Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Militer China Dilaporkan Akan Gunakan Pangkalan Angkatan Laut Kamboja secara Eksklusif

PHNOM PENH, KOMPAS.com - Sebuah pangkalan angkatan laut Kamboja yang sedang dibangun dengan bantuan China akan mencakup bagian untuk penggunaan eksklusif militer China, menurut sebuah laporan di Washington Post.

Pemerintah China dan Kamboja sebelumnya telah membantah laporan bahwa Kamboja akan mengizinkan kehadiran militer China di pangkalan angkatan laut Ream di Teluk Thailand.

Kehadiran itu akan menandai ekspansi yang signifikan dalam akses militer China di Indo-Pasifik, yang saat ini hanya memiliki satu pangkalan angkatan laut di negara Djibouti di Afrika timur.

Mengutip pejabat barat dan China yang tidak disebutkan namanya, Post melaporkan pada Selasa (7/6/2022) bahwa pangkalan itu akan menampung militer China di bagian utara.

Dilansir dari Guardian, seorang pejabat barat mengatakan kepada surat kabar itu bahwa rencana ekspansi yang diselesaikan pada 2020 menyerukan militer China untuk memiliki "penggunaan eksklusif bagian utara pangkalan, sementara kehadiran mereka akan tetap disembunyikan".

The Post mengatakan seorang pejabat Beijing mengonfirmasi militer China akan menggunakan "sebagian" dari pangkalan itu, tetapi membantahnya akan digunakan secara eksklusif.

Pejabat itu mengatakan daerah itu juga akan digunakan oleh para ilmuwan, dan bahwa China tidak terlibat dalam kegiatan apa pun di bagian pangkalan Kamboja.

Sam Roggeveen, direktur program keamanan internasional Lowy Institute, mengatakan bahwa informasi baru, dan terutama konfirmasi yang jelas dari seorang pejabat Beijing, “memperkuat kasus bahwa ini benar-benar terjadi”.

“Ini masih awal, jadi kami tidak tahu berapa kapasitas fasilitasnya,” kata Roggeveen.

“Manfaat praktisnya (ke Beijing) adalah bahwa hal itu akan memungkinkan China untuk lebih siap mengerahkan kapal perang dan kapal penjaga pantainya di sekitar kawasan, dan hanya memiliki sedikit lebih banyak kehadiran, di mana dulunya perlu berlayar dengan jarak yang sangat jauh.”

Lebih lanjut kata dia, Ini adalah semacam mikrokosmos dari tren yang lebih luas di kawasan ini, yaitu bahwa kekuatan strategis dan militer bergeser dari AS dan menuju China.

“China akan ingin menjadi kekuatan strategis terkemuka di Asia, bahkan mungkin ingin menjadi kekuatan dominan di Asia. Anda tidak dapat melakukan itu tanpa mendorong AS keluar dan memiliki pangkalan asing di sekitar area tersebut.”

Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, yang mengunjungi Indonesia pada Selasa (7/6/2022), mengatakan dia prihatin dengan laporan tersebut dan meminta pemerintah China untuk terbuka tentang niatnya.

“Kami secara teratur berhubungan dengan pemerintah Kamboja dan kami secara konsisten diyakinkan bahwa tidak ada militer asing yang akan diberikan akses eksklusif di Ream,” kata Albanese kepada wartawan di Makassar.

“Kami telah mengetahui aktivitas Beijing di Ream selama beberapa waktu. Kami mendorong Beijing untuk transparan tentang niatnya, dan untuk memastikan bahwa kegiatannya mendukung keamanan dan stabilitas regional.”

Selama beberapa tahun, AS telah menuduh China bermaksud untuk memiliki kehadiran militer di pangkalan itu.

Pada 2019, Wall Street Journal melaporkan kesepakatan rahasia antara Phnom Penh dan Beijing, di mana Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen, dilaporkan setuju untuk memberi China akses ke pangkalan tersebut.

Hun, yang telah menghadapi pertanyaan terkait lebih dari miliaran dolar dalam pinjaman infrastruktur dan kesepakatan bisnis dengan China – termasuk melalui inisiatif sabuk dan jalan – membantah laporan tersebut pada saat itu.

“Ini adalah berita terburuk yang pernah dibuat-buat terhadap Kamboja,” katanya kepada Fresh News yang pro-pemerintah saat itu.

“Tidak ada hal seperti itu yang bisa terjadi, karena menjadi tuan rumah pangkalan militer asing bertentangan dengan konstitusi Kamboja.”

Para diplomat AS telah berulang kali menyuarakan keprihatinan dengan Kamboja tentang kehadiran militer China di pangkalan itu.

Diketahui bahwa China telah terlibat dalam pekerjaan tersebut. Pada Juni 2016, perusahaan milik negara China Metallurgical Group Corporation mengumumkan menandatangani perjanjian kerangka kerja sama dengan departemen pertahanan Kamboja, untuk “proyek perluasan pelabuhan” dari pangkalan militer angkatan laut yang tidak disebutkan namanya.

Pada Oktober 2020, seorang pejabat senior angkatan laut Kamboja mengatakan kepada Nikkei Asia bahwa China mendukung proyek, untuk memperluas pelabuhan dan mengembangkan fasilitas perbaikan kapal.

Pada Juni 2021, Menteri Pertahanan Kamboja Tea Banh mengonfirmasi kepada media lokal bahwa China membantu pembangunan di Ream, tetapi itu dilakukan “tanpa ikatan”.

“Kami ingin mengembangkan tempat yang cocok… Kamboja sendiri tidak bisa melakukannya. Ini juga cukup mahal, tapi saya tidak tahu seberapa mahal,” menurut Voice of America.

Upacara peletakan batu pertama untuk pangkalan Ream dijadwalkan dilakukan pada Kamis (9/6/2022) menurut laporan Washington Post melaporkan.

Para pejabat China termasuk duta besar untuk Kamboja diperkirakan akan hadir. Tapi Departemen pemerintah Kamboja tidak menanggapi permintaan komentar Guardian.

https://www.kompas.com/global/read/2022/06/08/143200770/militer-china-dilaporkan-akan-gunakan-pangkalan-angkatan-laut-kamboja

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke