Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Momen Siaran Terakhir TV Rusia, Kosongkan Studio Menyusul Tekanan atas Liputan Perang Ukraina

MOSKWA, KOMPAS.com - Staf yang bekerja untuk acara berita TV independen Rusia berjalan keluar dari lokasi syuting selama siaran terakhir mereka, setelah mereka dipaksa berhenti menampilkan liputan perang Ukraina.

Saluran tersebut, juga dikenal sebagai TV Dozhd/TV Rain, ditutup setelah regulator TV negara itu menuduh saluran tersebut “menghasut ekstremisme, melecehkan warga Rusia, menyebabkan gangguan massal terhadap ketenangan dan keamanan publik dan mendorong protes”, menurut BBC.

Salah satu pembawa acara mengakhiri acara dengan mengatakan: “Ini adalah liputan berita terakhir di musim ini yang akan kami sampaikan.”

“Kami sangat berharap bahwa kami akan melanjutkan siaran. Bagaimana, di mana, dan di platform apa, kami belum tahu bagaimana jadinya.”

Rekan presenternya kemudian menambahkan: “Jadi saya pikir kita harus mengakhiri siaran kita dengan catatan itu, dan jeda sementara yang harus dilakukan TV Rain. ‘No pasaran’ (mereka tidak akan lolos).”

‘No pasaran’ adalah frasa bahasa Perancis yang berarti “mereka tidak akan lolos”. Frasa ini terkenal digunakan oleh Jenderal Perancis Robert Nivelle dalam Perang Dunia I.

Ungkapan itu juga digunakan oleh anti-fasis Inggris selama Pertempuran Cable Street Oktober 1936, di mana pengunjuk rasa bentrok dengan anggota Persatuan Fasis Inggris.

Presenter pertama kemudian akhirnya mengatakan: “Dan tidak untuk perang.”

Semua staf dan anggota kru yang bekerja untuk saluran tersebut kemudian berjalan keluar bersama, meninggalkan studio yang sepi.

Pemirsa yang menonton program melalui panggilan video online terlihat melambaikan tangan saat kru berjalan pergi.

Presiden Rusia Vladimir Putin kemudian tampil di TV menyatakan akan terus berjuang untuk “kemenangan total', sambil mengeklaim pasukan Rusia tidak sengaja menargetkan warga sipil.

Dia juga mengaku 'operasi khusus' berjalan tepat waktu dengan semua tujuan utamanya, selesai sesuai jadwal.

Pasukan Rusia telah merebut pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa di Ukraina, setelah baku tembak yang membakar sebagian kompleksnya.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuduh Putin menggunakan 'teror nuklir', dan mempertaruhkan bencana 'enam kali lebih buruk daripada Chernobyl' yang akan mempengaruhi keseluruhan benua Eropa.

Rusia mengumumkan perebutan kota selatan Kherson, pelabuhan penting Laut Hitam berpenduduk 280.000 jiwa. Pejabat lokal Ukraina mengonfirmasi pengambilalihan markas besar pemerintah di sana, menjadikannya kota besar pertama yang jatuh sejak invasi dimulai seminggu yang lalu.

Serangan udara Rusia pada Kamis (3/3/2022) menghancurkan pembangkit listrik di Okhtyrka, membuat kota itu tanpa pemanas atau listrik, kata kepala wilayah itu di Telegram.

Pada hari-hari pertama perang, pasukan Rusia menyerang sebuah pangkalan militer di kota itu, yang terletak di antara Kharkiv dan Kyiv, dan para pejabat mengatakan lebih dari 70 tentara Ukraina tewas.

"Kami sedang mencoba mencari cara untuk segera mengeluarkan orang dari kota, karena dalam sehari gedung apartemen akan berubah menjadi perangkap batu yang dingin tanpa air, lampu, atau listrik," kata Dmytro Zhyvytskyy.

Pertempuran sengit berlanjut di pinggiran pelabuhan strategis lainnya, Mariupol, di Laut Azov.

Pertempuran itu telah melumpuhkan sistem listrik, pemanas dan air kota, serta sebagian besar layanan telepon, kata para pejabat. Pengiriman makanan ke kota juga terputus.

https://www.kompas.com/global/read/2022/03/06/223000670/momen-siaran-terakhir-tv-rusia-kosongkan-studio-menyusul-tekanan-atas

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke