Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Kilang Minyak, Awalnya Dianggap Mengganggu

Kompas.com - 29/03/2021, 16:20 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Kilang minyak alias pengilangan minyak mentah tak terlepas dari keberhasilan pengeboran sumur minyak.

Sebelumnya, minyak bumi hanya tersedia dalam jumlah yang sangat kecil dan pemanfaatannya amat sangat terbatas.

Melansir American Chemical Society, minyak bumi sebenarnya sudah digunakan lebih dari lima ribu tahun yang lalu di peradaban Mesopotamia.

Orang-orang Sumeria, Asyur, dan Babilonia menambang rembesan minyak bumi ke permukaan kemudian dijadikan aspal untuk keperluan arsitektur, membangun jalan, mendempul kapal, dan obat-obatan.

Setelah itu, pengetahuan tentang minyak bumi dan penggunaannya menurun kepada orang-orang Romawi.

Di belahan benua lain, suku Seneca di Pennsylvania (kini negara bagian di AS) mengumpulkan rembesan minyak bumi selama ratusan tahun.

Baca juga: Inspirasi Energi: Apa Itu Kilang Minyak? Ini Penjelasannya

Rembesan minyak bumi tersebut digunakan sebagai salep, pengusir serangga, dan tonik. Ketika orang-orang Eropa tiba di Benua Amerika, mereka yakin bahwa rembesan minyak bumi yang diambil suku Seneca efektif untuk mengobati keseleo dan rematik.

Rembesan minyak bumi tersebut juga bisa terbakar namun mengeluarkan asap yang berbau tidak sedap. Sehingga tidak biasa digunakan untuk penerangan.

Ketika itu, lilin dan minyak ikan paus merupakan sumber daya utama yang digunakan untuk penerangan. Minyak ikan paus juga digunakan untuk pelumasan.

Tetapi permintaan minyak ikan paus terus meningkat dan harganya menjadi meroket. Situasi ini dibarengi dengan dengan perkembangan transportasi mekanis dan industrialisasi.

Tuntutan ini memicu pencarian sumber daya baru. Pada 1840-an, Abraham Gesner, seorang ahli geologi, berhasil mengubah mineral bitumen menjadi minyak di New Brunswick.

Gesner menyebutnya "keroselain" dari Bahasa Yunani untuk "lilin" dan "minyak", yang kemudian menjadi kerosene alias minyak tanah.

Baca juga: Ledakan Terjadi di Kilang Minyak Afrika Selatan, 7 Orang Luka-luka

Awalnya dianggap mengganggu

Rembesan minyak bumi ke permukaan awalnya dianggap mengganggu oleh pengusaha sumur garam karena sering muncul ke permukaan bersamaan dengan air garam.

Di Tarentum, Pennsylvania, AS, Samuel Kier dan ayahnya memiliki sumur garam dengan rembesan minyak bumi. Keluarganya mulanya merasa terganggu dengan hal itu.

Kier mengira minyak yang mencemari sumurnya mirip dengan “minyak obat” yang diminum istrinya untuk penyakit serius.

Analisis kimia membuktikan kedua minyak tersebut identik dan pada 1852, Kier mulai memasarkan minyak dari sumur garamnya sebagai "Kier's Petroleum" atau "Rock Oil".

Kier mengklaim “obatnya” mampu menyembuhkan luka bakar, borok, kolera, asma, gangguan pencernaan, rematik, dan kebutaan.

Baca juga: Inspirasi Energi: Manfaat Terusan Suez Bagi Perdagangan Minyak Dunia

Seiring berjalannya waktu, sumur garam Kier menghasilkan lebih banyak rembesan minyak bumi, jadi dia mulai mencari kegunaan lain untuk itu.

Dia mengirim sampel ke Profesor James Curtis Booth dari Franklin Institute di Philadelphia, yang kemudian menjadi presiden American Chemical Society.

Analisisnya menentukan bahwa minyak bumi dapat dimurnikan untuk digunakan dalam penerangan.

Berbekal gambar yang diberikan oleh Booth, Kier mulai menyuling rembesan minyak bumi tersebut menjadi apa yang dia sebut "minyak karbon" dan dijual 1,50 dollar AS per galon.

