Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Joe Biden Sebut Upah Pekerja AS Perlu Dinaikkan

Kompas.com - 23/07/2021, 10:14 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber The Hill

 

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Joe Biden mengatakan pada Rabu (21/7/2021) bahwa bisnis yang berjuang untuk mempekerjakan kembali pekerja di tengah pandemi virus corona perlu menawarkan upah yang lebih tinggi demi menyelesaikan masalah perekrutan mereka.

Dilansir The Hill, Biden membuat komentar ini di balai kota CNN di Cincinnati, sebagai tanggapan atas pertanyaan audiens yang bekerja di bisnis restoran.

Biden menggembar-gemborkan tagihan bantuan virus corona senilai 1,9 triliun AS, yang mendanai program untuk memberikan bantuan kepada restoran yang sangat terpengaruh penutupan dan pembatasan terkait virus.

Selanjutnya, dia menyatakan bahwa upah rendah dapat membuat orang tidak kembali bekerja.

Baca juga: Joe Biden Berencana Bertemu Sektor Swasta, Bahas Keamanan Siber

"Saya pikir itu benar-benar masalah. Orang memutuskan bahwa mereka memiliki peluang untuk melakukan hal-hal lain, di mana di situ ada kekurangan karyawan."

"Oang-orang mencari untuk menghasilkan lebih banyak uang dan menawar. Jadi saya pikir bisnis Anda dan bisnis wisata benar-benar akan terikat untuk sementara waktu," kata Biden, menjawab audiens bernama John.

"John, tebakan saya adalah bahwa orang-orang membayar tujuh, delapan dolar per jam ditambah tip, itu menurut saya, John. Anda akan mendapatkan 15 dolar per jam atau lebih sekarang," kata Biden, berbicara kepada penonton dengan menyebutkan namanya.

Baca juga: AS Kirim Pejabat Tertinggi Kedua di Bawah Biden ke China Akhir Pekan Ini

Presiden juga mengatakan bahwa pemerintahannya "mengakhiri semua hal" yang membuat orang tidak dapat kembali bekerja.

Masih dilansir The Hill, ini tampaknya merujuk pada tunjangan pengangguran yang diperluas-- yang telah disangkal oleh pemerintahannya dan berkontribusi pada tantangan rekrutmen.

Biden kemudian mengklarifikasi bahwa dia telah melihat "tidak ada bukti bahwa itu memiliki dampak serius".

Tetapi dirinya mengakui bahwa beberapa orang berpendapat bahwa tunjungan diperluas mendorong orang untuk tinggal di rumah.

"Ini akan segera berakhir," kata Biden.

Baca juga: AS Lancarkan Serangan Udara Pertama di Somalia di Bawah Pemerintahan Biden

Di sisi lain, Partai Republik dan organisasi seperti Kamar Dagang AS berpendapat, tunjangan pengangguran yang diperluas yang didanai undang-undang bantuan virus corona senilai 1,9 triliun dollar AS dari Biden, sebenarnya membuat orang enggan untuk kembali bekerja.

Tunjangan federal tambahan sebesar 300 dollar AS, dijadwalkan berakhir pada September mendatang.

Beberapa negara bagian telah memilih untuk mengakhiri manfaat lebih awal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Anak-anak di Gaza Tak Tahan Lagi dengan Panas, Gigitan Nyamuk, dan Gangguan Lalat...

Anak-anak di Gaza Tak Tahan Lagi dengan Panas, Gigitan Nyamuk, dan Gangguan Lalat...

Global
AS Menentang Penyelidikan ICC atas Tindakan Israel di Gaza, Apa Alasannya?

AS Menentang Penyelidikan ICC atas Tindakan Israel di Gaza, Apa Alasannya?

Global
Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskors... 

Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskors... 

Global
ICC Isyaratkan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu, Israel Cemas

ICC Isyaratkan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu, Israel Cemas

Global
[POPULER GLOBAL] Bom Belum Meledak di Gaza | Sosok Penyelundup Artefak Indonesia

[POPULER GLOBAL] Bom Belum Meledak di Gaza | Sosok Penyelundup Artefak Indonesia

Global
Pria Ini Memeluk 1.123 Pohon dalam Satu Jam, Pecahkan Rekor Dunia

Pria Ini Memeluk 1.123 Pohon dalam Satu Jam, Pecahkan Rekor Dunia

Global
Ukraina Gagalkan 55 Serangan Rusia di Donetsk

Ukraina Gagalkan 55 Serangan Rusia di Donetsk

Global
Datangi Arab Saudi, Menlu AS Bujuk Normalisasi Hubungan dengan Israel

Datangi Arab Saudi, Menlu AS Bujuk Normalisasi Hubungan dengan Israel

Global
Saat Bangladesh Liburkan Sekolah secara Nasional karena Gelombang Panas...

Saat Bangladesh Liburkan Sekolah secara Nasional karena Gelombang Panas...

Global
Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Internasional
Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Global
3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur 'Facial Vampir' di New Mexico

3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur "Facial Vampir" di New Mexico

Global
Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Global
PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

Global
Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com