Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perang Saudara Ethiopia Memburuk, Sejumlah Negara Desak Warganya Segera Evakuasi

ADDIS ABABA, KOMPAS.com - Sejumlah negara telah mengatakan kepada warga negara mereka untuk meninggalkan Ethiopia, di mana perang saudara satu tahun yang intensif antara pasukan federal dan pasukan dari wilayah Tigray utara tampak semakin mengkhawatirkan.

Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed pada Senin (22/11/2021) malam mengumumkan dia akan menuju ke garis depan untuk memimpin tentaranya, dengan menyatakan: “Kami sekarang dalam tahap akhir menyelamatkan Ethiopia.”

Pada Selasa (23/11/2021), Perancis menyarankan warganya untuk meninggalkan Ethiopia "tanpa penundaan".

Jerman juga meminta warganya untuk meninggalkan negara itu dengan penerbangan komersial pertama yang tersedia.

Himbauan tersebut mengikuti nasihat serupa yang dikeluarkan Amerika Serikat dan Inggris dalam beberapa pekan terakhir, dengan alasan situasi keamanan memburuk.

Sementara itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan sedang "merelokasi sementara" keluarga staf internasional dari Ethiopia. Namun organisasi internasional itu menambahkan bahwa personelnya akan tetap berada di negara itu.

"Kami akan terus memantau situasi seiring perkembangannya, sambil tetap menjaga keselamatan staf kami, mengingat kebutuhan untuk terus melanjutkan operasi dan memberikan dukungan untuk semua orang yang membutuhkan bantuan kami," kata juru bicara Stephane Dujarric, Selasa (23/11/2021) melansir Al Jazeera.

Langkah itu dilakukan ketika pasukan Tigrayan mengeklaim dalam beberapa pekan terakhir bergerak lebih dekat ke ibu kota, Addis Ababa.

Sebagian besar Ethiopia utara berada di bawah pemadaman komunikasi dan akses bagi wartawan dibatasi, membuat klaim medan perang sulit untuk diverifikasi.

Tetapi para pejabat di Addis Ababa bersikeras bahwa pasukan keamanan, termasuk kelompok pemuda, bekerja untuk memastikan perdamaian dan stabilitas ibukota.

Pemerintah Ethiopia juga mengatakan kepada komunitas diplomatik untuk tidak khawatir. Pemerintah sebelumnya juga menuduh saingan mereka melebih-lebihkan keuntungan teritorial mereka.

“Propaganda dan pembicaraan teror yang disebarluaskan oleh media Barat sepenuhnya bertentangan dengan keadaan damai kota di lapangan, sehingga komunitas diplomatik tidak perlu merasa khawatir atau takut,” kata Kenea Yadeta, kepala Perdamaian dan Keamanan Addis Ababa.

Kronologi perang saudara Ethiopia

Ethiopia Utara dilanda konflik sejak November 2020, ketika Abiy mengirim pasukan ke wilayah Tigray untuk menggulingkan Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF).

Sebelumnya, ketegangan telah terjadi antara partai, yang mendominasi politik nasional Ethiopia selama tiga dekade, dengan partai Abiy Ahmed.

Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2019 ini menjanjikan kemenangan cepat. Tetapi pada akhir Juni TPLF menyatukan kekuatan kembali dan merebut sebagian besar Tigray, termasuk ibu kota regionalnya, Mekelle.

Sejak itu, pasukan Tigrayan terus mendorong kekuasaannya ke wilayah tetangga Afar dan Amhara. Kemudian minggu ini, pasukan Tigrayan mengeklaim kendali atas Shewa Robit, hanya 220 km (135 mil) timur laut Addis Ababa melalui jalan darat.

Pemerintah Ethiopia belum menanggapi permintaan konfirmasi tentang status Shewa Robit.

Utusan khusus Uni Afrika untuk Tanduk Afrika, Olusegun Obasanjo, telah memimpin desakan untuk menengahi gencatan senjata. Tetapi sejauh ini hanya ada sedikit kemajuan nyata.

Pada Selasa (23/11/2021), utusan khusus AS untuk kawasan “Tanduk Afrika” melaporkan “kemajuan” menuju penyelesaian diplomatik antara pihak-pihak yang bertikai.

Tetapi, AS memperingatkan bahwa komitmen itu berisiko “tenggelam” oleh “perkembangan yang mengkhawatirkan” di lapangan.

“Meskipun ada beberapa kemajuan yang baru, itu sangat berisiko dikalahkan oleh eskalasi militer di kedua sisi,” kata Jeffrey Feltman kepada wartawan setelah kembali dari misi ke Addis Ababa.

Secara terpisah, para pemimpin Afrika Selatan dan Kenya pada Selasa (23/11/2021) mendesak pihak-pihak yang bersaing untuk berkomitmen pada gencatan senjata dan dialog politik segera.

Tetapi Abiy, yang memenangkan hadiah Nobel pada 2019 karena menjalin perdamaian dengan negara tetangga Eritrea, justru meragukan prospek solusi damai.

“Mulai besok, saya akan bergerak ke depan untuk memimpin pasukan pertahanan,” katanya, Senin (22/11/2021).

“Mereka yang ingin berada di antara anak-anak Etiopia yang akan dipuji oleh sejarah, bangkitlah untuk negara Anda hari ini. Mari kita bertemu di depan.”

Seruan itu muncul beberapa minggu setelah pemerintah mengumumkan keadaan darurat enam bulan, dan meminta semua warga negara yang mampu untuk bergabung dalam perjuangan.

Profesor Kjetil Tronvoll, dari Universitas Oslo, menggambarkan langkah terbaru Abiy sebagai “pertaruhan”.

“Kami tahu bahwa dia telah memerintahkan kepemimpinan Partai Kemakmuran (yang memerintah) untuk bergabung, dan kami tahu kepemimpinan politik Amhara telah mengatakan bahwa mereka juga akan bergabung dengannya di medan perang,” Tronvoll mengatakan kepada Al Jazeera.

“Tetapi jika itu beresonansi dengan segmen populasi yang jauh lebih luas dan jika mereka benar-benar akan secara fisik pergi ke sana (medan perang), itu adalah kondisi yang sama sekali berbeda.”

Sementara itu, PBB pada Selasa meluncurkan dorongan besar untuk mengirimkan bantuan makanan ke dua kota di Ethiopia utara, meskipun ada penjarahan gudang.

Program Pangan Dunia PBB mengatakan "operasi bantuan pangan utama" akan melayani lebih dari 450.000 orang selama dua minggu ke depan di kota Amhara Kombolcha dan Dessie, yang terletak di persimpangan strategis di jalan raya utama menuju Addis Ababa.

https://www.kompas.com/global/read/2021/11/24/192342470/perang-saudara-ethiopia-memburuk-sejumlah-negara-desak-warganya-segera

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke