Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusia di Antara Berbagai Penelitian Vaksin Covid-19 dari Berbagai Negara

Kompas.com - 12/08/2020, 12:42 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber AFP

PARIS, KOMPAS.com - Rusia mengumumkan pada Selasa (11/8/2020), menjadi negara pertama penghasil vaksin Covid-19 yang disetujui. Namun, saat ini ada banyak penelitian yang dilakukan dari berbagai negara dan lembaga untuk menghasilkan vaksin virus corona, menurut laporan yang dilansir dari AFP pada Selasa (11/8/2020).

Sputnik

Presiden Rusia Vladimir Putin mengejutkan komunitas internasional dengan mengklaim vaksin baru yang diberi nama "Sputnik V" seperti nama satelit Soviet, akan memberikan "kekebalan berkelanjutan" terhadap virus corona baru.

Putin mengatakan bahwa salah satu putrinya telah diinokulasi dengan vaksin, yang dikembangkan oleh lembaga penelitian Gamaleya dan kementerian pertahanan Rusia.

Baca juga: Vaksin Corona Sputnik V yang Diketahui Sejauh Ini…

Vaksin Sputnik didasarkan pada teknologi yang mirip dengan prototipe China, yang menggunakan virus lain untuk membawa tanggapan kekebalan ke dalam sel manusia.

Wakil Perdana Menteri Rusia, Tatyana Golikova mengatakan dia berharap vaksinasi dapat dimulai dalam beberapa minggu, tetapi detail tentang prosesnya masih terbatas.

Minggu lalu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendesak pemerintah Rusia untuk mengikuti pedoman yang ditetapkan dan "mengikuti semua tahapan" yang diperlukan untuk mengembangkan vaksin yang aman.

Eleanor Riley, profesor Imunologi dan Penyakit Menular di University of Edinburgh, mengatakan uji coba fase 3 yang lebih besar diperlukan untuk Sputnik.

Uji coba fase 3 menguji keamanan dan kemanjuran obat baru dan dapat berlangsung selama beberapa tahun.

Baca juga: Rusia Klaim Telah Temukan Vaksin Covid-19 di Tengah Kasus di Seluruh Dunia Tembus 20 Juta

"Tetapi, ada perbedaan besar antara uji coba vaksin besar (dengan tindak lanjut yang cermat dan sering dari semua individu yang divaksinasi) dan penyebaran vaksin ke masyarakat umum," kata Riley.

Francois Balloux, profesor Biologi Sistem Komputasi di University College London bahkan menyebut pengumuman Rusia itu "sembrono dan bodoh".

Uji coba lanjutan

WHO mengatakan ada 26 "calon vaksin" yang saat ini menjalani uji klinis di seluruh dunia.

Beberapa berada di tahap akhir tahap 3, di mana vaksin virus corona diujukan ke dalam kelompok besar, hingga puluhan ribu orang.

Kemudian, pengembang memantau kekhasiatan dan potensi toksisitas vaksin virus corona sebelum akhirnya diajukan untuk mendapatkan persetujuan.

Ini termasuk proyek Eropa yang sedang dikembangkan di Universitas Oxford bekerja sama dengan AstraZeneca.

Baca juga: AS Pesan 100 Juta Calon Vaksin Corona dari Moderna, Rp 22 Miliar Digelontorkan

Varian China dari perusahaan biofarmasi Sinovac bekerja sama dengan lembaga penelitian Brasil, Butantan.

Informasi terakhir, penelitian vaksin China-Brasil sedang diuji oleh 9.000 profesional kesehatan di Brasil.

Lalu, vaksin yang dikembangkan oleh BioNTech Jerman dan raksasa farmasi AS Pfizer telah memasuki fase 3 pada bulan lalu. Perusahaan berencana untuk mengujinya pada 30.000 relawan muda.

Perusahaan AS, Moderna juga mengatakan berencana untuk menguji coba vaksinnya di antara 30.000 orang.

Sejak pertengahan Juli, Sinopharm China telah mulai melakukan uji coba terhadap 15.000 orang kandidat di Uni Emirat Arab.

Baca juga: Rusia Klaim Temukan Vaksin Corona Pertama, Menkes AS: Kami Tidak Terpengaruh

Puluhan kandidat

Di luar pengujian yang sudah dilakukan, WHO sedang memantau 139 vaksin potensial lebih lanjut yang masih dalam tahap evaluasi pra-klinis, termasuk pengujian di laboratorium atau pada hewan.

Perusahaan bioteknologi AS Novavax mengatakan pada minggu lalu, vaksin Covid-19 eksperimentalnya telah menimbulkan respons kekebalan yang kuat, menghasilkan lebih banyak antibodi daripada yang ada pada pasien yang pulih.

Dikatakan, kandidat vaksin umumnya ditoleransi dengan baik oleh para relawan.

Uji coba tahap terakhir dari produk tersebut, yang disebut NVX-CoV2373, akan berlangsung pada musim gugur ini.

Uni Eropa telah memesan 300 juta dosis vaksin potensial dari produsen obat Prancis Sanofi, dan AS mengatakan akan membayar 2,1 miliar dollar AS (Rp 31,029 triliun) untuk pengembangannya.

Inggris juga telah memesan 60 juta dosis vaksin Sanofi, yang dikembangkan bersama dengan GlaxoSmitheKline (GSK).

Baca juga: Ciptakan Vaksin Corona, Rusia juga Luncurkan Situs Resmi Vaksin Sputnik V

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com