Orang Tewas Kehabisan Napas dalam Truk Berpendingin di China

Global
Houthi Serang 3 Kapal, Salah Satunya Milik Militer AS

Houthi Serang 3 Kapal, Salah Satunya Milik Militer AS

Global
Polisi Tembak Pria Bawa Kapak dan Bom Molotov Jelang Pertandingan Euro

Polisi Tembak Pria Bawa Kapak dan Bom Molotov Jelang Pertandingan Euro

Global
Penembakan Massal di Michigan, 9 Orang Terluka, Pelaku Bunuh Diri

Penembakan Massal di Michigan, 9 Orang Terluka, Pelaku Bunuh Diri

Global
Dalam Konvoi Pemakaman Wapres Malawi, 4 Pelayat Tewas Tertabrak Mobil

Dalam Konvoi Pemakaman Wapres Malawi, 4 Pelayat Tewas Tertabrak Mobil

Global
Jeda Taktis Militer di Gaza untuk Pengiriman Bantuan Justru Dikecam PM Israel

Jeda Taktis Militer di Gaza untuk Pengiriman Bantuan Justru Dikecam PM Israel

Global
[KABAR DUNIA SEPEKAN] Info Terbaru Kate Middleton | Israel Umumkan Jeda Taktis di Gaza

[KABAR DUNIA SEPEKAN] Info Terbaru Kate Middleton | Israel Umumkan Jeda Taktis di Gaza

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com