TRIPOLI, KOMPAS.com - Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB atau yang dalam Bahasa Inggris disebut Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) pada Sabtu (16/9/2023) mengatakan, jumlah korban tewas akibat banjir Libya telah meningkat menjadi 11.300 orang.
OCHA mengungkapkan, data itu diperoleh dari Bulan Sabit Merah Libya.
Dengan menggunakan angka-angka dari Bulan Sabit Merah Libya, OCHA juga menyampaikan, bahwa sebanyak 10.100 orang lainnya masih hilang di kota Derna yang hancur.
Sementara, di tempat lain di Libya timur di luar Derna, disebutkan bahwa banjir merenggut 170 nyawa.
"Angka-angka ini diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan upaya regu pencari dan penyelamat yang bekerja tanpa kenal lelah untuk menemukan para penyintas," ungkap PBB, dikutip dari AFP.
Hampir seminggu setelah Badai Daniel menghantam timur laut Libya, OCHA menuturkan, situasi kemanusiaan masih sangat suram di Derna.
Masalah air minum yang parah telah melanda kota tersebut, dan setidaknya 55 anak keracunan karena meminum air yang tercemar.
Di daerah sekitarnya, yang sebagian besar telah mengalami konflik bersenjata selama bertahun-tahun, PBB memperingatkan bahaya ranjau darat yang berpindah dari air banjir, mengancam warga sipil yang masuk dengan berjalan kaki.
Bulan Sabit Merah menyangkal
Selang sehari, Bulan Sabit Merah Libya pada Minggu (17/9/2023) membantah bahwa banjir Libya pekan lalu mengakibatkan 11.300 orang tewas.
"Kami terkejut melihat nama kami dicampurkan dengan angka-angka ini," kata juru bicara Bulan Sabit Merah Libya, Tawfik Shoukri, kepada AFP dari Benghazi.
Dia pun menambahkan bahwa angka-angka ini menambah kebingungan dan kesedihan keluarga korban yang hilang.
https://www.kompas.com/global/read/2023/09/17/204100470/pbb-sebut-korban-tewas-banjir-libya-11.300-orang-bulan-sabit-merah