Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Gadis Berprestasi Afghanistan yang Khawatirkan Masa Depannya

KABUL, KOMPAS.com - Salgy Baran masih berusia 18 tahun.

Perempuan Afghanistan ini menerima nilai tertinggi di seluruh negeri pada ujian masuk universitas Afghanistan tahun ini.

Seharusnya dia tak bingung akan apa yang terjadi selanjutnya. Masa depan cerah, ada di genggamannya.

Tapi, dilansir New York Post, dia tidak memiliki jawaban untuk "apa yang akan terjadi selanjutnya".

Baran ingin tetap tinggal di negaranya dan menjadi dokter.

Tetapi seperti banyak warga Afghanistan lainnya, rencana itu diragukan ketika Taliban masuk ke ibu kota Kabul awal bulan ini.

Mereka resmi mengambil alih Afghanistan kembali.

Para pemimpin Taliban mengatakan perempuan dan anak perempuan akan dapat bersekolah dan bekerja sesuai dengan hukum agama, tapi tanpa detail spesifik.

“Saya tidak takut sekarang, tetapi saya khawatir tentang masa depan saya,” kata Baran kepada Associated Press dalam sebuah wawancara video dari Kabul.

"Apakah mereka akan mengizinkan saya untuk mendapatkan pendidikan atau tidak?"

Taliban mengatakan evakuasi massal orang asing dan warga Afghanistan yang takut akan kekuasaan mereka harus berakhir pada 31 Agustus, tanggal yang ditetapkan AS untuk menarik pasukan terakhirnya setelah 20 tahun perang.

Mereka menuduh negara-negara Barat memikat para dokter, insinyur, dan profesional lain, yang keterampilannya akan dibutuhkan untuk membangun kembali negara yang dilanda perang itu.

Jika itu masalahnya, mereka harus berharap Baran tetap tinggal.

Baran dibesarkan dalam keluarga kelas menengah di pedesaan, Afghanistan timur, di mana perawatan medis masih kurang meskipun selama dua dekade ada bantuan pembangunan internasional.

Ketika dia berusia 7 tahun, ayahnya yang menderita diabetes meninggal setelah dokter yang memberinya insulin, membuat ayahnya overdosis.

Itu membuatnya ingin menjadi dokter yang tidak melakukan kesalahan.

Keluarga itu pindah ke Kabul pada tahun 2015, di mana pembatasan sosial terhadap perempuan lebih sedikit.

Keluarganya mengumpulkan sumber daya mereka untuk mendukung studinya. Mereka menggambarkannya sebagai anak pendiam yang menghabiskan waktu berjam-jam untuk membaca dan belajar matematika.

Ujian tahun ini diadakan sebelum pengambilalihan negara oleh Taliban. Baran mendapat nilai tertinggi dari siapa pun di negara itu, dari sekitar 174.000 anak laki-laki dan perempuan, menurut National Examination Authority.

Itu membuatnya mendapat tempat di Universitas Ilmu Kedokteran Kabul, sekolah kedokteran terbaik di negara itu.

Seluruh generasi wanita Afghanistan telah mendapat manfaat dari tatanan yang didukung Barat, yang didirikan setelah invasi pimpinan AS tahun 2001 mengusir Taliban dari kekuasaan.

Ketika militan terakhir memerintah negara itu, perempuan dilarang bersekolah atau bekerja di luar rumah.

Mereka hanya bisa keluar jika ditemani kerabat laki-laki dan itupun harus mengenakan burqa yang serba bisa.

Kemajuan sejak tahun 2001 telah meningkat, meski sebagian besar terbatas pada daerah perkotaan.

Saat Taliban berkuasa, banyak yang takut Taliban akan memutar balik waktu.

Abdul Baqi Haqqani, seorang pejabat Taliban yang mengawasi pendidikan tinggi, mengatakan perempuan akan dapat melanjutkan studi mereka di “fasilitas yang layak,” tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Namun pejabat Taliban lainnya, Mohammad Khalid, yang berpidato di konferensi ulama Muslim awal pekan ini, menyatakan jijik pada gagasan anak laki-laki dan perempuan belajar di kelas yang sama.

Dan nasib Baran, masih belum bisa diprediksi.

https://www.kompas.com/global/read/2021/08/28/123844770/kisah-gadis-berprestasi-afghanistan-yang-khawatirkan-masa-depannya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke