Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Lembah Panjshir, antara Kartu As atau Bumerang Pejuang Afghanistan Melawan Taliban

Dari atas gunung terjal yang telah menahan penjajah asing selama beberapa dekade, pejuang anti-Taliban menembakkan senapan mesin berat yang terpasang ke lembah yang dalam.

Mereka adalah anggota Front Perlawanan Nasional (NRF), kelompok oposisi Afghanistan paling menonjol yang muncul sejak Taliban merebut Kabul sembilan hari lalu.

Dengan barisan mantan tentara pemerintah di jajarannya, NRF mendirikan sarang senapan mesin, mortir, dan pos pengawasan yang dibentengi dengan karung pasir untuk mengantisipasi serangan Taliban di benteng mereka, Lembah Panjshir.

Para pejuangnya, banyak dari mereka mengenakan seragam kamuflase militer, berpatroli di daerah itu dengan Humvee buatan AS dan truk-truk pikap bersenapan mesin terpasang di bagian belakang.

Banyak yang membawa senapan serbu, granat berpeluncur roket, dan walkie-talkie. Beberapa berpose di kendaraan mereka dengan latar belakang puncak yang tertutup salju di lembah, sekitar 80 kilometer utara Kabul.

"Kami akan menggosok wajah mereka di tanah," kata seorang pejuang di sebuah posisi ketinggian Panjshir kepada AFP, saat mengingat kemenangan masa lalu melawan Taliban.

"Jika panglima perang Taliban melancarkan serangan, mereka tentu saja akan menghadapi perlawanan keras dari kami," ancam Ahmad Massoud, salah satu pemimpin NRF, dalam opini editorial Washington Post pekan lalu.

Dia adalah putra mendiang komandan gerilya Ahmad Shah Massoud, yang dihormati karena mengubah Lembah Panjshir menjadi benteng anti-Soviet dan anti-Taliban.

Persiapan defensif sudah menjadi hal biasa bagi warga Panjshir yang melihat Massoud menggagalkan beberapa serangan Soviet pada 1980-an, dan upaya Taliban untuk merebut daerah itu pada akhir 1990-an.

Seorang juru bicara NRF mengatakan kepada AFP pada akhir pekan, pihaknya siap melawan setiap agresi Taliban, tetapi juga ingin bernegosiasi tentang pemerintahan yang inklusif.

Panjshir dikepung dari tiga sisi, juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan pada Senin (23/8/2021).

Mantan wakil presiden Amrullah Saleh, yang menuju ke lembah setelah jatuhnya Kabul, mengatakan bencana kemanusiaan sedang terjadi.

"Talib tidak mengizinkan makanan & bahan bakar masuk ke lembah Andarab," tulisnya di Twitter, merujuk pada daerah di bawah kendali Taliban yang berbatasan dengan Panjshir dari barat laut.

"Ribuan wanita dan anak-anak telah melarikan diri ke gunung."

Ada laporan yang tersebar tentang bentrokan di sekitar Panjshir dalam beberapa hari terakhir, dengan klaim saling bertentangan dari kedua pihak yang tidak mungkin diverifikasi secara independen.

Ahmad Massoud mengatakan dalam opininya, mereka memiliki gudang senjata dan amunisi, serta senjata yang dibawa ke Panjshir oleh mantan pasukan Afghanistan.

Namun, dia menambahkan, tanpa bantuan dari luar, para pejuangnya tidak akan mampu bertahan lama dalam pengepungan Taliban.

"Kami tahu bahwa kekuatan militer dan logistik kami tidak akan cukup," tulisnya.

"Akan cepat habis kecuali teman-teman kita di Barat dapat menemukan cara untuk menyuplai tanpa penundaan."

Sesepuh dari Lembah Panjshir dilaporkan telah berbicara dengan pejabat Taliban di ibu kota Afghanistan, tetapi belum ada kemajuan.

https://www.kompas.com/global/read/2021/08/24/210918670/lembah-panjshir-antara-kartu-as-atau-bumerang-pejuang-afghanistan-melawan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke