Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Profesor Kanada Diprotes Lalu Dipecat Usai Ancam Gagalkan Mahasiswa Tanpa Internet di Myanmar

Kebijakan itu diambil universitas setelah potongan gambar percakapan emailnya menjadi viral. Isinya menunjukkan dia memarahi dan mengancam akan menggagalkan seorang siswa asal Myanmar.

Tindakan Sang Profesor diketahui ditujukan kepada siswa yang tidak dapat mengikuti ujian tengah semester.

Siswa yang diketahui berada di Myanmar itu menerangkan kendalanya mengikuti ujian karena pemadaman internet yang diterapkan oleh junta militer Myanmar.

Tangkapan layar dari email menunjukkan siswa tersebut meminta profesor matematika dan statistik, Emanoil Theodorescu, untuk menunda ujian tengah semester mereka.

Siswa tersebut juga menerangkan, baru-baru ini mengetahui bahwa militer Myanmar akan memberlakukan pemadaman internet lagi.

“Saya baru mengetahui bahwa mulai besok semua layanan data seluler, wifi dan internet akan terputus tanpa batas. Oleh karena itu, akan terjadi pemadaman total komunikasi," jelas siswa itu.

Tapi menurut tangkapan layar dari percakapan email keduanya Theodorescu menjawab: "Tidak ada penangguhan. Ini (hasil ujian) ditransfer ke ujian akhir. Kesempatan terakhir, pertanda buruk."

"Bahkan internet turun dengan Covid19?" sindirnya.

Mahasiswa tersebut menanggapi dengan mencoba menjelaskan situasi di Myanmar, yang diguncang oleh protes dan kerusuhan sipil sejak militer melakukan kudeta sejak Februari.

"Hampir 200 pengunjuk rasa telah ditembak (hingga) sekarang. Rezim telah memutuskan untuk menutup semua komunikasi besok," kata mahasiswa tersebut.

Ketika siswa tersebut bertanya apakah ujian akhirnya akan berbobot 60 persen dari nilai mereka, Theodorescu menjawab, "kira-kira seperti itu."

"Ok Profesor. Terima kasih. Jadi saya tidak perlu khawatir jika saya melewatkan ujian besok?” tanya siswa tersebut.

"Tentu saja harus. Lain kali Anda melewatkan sesuatu, selesai sudah," jawab Sang Profesor.

"Ngomong-ngomong, ucapan Anda (baik terkait dengan kelas ini maupun dengan negara asal Anda) membuat saya bertanya-tanya bagaimana Anda memahami kenyataan," tambahnya.

"Orang-orang tidak tertembak hanya karena protes, tetapi karena alasan yang jauh lebih dalam. Dan dengan memuat semuanya menumpuk pada ujian akhir - akan sulit untuk lulus kelas ini- karena kurangnya latihan, bukan hal lain."

Tangkapan layar dari komunikasi tersebut diunggah ke Twitter pada Kamis (17/3/2021) dan dengan cepat memicu kemarahan.

Dalam pernyataan pada Jumat (18/3/2021), Universitas York menyatakan pihaknya berkomitmen memastikan "rasa hormat, kesetaraan, keragaman dan inklusi."

Universitas juga menyinggung masalah percakapan viral baru-baru ini antara instruktur Departemen Matematika & Statistik dan seorang siswa, yang tidak mencerminkan nilai-nilai tersebut.

Mereka meyakinkan semua pihak, bahwa staf senior dari Fakultas telah melakukan kontak langsung dengan siswa tersebut pada malam setelah percakapan itu terjadi.

“Pengajar secara jelas menyatakan dukungan untuk keadaan dan kesejahteraan siswa yang dalam situasi sulit. Lebih lanjut, universitas juga meyakinkan siswa bahwa akomodasi yang diperlukan akan diberikan," kata universitas.

"Pengaturan alternatif untuk pengajar dalam kelas tersebut telah dibuat," tambah universitas.

Informasi kontak Theodorescu sejak itu telah dihapus dari halaman fakultas dan instruktur departemen. Dia belum membalas permintaan komentar CBS News.

Kerusuhan sipil telah melanda Myanmar setelah kudeta 1 Februari, yang mengakibatkan junta militer merebut kendali negara itu.

Pejabat militer berdalih mengambil kendali karena pemimpin Aung San Suu Kyi terpilih setelah melakukan kecurangan dalam pemilihan. Klaim ini telah dibantah secara luas. Suu Kyi dan ratusan politisi serta sekutunya dipenjara sejak saat itu.

Militer telah memutus layanan internet dan memblokir komunikasi internasional untuk meredam proters.

Lebih dari 100 orang, termasuk banyak orang dewasa muda, pelajar, pendidik dan petugas kesehatan, telah dibunuh oleh militer karena memprotes kudeta tersebut.

Pada Jumat (19/3/2021), PBB menuduh junta menggunakan kekerasan untuk mengambil alih lebih dari 60 sekolah, dan bahkan menyerang guru, menurut The Associated Press.

https://www.kompas.com/global/read/2021/03/20/202745970/profesor-kanada-diprotes-lalu-dipecat-usai-ancam-gagalkan-mahasiswa-tanpa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke