Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eks Mata-mata Arab Saudi Tuduh Putra Mahkota Mencoba Membunuhnya

Kompas.com - 08/08/2020, 09:47 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber CNN

RIYADH, KOMPAS.com - Eks pejabat senior intelijen Arab Saudi dalam gugatan di Pengadilan Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS) mencoba membunuhnya pada 2018, beberapa pekan setelah wartawan sekaligus kritikus Jamal Khashoggi dibunuh di Turki.

Saad Aljabri, nama pejabat itu mengatakan MBS mengirim "regu pembunuh" ke Kanada tempat pengasingan Aljabri untuk membunuh dan memutilasinya dengan cara yang sama seperti pembunuhan Khashoggi pada Oktober 2018 silam.

"Untuk memenuhi keinginan membunuhnya, tergugat bin Salman secara pribadi telah mengatur percobaan pembunuhan di luar hukum terhadap Dr. Saad, sebuah upaya yang masih berlangsung hingga hari ini," demikian bunyi gugatan Aljabri dalam gugatan yang diajukan di pengadilan federal di Washington.

Baca juga: Mohammed bin Salman, Pangeran Saudi yang Dikaitkan dengan Pembunuhan Jamal Khashoggi

Dikutip AFP, Jumat (7/8/2020), Aljabri mengatakan bahwa Pangeran MBS ingin dia mati karena dia dekat dengan saingan pangeran dan mantan kepala keamanan Pangeran Saudi, Mohammed bin Nayef.

Selain itu, karena dia juga punya pengetahuan mendalam tentang segala aktivitas MBS yang bisa merusak hubungan antara Washington dan Riyadh.

"Dr. Saad secara unik diposisikan secara eksistensial mengancam posisi terdakwa bin Salman dengan pemerintah AS. Itulah mengapa tergugat bin Salman ingin dia mati," demikian bunyi gugatan itu.

Aljabri sudah berada di luar negeri pada Juni 2017 ketika Pangeran MBS merebut kekuasaan di istana, mencopot Mohammed bin Nayef sebagai putra mahkota dan menempatkannya dalam tahanan rumah.

Baca juga: Pejabat PBB: Putra Mahkota Saudi Tersangka Utama Pembunuhan Khashoggi

Setelah anak-anaknya di Riyadh terkena aturan batasan perjalanan, Aljabri menolak permohonan untuk kembali, dia khawatir akan menemui nasib serupa seperti Pangeran Nayef, dan memilih pindah ke Kanada tempat tinggal salah seorang putranya.

Sejak saat itu, Riyadh gagal mencoba menggunakan Interpol untuk membuatnya pulang. Dan dia bilang mereka mengirim tim agen ke AS untuk melacaknya.

Selama 13 hari setelah pembunuhan Khashoggi pada 2 Oktober 2018, sebuah tim atau regu pembunuh yang disebut dalam gugatan Aljabri sebagai 'Kelompok bayaran pribadi, Pasukan Macan' tiba di Kanada.

Menurut klaimnya, di dalam tim itu terdapat seorang spesialis forensik dan membawa peralatan-peralatan yang sama seperti yang  digunakan saat membunuh Khashoggi. Yang sampai sekarang, jenazah wartawan itu tak pernah ditemukan.

Dia mengatakan pihak keamanan Kanada menjadi curiga dan merusak rencana tersebut, tetapi upaya untuk membunuh Aljabri terus berlanjut, dan MBS sendiri diklaimnya memperoleh fatwa agama, atau perintah, atas kematiannya dari para ulama.

Baca juga: Pembunuhan Khashoggi, Staf Kedutaan Saudi Ungkap Adanya Tusuk Daging

Pada Maret, kedua anaknya di Arab Saudi dibawa pergi dan belum terdengar kabarnya.

Gugatan terhadap Pangeran MBS beserta 12 orang dengan identitas dan 11 orang tanpa identitas (total 23 orang) lainnya yang diajukan sebagai klaim percobaan pembunuhan di luar hukum berdasarkan UU Perlindungan Korban Penyiksaan.

Aljabri meminta pengadilan untuk menghukum tergugat MBS atas "tekanan emosional yang parah," kecemasan dan hipertensi, dan penyakit lainnya. Serta menghukum para tergugat lainnya yang berjumlah 23 orang.

Dia juga meminta pengadilan untuk menyatakan bahwa para tergugat melanggar "hukum negara" di bawah Statuta Alien Tort.

"Pengadilan ini dapat memulai proses menuntut pertanggungjawaban tergugat bin Salman dan agennya atas tindakan mereka," kata gugatan itu.

Saat dihubungi oleh AFP, Kedutaan Besar Saudi di Washington mengindikasikan bahwa pihaknya belum memberikan komentar terkait gugatan tersebut saat ini.

Baca juga: Tunangan Jamal Khashoggi Tidak Terima Keluarga Maafkan Para Pembunuh

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskorsing... 

Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskorsing... 

Global
ICC Isyaratkan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu, Israel Cemas

ICC Isyaratkan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu, Israel Cemas

Global
[POPULER GLOBAL] Bom Belum Meledak di Gaza | Sosok Penyelundup Artefak Indonesia

[POPULER GLOBAL] Bom Belum Meledak di Gaza | Sosok Penyelundup Artefak Indonesia

Global
Pria Ini Memeluk 1.123 Pohon dalam Satu Jam, Pecahkan Rekor Dunia

Pria Ini Memeluk 1.123 Pohon dalam Satu Jam, Pecahkan Rekor Dunia

Global
Ukraina Gagalkan 55 Serangan Rusia di Donetsk

Ukraina Gagalkan 55 Serangan Rusia di Donetsk

Global
Datangi Arab Saudi, Menlu AS Bujuk Normalisasi Hubungan dengan Israel

Datangi Arab Saudi, Menlu AS Bujuk Normalisasi Hubungan dengan Israel

Global
Saat Bangladesh Liburkan Sekolah secara Nasional karena Gelombang Panas...

Saat Bangladesh Liburkan Sekolah secara Nasional karena Gelombang Panas...

Global
Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Internasional
Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Global
3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur 'Facial Vampir' di New Mexico

3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur "Facial Vampir" di New Mexico

Global
Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Global
PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

Global
Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Internasional
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com