RIYADH, KOMPAS.com - Eks pejabat senior intelijen Arab Saudi dalam gugatan di Pengadilan Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS) mencoba membunuhnya pada 2018, beberapa pekan setelah wartawan sekaligus kritikus Jamal Khashoggi dibunuh di Turki.
Saad Aljabri, nama pejabat itu mengatakan MBS mengirim "regu pembunuh" ke Kanada tempat pengasingan Aljabri untuk membunuh dan memutilasinya dengan cara yang sama seperti pembunuhan Khashoggi pada Oktober 2018 silam.
"Untuk memenuhi keinginan membunuhnya, tergugat bin Salman secara pribadi telah mengatur percobaan pembunuhan di luar hukum terhadap Dr. Saad, sebuah upaya yang masih berlangsung hingga hari ini," demikian bunyi gugatan Aljabri dalam gugatan yang diajukan di pengadilan federal di Washington.
Baca juga: Mohammed bin Salman, Pangeran Saudi yang Dikaitkan dengan Pembunuhan Jamal Khashoggi
Dikutip AFP, Jumat (7/8/2020), Aljabri mengatakan bahwa Pangeran MBS ingin dia mati karena dia dekat dengan saingan pangeran dan mantan kepala keamanan Pangeran Saudi, Mohammed bin Nayef.
Selain itu, karena dia juga punya pengetahuan mendalam tentang segala aktivitas MBS yang bisa merusak hubungan antara Washington dan Riyadh.
"Dr. Saad secara unik diposisikan secara eksistensial mengancam posisi terdakwa bin Salman dengan pemerintah AS. Itulah mengapa tergugat bin Salman ingin dia mati," demikian bunyi gugatan itu.
Aljabri sudah berada di luar negeri pada Juni 2017 ketika Pangeran MBS merebut kekuasaan di istana, mencopot Mohammed bin Nayef sebagai putra mahkota dan menempatkannya dalam tahanan rumah.
Baca juga: Pejabat PBB: Putra Mahkota Saudi Tersangka Utama Pembunuhan Khashoggi
Setelah anak-anaknya di Riyadh terkena aturan batasan perjalanan, Aljabri menolak permohonan untuk kembali, dia khawatir akan menemui nasib serupa seperti Pangeran Nayef, dan memilih pindah ke Kanada tempat tinggal salah seorang putranya.
Sejak saat itu, Riyadh gagal mencoba menggunakan Interpol untuk membuatnya pulang. Dan dia bilang mereka mengirim tim agen ke AS untuk melacaknya.
Selama 13 hari setelah pembunuhan Khashoggi pada 2 Oktober 2018, sebuah tim atau regu pembunuh yang disebut dalam gugatan Aljabri sebagai 'Kelompok bayaran pribadi, Pasukan Macan' tiba di Kanada.
Menurut klaimnya, di dalam tim itu terdapat seorang spesialis forensik dan membawa peralatan-peralatan yang sama seperti yang digunakan saat membunuh Khashoggi. Yang sampai sekarang, jenazah wartawan itu tak pernah ditemukan.
Dia mengatakan pihak keamanan Kanada menjadi curiga dan merusak rencana tersebut, tetapi upaya untuk membunuh Aljabri terus berlanjut, dan MBS sendiri diklaimnya memperoleh fatwa agama, atau perintah, atas kematiannya dari para ulama.
Baca juga: Pembunuhan Khashoggi, Staf Kedutaan Saudi Ungkap Adanya Tusuk Daging
Pada Maret, kedua anaknya di Arab Saudi dibawa pergi dan belum terdengar kabarnya.
Gugatan terhadap Pangeran MBS beserta 12 orang dengan identitas dan 11 orang tanpa identitas (total 23 orang) lainnya yang diajukan sebagai klaim percobaan pembunuhan di luar hukum berdasarkan UU Perlindungan Korban Penyiksaan.
Aljabri meminta pengadilan untuk menghukum tergugat MBS atas "tekanan emosional yang parah," kecemasan dan hipertensi, dan penyakit lainnya. Serta menghukum para tergugat lainnya yang berjumlah 23 orang.
Dia juga meminta pengadilan untuk menyatakan bahwa para tergugat melanggar "hukum negara" di bawah Statuta Alien Tort.
"Pengadilan ini dapat memulai proses menuntut pertanggungjawaban tergugat bin Salman dan agennya atas tindakan mereka," kata gugatan itu.
Saat dihubungi oleh AFP, Kedutaan Besar Saudi di Washington mengindikasikan bahwa pihaknya belum memberikan komentar terkait gugatan tersebut saat ini.
Baca juga: Tunangan Jamal Khashoggi Tidak Terima Keluarga Maafkan Para Pembunuh
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.