DHAKA, KOMPAS.com - Bangladesh mengalami lonjakan kasus demam berdarah, yang menambah tekanan terhadap sistem kesehatan yang sudah rapuh menghadapi krisis Covid-19.
Pada awal bulan ini hingga Jumat (30/7/2021), 1.920 orang didiagnosis terkena penyakit demam berdarah, menandai lonjakan lebih dari 600 persen kasus dibandingkan pada Juni yang dilaporakan 272 kasus.
Menurut Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan (DGHS), total 2.292 pasien telah didiagnosis menderita demam berdarah tahun ini, termasuk setidaknya 3 kematian.
Hampir semua kasus demam berdarah, kecuali 70 pasien, berada di Dhaka, ibu kota Bangladesh yang berpenduduk 17 juta orang.
Wabah demam berdarah telah memberikan tekanan lebih lanjut pada layanan kesehatan Bangladesh, yang sudah di ambang kehancuran karena gelombang ketiga Covid-19 yang ganas, seperti yang dilansir dari Al Jazeera pada Jumat (30/7/2021).
Pada Kamis (29/7/2021) malam waktu setempat, DGHS mencatat 239 kematian terkait Covid-19 dilaporkan di seluruh negeri dalam 24 jam terakhir, meningkatkan jumlah kematian menjadi 20.255.
Selama periode yang sama, 15.271 kasus baru Covid-19 dilaporkan, menjadikan total beban kasus menjadi 1.226.253.
Pekan lalu, salah satu warga Bangladesh bernama Afsarul Haque pertama kali mendapati dirinya demam mencapai 39 Celcius, dia mengira dia terinfeksi Covid-19.
Bankir berusia 38 tahun itu langsung menelepon laboratorium swasta untuk melakukan tes Covid-19. Sehari kemudian, hasilnya keluar menunjukkan negatif.
Namun, demamnya terus memburuk disertai sakit kepala.
“Pemikiran terkena demam berdarah sama sekali tidak terlintas di benak saya,” kata Haque kepada Al Jazeera.
"Namun, salah satu kerabat saya meminta untuk tes demam berdarah. Saya melakukannya dan hasilnya positif," ungkapnya.
Haque telah berada di rumah seperti anjuran dokter dan meminum sejumlah obat.
“Saya sekarang dalam pemulihan. Tapi, trauma mental yang saya alami sangat melelahkan.”
Haque beruntung dapat terselamatkan, berbeda dengan Sayeeda Nasrin Bably. Dosen wanita di salah satu universitas yang berusia 35 tahun tewas karena demam berdarah pada 7 Juli.
Kematian Bably menjadi kasus pertama yang tercatat meninggal karena demam berdarah pada 2021 di Bangladesh.
Saudara laki-laki Bably, Golam Hafiz, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa dia dibawa ke rumah sakit swasta di mana para dokter menduga itu adalah Covid-19.
“Dia kemudian diberikan tes DBD dan hasilnya positif,” kata Hafiz.
Karena kondisi Bably memburuk, dia dirawat di ICU rumah sakit. “Pada 7 Juli, dia mengalami stroke otak dan meninggal,” kata saudara laki-lakinya.
Varian demam berdarah
Dr Tahmina Shirin, direktur Institute of Epidemiology, Disease Control and Research (IEDCR) mengatakan bahwa sejumlah besar pasien demam berdarah di Bangladesh tahun ini terinfeksi DEN-3, varian virus dengue yang dapat meningkatkan risiko kematian.
Pada tahun-tahun sebelumnya, Bangladesh mengalami varian wabah demam berdarah DEN-1 dan DEN-2, tetapi pada 2021 DEN-3 lebih umum, kata Shirin.
Ia menambahkan bahwa DEN-3 dan DEN-4 dianggap mematikan karena menyebabkan kebocoran plasma, gangguan pernapasan dan gangguan organ pada pasien.
Dr Md Robed Amin, direktur unit Pengendalian Penyakit Tidak Menular (NCDC) DGHS, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa tahun ini, kasus demam berdarah tinggi karena apa yang disebutnya “pola gelombang”.
“Kasus DBD meningkat setiap tahun. Kami melihat kasus DBD masif pada 2019, jadi ada kemungkinan peningkatan kasus DBD pada 2021,” katanya.
Amin mengatakan ahli entomologi awal tahun ini telah memperingatkan pertumbuhan kasus demam berdarah di negara ini.
“Kami (DGHS) memberikan salinan laporan ini kepada badan-badan sipil untuk mengambil tindakan yang tepat, seperti mengendalikan populasi nyamuk dengan melakukan dan menjalankan kampanye kesadaran,” tambahnya.
Menurut proyeksi ahli entomologi Kabirul Bashar, situasi demam berdarah di Bangladesh akan memburuk pada Agustus, tetapi dia menghargai upaya yang diambil oleh pemerintah dalam memeriksa lonjakan.
“Saya melihat dua perusahaan kota Dhaka aktif mengendalikan populasi nyamuk. Jika aktivitas mereka berjalan lancar, kasus DBD bisa berkurang,” kata Bashar.
Brigadir Jenderal Jobaidur Rahman, kepala petugas kesehatan Dhaka North City Corporation, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa mereka telah memulai gerakan kebersihan khusus di seluruh ibu kota.
“Kami menanggapi peningkatan kasus demam berdarah dengan sangat serius. Kami bekerja dengan kekuatan penuh untuk menggagalkan peningkatan lebih lanjut dalam kasus pada Agustus,” katanya.
https://www.kompas.com/global/read/2021/07/31/050459670/bangladesh-dilanda-lonjakan-kasus-demam-berdarah-di-tengah-krisis-covid