Saat itu belum ada alat yang cocok untuk membakar minyak produksi Kier. Dia mulai bereksperimen membuat alat penerangan yang memungkinkan minyak hasil sulingannya terbakar lebih terang, meski masih mengeluarkan bau yang tidak menyenangkan.

Baca juga: Luruskan Rambut dengan Minyak Tanah dan Nyalakan Korek Api, Bocah 12 Tahun Tewas

Meski bau yang dihasilkan tidak menyenangkan, cahaya yang dihasilkan dari alat penerangan buatannya lebih terang. Kier memutuskan untuk membangun alat penyulingannya lagi.

Setelah itu, dewan kota melarang penyulingan minyak bumi karena bahaya kebakaran, Kier memindahkan operasinya ke luar batas kota Pittsburgh.

Beberapa orang lain berhasil menghilangkan bau tidak sedap dari minyak bumi hasil sulingan dengan mengolahnya dengan asam.

Namun, kegunaan minyak bumi sebagai bahan bakar penerangan menemui hambatan baru yakni mengeluarkannya dari dalam tanah untuk jumlah yang besar.

Baca juga: Kronologi Terusan Suez Macet: Kapal Raksasa Tersangkut, Harga Minyak Dunia Naik

Pengeboran Minyak

Seiring berjalannya waktu, di Ontario, Kanada, ada pihak yang berhasil mengambil minyak bumi dari dalam tanah pada 1858 melalui pengeboran.

Berselang setahun kemudian, pada 1859, pengeboran untuk mengambil minyak bumi dari dalam berhasil dilakukan di Titusville, Pennsylvania, AS.

Sejak saat itu, kehadiran minyak bumi mentah bukan lagi menjadi hambatan. Kehadiran minyak mentah dalam jumlah banyak menginspirasi pengembangan sistem pemrosesan skala besar.

Akhrinya, tercetuslah pemikiran untuk menyuling minyak mentah dalam skala besar. pengilangan minyak paling awal menggunakan unit distilasi sederhana.

Baca juga: Kemacetan Pengaruhi Harga Minyak, Seberapa Penting Terusan Suez bagi Pelayaran Dunia?

Untuk memisahkan berbagai unsur, minyak bumi dipanaskan dalam bejana dan mengembunkan uap yang dihasilkan menjadi fraksi cair sebagaimana dilansir Britannica.

Awalnya, produk utamanya dari proses ini adalah minyak tanah sebagai minyak lampu pembakaran yang lebih bersih dengan kualitas yang lebih konsisten daripada minyak ikan paus.

Produk mentah dengan titik didih paling rendah dari tempat penyulingan kala itu adalah nafta, produk yang sekarang disulingkan lagi menjadi bensin.

Teknik pengeboran minyak tersebut dengan cepat menyebar ke Rusia dan pada 1890, penyulingan minyak memproduksi minyak tanah dan bahan bakar minyak dalam jumlah besar.

Baca juga: Inspirasi Energi: Gas Alam Jadi Sumber Energi Primer pada 2050, Salip Minyak dan Batubara

Ekspansi mesin pembakaran dalam

Perkembangan mesin pembakaran dalam pada tahun-tahun terakhir abad ke-19 menciptakan pasar kecil untuk nafta mentah.

Perkembangan otomotif pada pergantian dari abad ke-19 ke abad ke-20 secara tajam meningkatkan permintaan akan bahan bakar minyak yang berkualitas.

Karena permintaan bahan bakar otomotif meningkat, metode untuk distilasi minyak mentah terus menerus dikembangkan menjadi pengilangan minyak yang semakin modern.

Setelah 1910, permintaan bahan bakar minyak untuk otomotif mulai melebihi kebutuhan pasar minyak tanah.

Akhirnya pengilangan minyak dipacu untuk mengembangkan teknologi baru guna semakin meningkatkan kualitas bahan bakar minyak.

Baca juga: Israel Serang 12 Kapal yang Membawa Minyak dan Senjata dari Iran ke Suriah

Perkembangan mesin pesawat yang lebih bertenaga di akhir 1930-an memunculkan kebutuhan untuk meningkatkan karakteristik pembakaran bensin dan mendorong pengembangan aditif bahan bakar untuk meningkatkan kinerja mesin.

