China membantah telah menguji rudal hipersonik, namun para ahli Barat meyakini bahwa dua peluncuran roket pada musim panas lalu menunjukkan bahwa militer China sedang berupaya untuk melakukan itu.
Baca juga: Situasi Taiwan Makin Tegang, ASEAN Peringatkan Konfrontasi antara Negara Besar
Tidak jelas sistem seperti apa yang mungkin dikembangkan China.
Ada dua tipe utama, yakni:
Ada kemungkinan bahwa China mungkin telah berhasil menggabungkan dua sistem itu, menembakkan rudal hipersonik dari pesawat ruang angkasa bermanuver FOBS.
Menurut Dr Leoni, meski rudal hipersonik sementara ini mungkin tidak mengubah situasi, namun kehadirannya akan membuat beberapa target sangat rentan terhadap serangan.
“Rudal hipersonik membuat kapal induk khususnya jauh lebih sulit untuk dipertahankan,” katanya.
Namun dia juga berpendapat bahwa ancaman rudal hipersonik China mungkin dibesar-besarkan oleh sejumlah pejabat Barat yang ingin menciptakan situasi seserius mungkin demi pembiayaan teknologi militer ruang angkasa.
Baca juga: Perbandingan Militer China vs Taiwan, Bagaimana Taipei Mempertahankan Diri dari Beijing?
“Ancamannya memang nyata, tapi bisa saja ini dilebih-lebihkan.”
China saat ini berkomitmen mengembangkan perang “cerdas“ melalui metode militer masa depan yang berbasis kecerdasan buatan.
Akademi Militer China telah diberi mandat untuk memastikan metode itu bisa diterapkan melalui “fusi sipil-militer“, yang menggabungkan perusahaan teknologi sektor swasta China dengan industri pertahanan negara.
Sejumlah laporan menunjukkan bahwa China mungkin sudah menggunakan kecerdasan buatan dalam robotika militer dan sistem panduan rudal, serta kendaraan udara tak berawak dan kapal angkatan laut tak berawak.
Menurut penilaian para ahli belakangan ini, China disebut telah melakukan operasi siber skala besar di luar negeri.
Pada Juli lalu, Inggris, AS dan Uni Eropa menuduh China melakukan serangan siber berskala besar yang menargetkan server Microsoft Exchange.
Serangan itu diyakini memengaruhi setidaknya 30.000 organisasi di seluruh dunia dan bertujuan untuk spionase skala besar, termasuk memperoleh informasi pribadi dan kekayaan intelektual.
Baca juga: Menlu ASEAN Peringatkan China, Latihan Militer di Selat Taiwan Bisa Picu Konflik Terbuka
Apakah China menjauh dari sikapnya yang menghindari kontrontasi menuju sikap yang lebih mengancam?
Menurut Dr Leoni, untuk saat ini China masih berupaya “menang tanpa pertempuran”, meskipun strategi itu bisa berubah di masa depan.
"Menjadi kekuatan angkatan laut yang sepenuhnya modern bisa menjadi salah satu titik kritis."
Sebaliknya, Kolonel Senior Zhou menegaskan bahwa ketakutan Barat itu tidak berdasar.
"China tidak berniat mengawasi dunia, tidak seperti Amerika Serikat. Bahkan jika China menjadi jauh lebih kuat suatu hari nanti, China akan mempertahankan kebijakan dasarnya," kata Zhou.
China belum pernah berperang sejak 1979.
Ketika China berperang dengan Vietnam, kapasitas militernya ternyata benar-benar belum teruji.
Banyak pihak baik di sisi Barat maupun di China sendiri berharap situasinya akan tetap seperti itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.