Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serangan Hacker Bertubi-tubi, Pakar Keamanan di AS Kewalahan

Kompas.com - 19/12/2020, 06:21 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Sejumlah hacker alias peretas yang menyerang badan-badan milik pemerintah Amerika Serikat (AS) juga melancarkan serangan siber kepada beberapa lembaga yang kurang terkenal.

Lembaga yang kurang terkenal tersebut seperti beberapa organisasi di Inggris, penyedia layanan internet di AS, dan pemerintah daerah di Negara Bagian Arizona.

Laporan terbaru tersebut muncul pada Jumat (18/12/2020) di tengah merebaknya serangan dunia maya di “Negeri Uncle Sam” sebagaimana dilansir dari Reuters.

Akibatnya, pakar keamanan jaringan dunia maya kini mengaku kewalahan dan tengah bekerja keras untuk membendung kerusakan yang disebabkan serangan siber tersebut.

Di sisi lain, pemerintahan Donald Trump di AS kurang terbuka memberikan informasi bagian mana saja yang telah berhasil dirusak oleh peretas.

Baca juga: Lembaga Nuklir AS Diserang Hacker, Pejabat: Serangan Terburuk dalam Sejarah Amerika

Di Inggris, sejumlah organisasi dilaporkan telah menjadi sasaran serangan siber.

Sementara itu, Reuters mengidentifikasi Cox Communications dan Pemerintah Pima County, Arizona, sebagai korban serangan siber terbaru.

Serangan tersebut dianalisis oleh dari para peneliti di perusahaan keamanan siber swasta, Kaspersky, yang berbasis di Moskwa, Rusia.

Para peretas tersebut membajak perangkat lunak manajemen jaringan melalui celah dari perangkat lunak milik SolarWinds.

Serangan siber yang menerjang sejumlah lembaga top pemerintah AS pertama kali diungkapkan oleh Reuters pada Minggu (13/12/2020).

Baca juga: Setelah Kemenkeu dan Kemendag, Hacker Serang Kementerian Energi AS

Sejumlah lembaga yang diserang tersebut Kementerian Keamanan Dalam Negeri, Kementerian Keuangan, Kementerian Luar Negeri, dan Kementerian Energi.

Dalam beberapa kasus, pelanggaran di dunia maya itu melibatkan pemantauan e-mail. Tetapi tidak jelas apa yang dilakukan peretas saat menyusup ke jaringan, kata pakar keamanan siber.

Trump belum mengatakan apa pun secara terbuka tentang serangan siber tersebut.

Juru Bicara Gedung Putih Brian Morgenstern mengatakan kepada wartawan bahwa Trump telah diberi pengarahan “sesuai kebutuhan”.

Dia menambahkan, penasihat keamanan nasional Robert O'Brien memimpin pertemuan antar-lembaga setiap hari, bahkan mungkin lebih sering.

Baca juga: Hacker Rusia Diduga Jadi Dalang Peretasan E-mail Kemenkeu AS dan NTIA

“Mereka bekerja sangat keras dalam mitigasi dan memastikan bahwa negara kita aman. Kami tidak akan membahas terlalu banyak detail karena kami tidak akan memberi tahu musuh kami apa yang kami lakukan untuk memerangi hal-hal ini," kata Morgenstern.

Hingga saat ini, belum ada keputusan mengenai tanggapan Pemerintah AS atau dalang di balik serangan siber itu.

Sementara itu, SolarWinds mengatakan bahwa hingga 18.000 pengguna perangkat lunak Orion miliknya mengunduh pembaruan yang berisi kode berbahaya yang ditanam oleh para peretas.

Beberapa sumber mengatakan kepada Reuters bahwa para peretas tersebut diyakini bekerja untuk Pemerintah Rusia.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menepis tuduhan tersebut.

Baca juga: E-mail Kemenkeu AS dan NTIA Dijebol Hacker lewat Microsoft Office

Pada Jumat (18/12/2020), Anggota DPR AS Stephen Lynch mengatakan, informasi yang diberikan oleh pemerintahan Trump sangat mengecewakan.

"Peretasan ini memiliki cakupan yang sangat besar sehingga bahkan pakar keamanan siber kami belum memiliki pemahaman yang nyata dalam hal luasnya intrusi itu sendiri," tutur Lynch.

Dia menambahkan bahwa perlu beberapa waktu untuk memeriksa semua lembaga dan target sepenuhnya.

Baca juga: Ikuti Zaman, Sekolah Bodyguard China Mulai Ajari Kursus Anti-hacker

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com