Sudah muncul tanda-tanda peringatan dari Jerman dan Austria, dengan lonjakan kasus Covid-19 yang tinggi dalam beberapa pekan terakhir, dan itu menunjukkan bahaya berpuas diri.
Selain itu, masih adanya orang yang belum divaksin juga tetap menimbulkan risiko penularan Covid-19.
Ini diperparah dengan orang-orang yang mulai mengendurkan kewaspadaan, apalagi ketika musim dingin biasanya banyak orang Eropa berkumpul di dalam ruangan.
Melansir CNN pada Sabtu (20/11/2021), berikut adalah lima penyebab lonjakan Covid-19 di Eropa.
Irlandia contohnya yang memberlakukan jam malam tengah malam di industri hiburan awal pekan ini, meskipun tingkat vaksinasinya salah satu yang terbaik di Eropa yaitu 89,1 persen.
Kemudian di Portugal yang mana 87 populasinya sudah divaksin, pemerintah sedang mempertimbangkan langkah-langkah baru ketika kasus meningkat.
Sementara itu, Inggris mengalami gelombang Covid-19 yang panjang meski Perdana Menteri Boris Johnson sering menyuarakan keunggulan awal dalam vaksinasi.
Belanda juga memberlakukan pembatasan baru yang memicu demo ricuh di Rotterdam pada Jumat malam (19/11/2021).
"(Vaksin) terus memberikan perlindungan yang sangat baik - kekebalan terhadap penyakit parah dan kematian dipertahankan dengan sangat baik," ujar Charles Bangham, profesor imunologi dan co-direktur Institut Infeksi Imperial College London, kepada CNN.
"Tapi kita tahu bahwa varian Delta jauh lebih menular," lanjutnya. "Pada saat yang sama, ada perubahan dalam masyarakat dan perilaku ... dan di banyak negara, beberapa tindakan pencegahan kurang diperhatikan."
2. Penularan dari orang belum divaksin
Irlandia adalah salah satu negara dengan tingkat vaksinasi tertinggi di Eropa, yakni 89,1 persen untuk usia di atas 12 tahun, dan tiga perempat dari semua orang sudah divaksin.
Namun, baru-baru ini memberlakukan jam malam di bar, restoran, dan klub malam, akibat lonjakan kasus dan rawat inap yang terus meningkat.
Dalam populasi Irlandia yang berjumlah 5 juta orang, sekitar satu juta penduduk masih belum terlindungi.
“Apa yang kita miliki sekarang adalah epidemi yang belum divaksinasi – sekitar 10 persen dari populasi kita di atas 12 tahun belum divaksinasi, dan kita melihat epidemi pada orang-orang itu, dapat diduga,” kata Sam McConkey, kepala departemen Kesehatan Internasional dan Pengobatan Tropis di Universitas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan RCSI Dublin.
McConkey mencatat bahwa sebagian besar anak-anak belum divaksinasi, dan orang tua serta orang yang rentan dengan penyakit penyerta masih dapat menderita kasus lanjutan, kemudian orang sehat tanpa gejala (OTG) dapat tertular dan menularkan virus.
3. Efektivitas vaksin menurun
Vaksinasi Covid-19 di Eropa pada awal 2021 sangat cepat, tetapi beberapa negara sekarang mengalami penurunan kekebalan.
Sebanyak dua penelitian yang diterbitkan bulan lalu mengonfirmasi bahwa kekebalan dari dua dosis vaksin Pfizer mulai menurun setelah sekitar dua bulan, tetapi perlindungan terhadap penyakit parah, rawat inap, dan kematian, tetap kuat.
Penelitian juga menunjukkan hasil serupa untuk vaksin AstraZeneca dan Moderna, yang turut digunakan di Eropa.
"Ini mungkin salah satu alasan mengapa jumlah orang yang divaksinasi yang membutuhkan rawat inap perlahan meningkat saat ini, terutama pada populasi yang lebih tua, yang divaksinasi terlebih dahulu," tambah Ralf Reintjes, profesor epidemiologi dan pengawasan kesehatan masyarakat di Universitas Sains Terapan Hamburg di Jerman.
4. Tingkat kepatuhan yang berbeda
Walaupun vaksin bisa dibilang alat yang paling penting dalam memerangi virus, itu tidak bisa diharapkan menghentikan penularan dengan sendirinya.
Pembatasan berbeda dari satu negara ke negara lain, dan kepatuhan terhadapnya juga bisa sangat berbeda.
Itu berarti negara-negara yang sudah melakukan vaksinasi dengan baik seperti Irlandia tetap dapat mengalami lonjakan yang serius.
"Kami sangat suka bersosialisasi di Irlandia," kata McConkey. "Kami harus menyadari bahwa sosialisasi kami adalah budaya yang spesifik, dan perbedaan antarnegara ... Di Spanyol dan Portugal Anda makan di luar pada jam 10 malam, di Irlandia, kami makan di restoran yang ramai."
Spanyol dan Portugal dengan tingkat vaksinasi masing-masing 80 persen dan 87 persen sejauh ini bisa menghindari gelombang terburuk, karena kepatuhan warganya terhadap protokol kesehatan.
"Penggunaan masker hanya wajib di dalam ruangan, dan ini umumnya dilakukan, tetapi juga dapat Anda jumpai banyak orang masih mengenakan masker di luar ruangan," katanya.
"Vaksinasi memang membantu," kata Ralf Reintjes, profesor epidemiologi dan pengawasan kesehatan masyarakat di Universitas Sains Terapan Hamburg di Jerman.
"Mereka adalah satu hal dalam proses menghentikan virus. Tapi itu saja tidak cukup kuat."
5. Lelah dengan prokes
Mulai longgarnya kewaspadaan orang-orang karena lelah menerapkan protokol kesehatan, juga berdampak pada lonjakan Covid-19 di Eropa.
"Salah satu faktor utama adalah bosan dengan corona, orang-orang benar-benar lelah dengan pandemi ini," ungkap Ralf Reintjes.
"Kami baru saja mengadakan pemilihan umum (di mana Covid-19) sedikit tidak diperhatikan; politisi fokus pada hal-hal lain, dan kesan yang diterima banyak orang adalah masalahnya tidak sebesar itu lagi," katanya.
Para menteri Jerman sebenarnya tidak tinggal diam. Mereka mendesak lebih banyak orang untuk segera divaksin, dan membatasi aktivitas orang-orang yang belum disuntik vaksin Covid-19.
Akan tetapi, menurut para ahli upaya semacam itu sudah terlambat untuk membendung lonjakan ini.
"Dalam waktu singkat tidak mungkin mencapai tingkat vaksinasi yang akan menghentikan gelombang ini," kata Reintjes.
"Musim gugur-musim dingin adalah musim terbaik untuk menularkan virus. Orang-orang berada di dalam ruangan, dan itu memainkan peran penting," ucap Reintjes.
"Orang-orang muak (dengan Covid-19) dan mereka tidak berpegang pada perilaku yang akan membatasi penyebaran virus. Jadi penyebarannya jauh lebih baik sekarang."
Rentjes bersikeras, mengikuti prokes dan mengurangi sosialisasi lebih baik karena dapat membuat efek langsung mengurangi lonjakan Covid-19 di Eropa.
https://www.kompas.com/global/read/2021/11/22/131509770/5-penyebab-lonjakan-covid-19-di-eropa-bahaya-berpuas-diri-saat-vaksinasi