Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sempat Diyakini Tewas, Putra Gaddafi Keluar dari Persembunyian dan Niat Berlaga di Politik Libya

TRIPOLI, KOMPAS.com - Saif al-Islam Gaddafi, putra diktator Libya Muammar Gaddafi, keluar dari persembunyiannya setelah menghilang enam tahun lalu, dan mengumumkan niatnya untuk masuk kembali ke politik dan mengambil kembali kendali atas Libya.

Berbicara dalam sebuah wawancara dengan New York Times, Gaddafi (junior) mengatakan dia bermaksud “mengembalikan persatuan yang hilang” di negaranya, setelah satu dekade kekacauan setelah kematian ayahnya, dan tidak mengesampingkan pencalonan presiden.

Pria berusia 49 tahun itu masih dicari oleh Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) karena kejahatan terhadap kemanusiaan. Dia dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan Libya pada 2015.

Gaddafi, dalam komentar publik pertamanya sejak bersembunyi, mengeklaim yakin akan mendapat dukungan luas dari masyarakat Libya, yang katanya telah frustrasi dengan faksi-faksi yang berbeda dan berjuang untuk kontrol.

"Bukan kepentingan mereka (faksi) untuk memiliki pemerintahan yang kuat," katanya kepada The New York Times, berbicara dari villa dua lantai di dalam kompleks berpagar di Zintan di barat negara Afrika Utara.

“Makanya mereka (faksi) takut pemilu. Mereka menentang gagasan seorang presiden. Mereka menentang gagasan negara, pemerintahan yang legitimasinya berasal dari rakyat,” ujarnya melansir Daily Mail pada Sabtu (31/7/2021).

Sebelum kematian ayahnya pada 2011 di tangan milisi Libya, Saif al-Islam Gaddafi dianggap sebagai penerus untuk memerintah Libya.

Dia mengatakan kepada surat kabar itu bahwa dalam satu dekade sejak penangkapan dan pembunuhan ayahnya, politisi tidak memberikan apa pun selain kesengsaraan di Libya.

"Saya sudah jauh dari rakyat Libya selama 10 tahun," katanya. “Anda harus kembali perlahan, perlahan, seperti striptis. Anda perlu bermain dengan pikiran mereka sedikit.”

Dia juga menolak untuk meminta maaf atas kekejaman yang dilakukan oleh rezim ayahnya, dan membela rekor ayahnya sebagai pemimpin. Menurutnya, kebanyakan orang Libya sekarang berpikir pemerintah seharusnya mengambil sikap yang lebih keras terhadap pemberontak.

"Apa yang terjadi di Libya bukanlah sebuah revolusi. Anda bisa menyebutnya perang saudara, atau hari-hari kejahatan. (tapi) Itu bukan revolusi.”

Saif al-Islam adalah anak kedua diktator Muammar Gaddafi yang memerintah Libya dengan tangan besi dari 1969 hingga kematiannya yang brutal pada 2011.

Ia dididik di universitas di Tripoli sebelum belajar untuk gelar MBA di Wina dan PhD di London School of Economics.

Gaddafi dilihat oleh beberapa orang sebagai pengaruh modernisasi dalam rezim ayahnya. Dia dipuji oleh beberapa orang karena memimpin periode reformasi, dan liberalisasi yang singkat di tahun-tahun terakhir kediktatoran.

Namun, reputasinya ternoda ketika dia mendukung tindakan keras pemerintah terhadap protes anti-pemerintah pada 2011. Saat itu, dia memperingatkan “sungai darah” jika revolusi tidak dicegah. Protes di Libya waktu itu adalah bagian dari Arab Spring 2011.

Diperkirakan setidaknya sebanyak 25.000 warga sipil dan tentara tewas dalam perang saudara Libya.

Seperti ayahnya, Saif al-Islam ditangkap. Dia ditemukan di Libya selatan setelah rezim ayahnya runtuh, dan ditawan oleh kelompok milisi Libya di kota Zintan.

Kelompok milisi Libya menolak menyerahkannya ke ICC di Den Haag, yang telah mendakwanya atas kejahatan perang yang diduga dilakukan selama perang saudara.

Kelompok itu mengizinkannya diadili di Tripoli melalui tautan video, di mana dia dijatuhi hukuman mati pada 2015, tetapi belum ditindaklanjuti.

Kemudian dilaporkan bahwa Gaddafi telah dibebaskan oleh kelompok milisi Libya. Tetapi dia tidak muncul di depan umum lagi di tengah desas-desus bahwa dia telah meninggal atau berencana kembali ke politik. ICC menyerukan agar dia diserahkan untuk diadili.

Saif al-Islam menyatakan keyakinannya bahwa masalah hukum ini dapat dirundingkan, jika mayoritas rakyat Libya memilihnya sebagai pemimpin mereka.

Pada 2018, partai Front Populer Libya mengeklaim bahwa Gaddafi akan mencalonkan diri sebagai calon presiden, tetapi ia tidak pernah tampil di depan umum.

Pada 2020, dilaporkan oleh Bloomberg bahwa dua orang Rusia telah ditangkap di negara yang diduga terlibat dalam plot untuk menempatkan Gaddafi sebagai presiden Libya yang pro-Moskwa.

Dalam wawancara dengan New York Times, Gaddafi mengeklaim bahwa dia sekarang berteman dengan mantan penculiknya.

“Mereka sekarang adalah teman saya,” ujarnya, menambahkan bahwa kelompok milisi Libya menyadari dia bisa menjadi sekutu yang kuat.

Libya telah dilanda kekacauan sejak pemberontakan yang didukung NATO menggulingkan diktator Gaddafi pada 2011.

Perlawanan itu telah membagi negara Afrika Utara antara pemerintah yang didukung PBB di Tripoli, dan otoritas saingan yang setia kepada Hifter di timur. Faksi itu masing-masing didukung oleh kelompok bersenjata yang berbeda dan pemerintah asing.

Kembalinya Gaddafi ke politik Libya bisa jadi sulit, mengingat  sejumlah saingan potensial menghalangi jalannya.

Salah satu saingannya adalah Khalifa Haftar, jenderal yang menguasai sebagian besar Libya timur dan mendapat dukungan Rusia dan UEA. Lainnya, Fathi Bashagar, adalah mantan menteri dalam negeri Libya dan mendapat dukungan dari Turki dan pemerintah Barat lainnya.

Oktober lalu, sebuah gencatan senjata ditandatangani, yang sebagian besar telah membekukan perang saudara yang telah berlangsung lama. Tetapi negara itu tetap terbagi antara timur dan barat dan penuh dengan pasukan asing dan tentara bayaran dari Rusia, Timur Tengah dan Afrika.

Sebuah kesepakatan antar-faksi telah dibuat untuk mengadakan pemilihan awal Desember. Tetapi para diplomat mengatakan mereka tidak memiliki banyak harapan untuk pemungutan suara yang akan dilakukan.

Ketika ditanya apakah merasa aneh mencari perlindungan di antara orang-orang Libya ketika dia dalam pelarian pada 2011, dia berkata: “Kami seperti ikan, dan orang-orang Libya seperti laut bagi kami.”

“Tanpa mereka, kita mati. Di situlah kami mendapat dukungan. Kami bersembunyi di sini. Kami bertarung di sini. Kami mendapat dukungan dari sana. Orang-orang Libya adalah lautan kami.”

https://www.kompas.com/global/read/2021/07/31/204150670/sempat-diyakini-tewas-putra-gaddafi-keluar-dari-persembunyian-dan-niat

Terkini Lainnya

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Global
Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Global
Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Global
Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke