Tetangga planet Bumi, Venus, menawarkan cerita yang cukup berbeda. Atmosfernya yang tebal dan berbahaya didominasi oleh karbon dioksida, yakni sebesar 96,5 persen, dengan jumlah nitrogen dan gas-gas kecil.
Oksigen hampir tidak ada. Faktanya, Venus mendapat perhatian ilmiah yang jauh lebih sedikit daripada planet lain seperti Mars, deteksi langsung oksigennya masih sulit dilakukan.
Dilansir dari Guardian, dengan menggunakan instrumen yang ada di dalam observatorium udara SOFIA, yakni pesawat Boeing 747SP yang dimodifikasi untuk membawa teleskop inframerah dalam proyek gabungan antara NASA dan German Aerospace Center, para ilmuwan kini telah mendeteksi oksigen atomik di lapisan tipis yang diapit oleh dua lapisan atmosfer Venus.
Mereka mencatat bahwa oksigen atomik ini, yang terdiri dari satu atom oksigen, berbeda dari oksigen molekuler, yang terdiri dari dua atom oksigen dan dapat dihirup.
Para peneliti secara langsung mendeteksi oksigen untuk pertama kalinya di sisi Venus yang menghadap matahari, di mana oksigen diproduksi di atmosfer, dan juga mendeteksi oksigen di sisi yang membelakangi matahari, di mana oksigen sebelumnya ditemukan oleh teleskop landas bumi di Hawaii.
Venus sendiri berotasi jauh lebih lambat daripada Bumi.
"Atmosfer Venus sangat padat. Komposisinya juga sangat berbeda dengan Bumi," kata fisikawan dari German Aerospace Center, Heinz-Wilhelm Hübers, penulis utama studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications.
Atmosfer yang tebal di planet kedua dari matahari itu memerangkap panas dalam efek rumah kaca yang tak terkendali.
https://www.kompas.com/global/read/2023/11/09/213000070/ilmuwan-deteksi-oksigen-di-atmosfer-planet-venus