KABUL, KOMPAS.com - Pemerintahan Taliban di Afghanistan mengumumkan sekolah menengah perempuan akan ditutup, beberapa jam setelah dibuka kembali untuk pertama kalinya dalam hampir tujuh bulan.
Perubahan kebijakan Taliban yang tiba-tiba ini membuat siswa perempuan di atas kelas enam tidak akan bisa bersekolah.
Baca juga: Taliban Buka Lagi Sekolah Menengah untuk Anak Perempuan di Afghanistan
Sebuah pemberitahuan Kementerian Pendidikan mengatakan pada Rabu (23/3/2022) bahwa sekolah untuk anak perempuan akan ditutup sampai rencana disusun sesuai dengan hukum Islam dan budaya Afghanistan, menurut Bakhtar News Agency, sebuah kantor berita pemerintah.
“Kami memberi tahu semua sekolah menengah perempuan dan sekolah yang memiliki siswa perempuan di atas kelas enam bahwa mereka libur sampai pesanan berikutnya,” kata pemberitahuan itu.
"Ya, itu benar," kata juru bicara Taliban Inamullah Samangani kepada AFP ketika diminta untuk mengonfirmasi laporan bahwa anak perempuan Afghanistan telah diperintahkan pulang.
Dia tidak segera menjelaskan alasannya, sementara juru bicara kementerian pendidikan Aziz Ahmad Rayan mengatakan: "Kami tidak diizinkan untuk mengomentari ini."
“Sangat mengecewakan bahwa para gadis, yang menunggu hari ini, pulang dari sekolah. Ini menunjukkan bahwa Taliban tidak dapat diandalkan dan tidak dapat memenuhi janji mereka,” kata Shukria Barakzai, seorang politisi dan jurnalis Afghanistan yang berbasis di London.
Baca juga: Menolak Bekerja Sama dengan Taliban, Diplomat Afghanistan Terus Dapat Tekanan
“Artinya, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas dilarang untuk anak perempuan. Bahkan sekolah dasar tidak dibuka di seluruh negeri. Sebagian besar provinsi tidak memiliki sekolah dasar perempuan,” kata Barakzai kepada Al Jazeera dari London.
“Ini menunjukkan bahwa Taliban persis sama seperti sebelumnya – mereka menentang pendidikan anak perempuan.”
Kementerian Pendidikan Afghanistan mengakui pihaknya menghadapi kekurangan guru. Pasalnya banyak di antara puluhan ribu orang yang melarikan diri dari negara itu, ketika Taliban berkuasa setelah pemerintah Presiden Ashraf Ghani yang didukung Barat runtuh.
"Kami membutuhkan ribuan guru dan untuk memecahkan masalah ini kami mencoba untuk merekrut guru baru untuk sementara," kata juru bicara itu.
Kementerian Pendidikan pekan lalu telah mengumumkan bahwa sekolah untuk semua siswa, termasuk perempuan, akan dibuka di seluruh negeri pada Rabu (23/3/2022).
Itu akan menjadI hari pertama tahun ajaran baru Afghanistan, setelah berbulan-bulan pembatasan pendidikan untuk anak perempuan usia sekolah menengah.
Baca juga: Saat Barat Fokus Perang Ukraina, Krisis Afghanistan Memburuk
Pada Selasa (22/3/2022) malam seorang juru bicara kementerian merilis sebuah video yang memberi selamat kepada semua siswa atas kembalinya mereka ke kelas.
Sebuah tim AFP meliput terobosan itu di Sekolah Menengah Zarghona di ibu kota, Kabul. Tapi seorang guru masuk dan mengatakan kelas telah usai.
Siswa yang kecewa, kembali ke sekolah untuk pertama kalinya sejak Taliban merebut kekuasaan pada Agustus tahun lalu, tapi tak lama mereka harus menangis mengemasi barang-barang mereka dan keluar.
“Saya melihat murid-murid saya menangis dan enggan meninggalkan kelas,” kata Palwasha, seorang guru di sekolah putri Omra Khan di Kabul.
“Sangat menyakitkan melihat murid-murid Anda menangis.”
“Kami semua kecewa dan kami semua putus asa ketika kepala sekolah memberi tahu kami, dia juga menangis,” kata seorang siswa, yang tidak disebutkan namanya karena alasan keamanan.
Baca juga: Cerita Mantan Menteri Keuangan Afghanistan, Lari ke AS Kini Jadi Pengemudi Uber
Terakhir kali Taliban memerintah Afghanistan, dari 1996 hingga 2001, Taliban melarang pendidikan perempuan dan sebagian besar pekerjaan perempuan.
Tetapi setelah kembali berkuasa pada Agustus, kelompok tersebut menjanjikan kesempatan untuk pendidikan dan pekerjaan untuk perempuan Afghanistan.
Komunitas internasional telah menjadikan pendidikan anak perempuan Afghanistan sebagai tuntutan utama, untuk pengakuan masa depan pemerintahan Taliban, yang mengambil alih negara itu pada Agustus ketika pasukan asing menarik diri.
Dewan Pengungsi Norwegia menyatakan 'keprihatinan mendalam' terhadap pengumuman pemerintah.
“Kami berharap pemerintah Taliban mengizinkan semua anak perempuan dan laki-laki di seluruh negeri untuk melanjutkan siklus pendidikan lengkap mereka, sejalan dengan jaminan publik sebelumnya yang telah mereka berikan,” Jan Egeland, Sekretaris Jenderal NRC, mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Rabu (23/3/2022).
Ketika Taliban mengambil alih Agustus lalu, sekolah-sekolah ditutup karena pandemi Covid-19. Tetapi dua bulan kemudian hanya anak laki-laki dan anak perempuan 12 tahun kebawah yang diizinkan kembali ke sekolah.
Baca juga: Taliban Perintahkan Penyisiran Keamanan Besar-besaran di Ibu Kota Afghanistan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.