Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pilu Perempuan Iran Butuh Sertifikat Perawan untuk Menikah...

Kompas.com - 10/08/2022, 09:10 WIB
BBC News Indonesia,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

Status selaput daranya akan tertera pada sertifikat tersebut disertai pernyataan: "Gadis ini tampaknya adalah perawan".

Di keluarga-keluarga yang lebih konservatif, sertifikat akan ditandatangani dua saksi—biasanya kedua ibu masing-masing calon mempelai.

Dr Fariba adalah salah satu dokter yang merilis sertifikat keperawanan selama bertahun-tahun.

Baca juga: Agama di Iran, dari Islam Syiah hingga Zoroastrian

Dia mengakui tes keperawanan adalah praktik yang memalukan bagi perempuan, namun dia meyakini bahwa sejatinya dia membantu banyak perempuan.

"Mereka berada dalam tekanan berat dari keluarga. Kadang kala saya berbohong secara verbal demi pasangan. Jika mereka telah tidur bersama dan ingin menikah, saya akan mengatakan di depan keluarga mereka bahwa perempuan ini adalah perawan," jelas Dr Fariba,

Praktik tes keperawanan tetap berlangsung karena, bagi banyak pria, menikahi seorang perawan adalah sesuatu yang fundamental.

"Jika seorang perempuan kehilangan keperawanannya sebelum menikah, dia tidak bisa dipercaya. Dia mungkin meninggalkan suaminya demi pria lain," kata Ali, seorang teknisi listrik berusia 34 tahun dari Shiraz.

Tapi dia mengaku telah berhubungan seks dengan 10 perempuan.

"Saya tidak tahan," ucapnya.

Ali menerima ada standar ganda di masyarakat Iran, namun dia bersikukuh bahwa tiada alasan tradisi diakhiri.

"Norma-norma sosial menerima bahw pria punya lebih banyak kebebasan dari perempuan," ucap dia.

Baca juga: Profil Negara Iran: Letak, Agama, Ideologi, dan Sejarah

Pandangan Ali serupa dengan banyak orang, khususnya di wilayah-wilayah pedesaan yang konservatif di Iran.

Meski rangkaian demonstrasi semakin banyak menentang tes keperawanan, tapi karena pandangan tes keperawanan sangat mengakar dalam budaya Iran, banyak pihak percaya diakhirinya tes keperawanan oleh pemerintah dan parlemen bakal sulit segera berlangsung.

Harapan untuk masa depan

Empat tahun setelah mencoba bunuh diri dan hidup bersama suaminya yang suka menyiksa, Maryam akhirnya bercerai melalui pengadilan.

Baru beberapa pekan lalu, dia berstatus lajang.

"Akan sangat sulit percaya laki-laki lagi. Saya tidak terpikir menikah lagi dalam waktu dekat," kata Maryam.

Bersama puluhan ribu perempuan lainnya, dia menandatangani petisi daring yang menuntut diakhirinya sertifikat keperawanan.

Meski dia paham bahwa hal itu sulit segera terjadi, mungkin sampai dia meninggal dunia, dia meyakini suatu nanti perempuan di Iran akan semakin dekat ke kesetaraan.

"Saya yakin itu akan terjadi suatu hari. Saya harap di masa depan tiada perempuan yang harus menjalani apa yang saya alami," jelas dia.

Baca juga: Dollar AS Dihapus Bertahap dalam Perdagangan Iran-Rusia

Semua nama narasumber diubah untuk melindungi identitas mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com