Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika China Hati-hati Berkomentar Soal Langkah Terbaru Putin di Donetsk dan Luhansk…

Kompas.com - 22/02/2022, 19:30 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber CNN

JENEWA, KOMPAS.com - Utusan China untuk PBB menyerukan "semua pihak" untuk menahan diri dan menghindari "memicu ketegangan" di Ukraina, tetapi tidak dengan tegas mengutuk pengakuan kemerdekaan Kremlin untuk dua wilayah pro-Moskwa di Ukraina timur, Donetsk dan Luhansk.

Duta Besar China untuk PBB Zhang Jun mengatakan Beijing menyambut dan mendorong setiap upaya untuk solusi diplomatik, dan menambahkan bahwa semua masalah harus diperlakukan atas dasar kesetaraan.

Baca juga: Presiden Nikaragua Bela Sikap Rusia atas Ukraina, Apa yang Dikatakan?

"Situasi saat ini di Ukraina adalah hasil dari banyak faktor kompleks. China selalu membuat posisinya sendiri sesuai dengan kepatutan dari masalah itu sendiri,” kata Zhang dalam sebuah pernyataan singkat pada pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB Senin (21/2/2022) malam sebagaimana dilansir CNN.

“Kami percaya bahwa semua negara harus menyelesaikan perselisihan internasional dengan cara damai sesuai dengan tujuan dan prinsip-prinsip Piagam PBB," tegasnya.

Pertemuan dewan keamanan PBB pada Senin (21/2/2022) terjadi ketika para pemimpin dunia berusaha mati-matian meredakan situasi di Ukraina.

Situasi berubah dengan cepat ketika Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pasukan Rusia masuk ke dua wilayah yang didukung Moskwa untuk memisahkan diri, setelah mengakui mereka sebagai wilayah independen. Pejabat Barat melihat langkah itu akan memberikan dalih untuk invasi yang lebih luas ke Ukraina.

Baca juga: Presiden Ukraina Berseru Tak Akan Menyerahkan Tanahnya ke Rusia!

Posisi sulit China

China mempertahankan niatnya dalam dialog dan resolusi damai. Tetapi para ahli mengatakan Beijing berusaha menavigasi posisi yang kompleks ketika krisis di Ukraina meningkat.

Di satu sisi China berusaha menyeimbangkan hubungan yang semakin dalam dengan Moskwa. Sementara di saat yang sama tetap dengan kebijakan luar negerinya yang kukuh membela kedaulatan negara.

"Mereka tidak ingin terlibat dan mereka tidak ingin membuat pernyataan yang sangat kuat, (dengan cara itu) AS tidak akan marah dan Rusia (juga tidak)," kata Alfred Wu, Profesor rekanan Bidang Kebijakan Publik di Universitas Nasional Singapura.

Menurutnya, Beijing ingin menghindari sanksi Barat yang menargetkan tindakan Moskwa. Oleh karena itu, China akan "berhati-hati agar tidak memiliki citra bahwa mereka secara terbuka mendukung Rusia."

Baca juga: Profil Donetsk dan Luhansk, Wilayah Separatis Ukraina yang Diakui Merdeka oleh Rusia


Rusia mengabaikan proposal China

China sebelumnya mendesak pihak-pihak yang terlibat dalam krisis Ukraina untuk kembali ke perjanjian Minsk. Kesepakatan 2014 dan 2015 itu tercapai menyusul konflik di Ukraina timur, yang menegakkan kontrol Kiev atas perbatasannya dengan Rusia.

Dalam komentar pada Sabtu (19/2/2022) saat berpidato di konferensi yang sama di Munich, Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan "kedaulatan, kemerdekaan dan integritas teritorial semua negara harus dihormati dan dijaga."

Wang menegaskan kembali posisi China dalam panggilan telepon terbaru pada Senin (21/2/2022) malam dengan rekanan dari AS, Menteri Luar Negeri Antony Blinken.

Menurut rilis dari Kementerian Luar Negeri China, Wang menyatakan "keprihatinan" tentang situasi di Ukraina.

"China prihatin tentang evolusi situasi di Ukraina" dan "masalah keamanan yang sah dari negara mana pun harus dihormati," kata Wang selama panggilan telepon.

Halaman:

Terkini Lainnya

Wanita Ini Akhirnya Melahirkan Anak Perempuan Setelah Punya 9 Anak Laki-laki

Wanita Ini Akhirnya Melahirkan Anak Perempuan Setelah Punya 9 Anak Laki-laki

Global
Peramal India Pertahankan Prediksi, Klaim Perang Dunia III Tinggal Menghitung Hari

Peramal India Pertahankan Prediksi, Klaim Perang Dunia III Tinggal Menghitung Hari

Global
Rusia Tingkatkan Serangan di Dekat Toretsk, Kota Garis Depan Ukraina

Rusia Tingkatkan Serangan di Dekat Toretsk, Kota Garis Depan Ukraina

Global
China Ganti Nama Ratusan Desa dan Kota Uighur yang Berbau Agama dan Budaya Tertentu

China Ganti Nama Ratusan Desa dan Kota Uighur yang Berbau Agama dan Budaya Tertentu

Global
Hampir 2.000 Anak Meninggal Setiap Hari Akibat Polusi Udara

Hampir 2.000 Anak Meninggal Setiap Hari Akibat Polusi Udara

Global
21 Drone Rusia Serang Ukraina, Rusak Fasilitas Energi Dekat Perbatasan

21 Drone Rusia Serang Ukraina, Rusak Fasilitas Energi Dekat Perbatasan

Global
Warga Gaza Terpaksa Hidup Berdampingan dengan Sampah dan Hewan Pengerat

Warga Gaza Terpaksa Hidup Berdampingan dengan Sampah dan Hewan Pengerat

Internasional
Menerka Tujuan Putin Bertemu Kim Jong Un di Korea Utara

Menerka Tujuan Putin Bertemu Kim Jong Un di Korea Utara

Global
Mengapa Kunjungan Putin ke Korea Utara Kali Ini Sangat Penting?

Mengapa Kunjungan Putin ke Korea Utara Kali Ini Sangat Penting?

Internasional
Pebalap Junior Argentina Berusia 9 Tahun Tewas Kecelakaan di Brasil

Pebalap Junior Argentina Berusia 9 Tahun Tewas Kecelakaan di Brasil

Global
Putin dan Kim Jong Un Hadiri Upacara Besar di Alun-alun Pyongyang

Putin dan Kim Jong Un Hadiri Upacara Besar di Alun-alun Pyongyang

Global
Israel Ancam Hancurkan Hezbollah jika Terjadi Perang Total

Israel Ancam Hancurkan Hezbollah jika Terjadi Perang Total

Global
Rangkuman Hari Ke-846 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin ke Korea Utara | Temuan Tentara Ukraina Terpenggal

Rangkuman Hari Ke-846 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin ke Korea Utara | Temuan Tentara Ukraina Terpenggal

Global
Senat Thailand Loloskan RUU Pernikahan Sesama Jenis

Senat Thailand Loloskan RUU Pernikahan Sesama Jenis

Global
Penjaga Pantai Yunani Dituding Lempar Para Migran ke Laut dan Biarkan Mereka Tewas

Penjaga Pantai Yunani Dituding Lempar Para Migran ke Laut dan Biarkan Mereka Tewas

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com