Selama 1930-an dan Perang Dunia II, proses pengilangan minyak bumi canggih yang melibatkan penggunaan katalis meningkatkan kualitas bahan bakar minyak dan selanjutnya meningkatkan pasokannya.

Proses ini memungkinkan industri perminyakan untuk memenuhi permintaan pesawat tempur berperforma tinggi bahkan untuk transportasi alam jumlah yang semakin banyak setelah perang berakhir.

Dekade 1950-an dan 1960-an membawa permintaan skala besar untuk bahan bakar jet dan minyak pelumas berkualitas tinggi.

Permintaan produk minyak bumi yang terus meningkat juga memicu kebutuhan untuk memproses lebih banyak jenis minyak mentah menjadi produk berkualitas tinggi sehingga teknologi kilang minyak terus berkembang.

Baca juga: Pemberontak Houthi Tembakkan Rudal ke Fasilitas Minyak Arab Saudi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

[UNIK GLOBAL] Kakak Beradik di Vietnam Nikahi 1 Perempuan | Nenek Meninggal Bernafas di Rumah Duka

[UNIK GLOBAL] Kakak Beradik di Vietnam Nikahi 1 Perempuan | Nenek Meninggal Bernafas di Rumah Duka

Global
Ukraina Serang Ossetia Utara di Rusia dengan Drone, 700 Km Jauhnya dari Garis Depan

Ukraina Serang Ossetia Utara di Rusia dengan Drone, 700 Km Jauhnya dari Garis Depan

Global
Menhan Swedia Khawatir Insiden di Laut China Selatan Ancam Keamanan Global

Menhan Swedia Khawatir Insiden di Laut China Selatan Ancam Keamanan Global

Global
Kisah 'Penyihir Malam', Pasukan Pilot Perempuan Soviet yang Ditakuti Nazi

Kisah "Penyihir Malam", Pasukan Pilot Perempuan Soviet yang Ditakuti Nazi

Global
Israel Selamatkan 4 Sandera dari Gaza, Termasuk Noa Argamani

Israel Selamatkan 4 Sandera dari Gaza, Termasuk Noa Argamani

Global
Cerita Para Warga Rakhine Mengaku Disiksa Junta Myanmar

Cerita Para Warga Rakhine Mengaku Disiksa Junta Myanmar

Global
Bos Bank Terbesar Rusia Sebut Perekonomian Rusia Alami Overheating

Bos Bank Terbesar Rusia Sebut Perekonomian Rusia Alami Overheating

Global
Pemburu Harta Karun Temukan Uang Rusak Rp 1,6 Miliar di Brankas

Pemburu Harta Karun Temukan Uang Rusak Rp 1,6 Miliar di Brankas

Global
Proporsi Perempuan dan Anak-anak Palestina Yang Terbunuh Dilaporkan Menurun

Proporsi Perempuan dan Anak-anak Palestina Yang Terbunuh Dilaporkan Menurun

Global
Akibat Perang Dunia II, Buku Ini Telat 84 Tahun Dikembalikan ke Perpustakaan

Akibat Perang Dunia II, Buku Ini Telat 84 Tahun Dikembalikan ke Perpustakaan

Global
Rencana Larangan Merokok di Liverpool pada 2030 Tuai Reaksi Keras

Rencana Larangan Merokok di Liverpool pada 2030 Tuai Reaksi Keras

Global
4 Mayat, 1 Kerangka, dan 11 Ton Sampah Dibersihkan dari Gunung Everest

4 Mayat, 1 Kerangka, dan 11 Ton Sampah Dibersihkan dari Gunung Everest

Global
Korsel Waspada Korut Terbangkan Balon Isi Sampah Lagi Saat Akhir Pekan

Korsel Waspada Korut Terbangkan Balon Isi Sampah Lagi Saat Akhir Pekan

Global
Gara-gara Dapat Nilai Jelek, Anak Ini Ditinggal Ibunya di Jalan Raya

Gara-gara Dapat Nilai Jelek, Anak Ini Ditinggal Ibunya di Jalan Raya

Global
Kalah Gugatan, McDonald's Harus Ganti Nama Chicken Big Mac di Eropa

Kalah Gugatan, McDonald's Harus Ganti Nama Chicken Big Mac di Eropa

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com