Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Panas soal Taiwan, Ini Perbandingan Kekuatan Militer China Vs AS

Kompas.com - 05/08/2022, 10:58 WIB
BBC News Indonesia,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

China membantah telah menguji rudal hipersonik, namun para ahli Barat meyakini bahwa dua peluncuran roket pada musim panas lalu menunjukkan bahwa militer China sedang berupaya untuk melakukan itu.

Baca juga: Situasi Taiwan Makin Tegang, ASEAN Peringatkan Konfrontasi antara Negara Besar

Tidak jelas sistem seperti apa yang mungkin dikembangkan China.

Ada dua tipe utama, yakni:

  1. Rudal luncur hipersonik tetap berada di atmosfer bumi
  2. Sistem pengemboman orbital (FOBS) terbang di orbit rendah sebelum berakselerasi menuju target

Ada kemungkinan bahwa China mungkin telah berhasil menggabungkan dua sistem itu, menembakkan rudal hipersonik dari pesawat ruang angkasa bermanuver FOBS.

Menurut Dr Leoni, meski rudal hipersonik sementara ini mungkin tidak mengubah situasi, namun kehadirannya akan membuat beberapa target sangat rentan terhadap serangan.

“Rudal hipersonik membuat kapal induk khususnya jauh lebih sulit untuk dipertahankan,” katanya.

Namun dia juga berpendapat bahwa ancaman rudal hipersonik China mungkin dibesar-besarkan oleh sejumlah pejabat Barat yang ingin menciptakan situasi seserius mungkin demi pembiayaan teknologi militer ruang angkasa.

Baca juga: Perbandingan Militer China vs Taiwan, Bagaimana Taipei Mempertahankan Diri dari Beijing?

“Ancamannya memang nyata, tapi bisa saja ini dilebih-lebihkan.”

Kecerdasan buatan dan serangan siber

China saat ini berkomitmen mengembangkan perang “cerdas“ melalui metode militer masa depan yang berbasis kecerdasan buatan.

Akademi Militer China telah diberi mandat untuk memastikan metode itu bisa diterapkan melalui “fusi sipil-militer“, yang menggabungkan perusahaan teknologi sektor swasta China dengan industri pertahanan negara.

Sejumlah laporan menunjukkan bahwa China mungkin sudah menggunakan kecerdasan buatan dalam robotika militer dan sistem panduan rudal, serta kendaraan udara tak berawak dan kapal angkatan laut tak berawak.

Menurut penilaian para ahli belakangan ini, China disebut telah melakukan operasi siber skala besar di luar negeri.

Pada Juli lalu, Inggris, AS dan Uni Eropa menuduh China melakukan serangan siber berskala besar yang menargetkan server Microsoft Exchange.

Serangan itu diyakini memengaruhi setidaknya 30.000 organisasi di seluruh dunia dan bertujuan untuk spionase skala besar, termasuk memperoleh informasi pribadi dan kekayaan intelektual.

Baca juga: Menlu ASEAN Peringatkan China, Latihan Militer di Selat Taiwan Bisa Picu Konflik Terbuka

Masa depan yang tidak pasti

Apakah China menjauh dari sikapnya yang menghindari kontrontasi menuju sikap yang lebih mengancam?

Menurut Dr Leoni, untuk saat ini China masih berupaya “menang tanpa pertempuran”, meskipun strategi itu bisa berubah di masa depan.

"Menjadi kekuatan angkatan laut yang sepenuhnya modern bisa menjadi salah satu titik kritis."

Sebaliknya, Kolonel Senior Zhou menegaskan bahwa ketakutan Barat itu tidak berdasar.

"China tidak berniat mengawasi dunia, tidak seperti Amerika Serikat. Bahkan jika China menjadi jauh lebih kuat suatu hari nanti, China akan mempertahankan kebijakan dasarnya," kata Zhou.

China belum pernah berperang sejak 1979.

Ketika China berperang dengan Vietnam, kapasitas militernya ternyata benar-benar belum teruji.

Banyak pihak baik di sisi Barat maupun di China sendiri berharap situasinya akan tetap seperti itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Asal Usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Asal Usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Global
Hujan Lebat di Brasil Selatan Sebabkan 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Hujan Lebat di Brasil Selatan Sebabkan 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Global
Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: '150.000 Tentara Rusia Tewas' | Kremlin Kecam Komentar Macron

Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: "150.000 Tentara Rusia Tewas" | Kremlin Kecam Komentar Macron

Global
Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

Global
Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com