Sebagai pemenang dalam Pilpres AS 3 November lalu, Biden bakal diambil sumpahnya sebagai presiden ke-46 pada 20 Januari nanti.
Namun, Trump yang enggan mengaku kalah masih terus menggugat hasil pemilu, dengan ketakutan muncul dia bakal menggunakan kekerasan untuk membatalkan hasilnya.
Kepada Newsweek, enam sumber militer mengungkapkan diskusi kini tengah dilakukan secara tertutup membahas jika si petahana menggunakan cara nekat untuk menjegal Biden.
Salah satu sumber menuturkan, sangat tipis kemungkinan para komandan AS sampai terlibat dalam usaha membalikkan Pilpres AS.
Yang mereka takutkan adalah jika pasukan terpaksa dilibatkan untuk memadamkan kekacauan bisa timbul karena presiden berusia 74 tahun itu.
Si sumber menyoroti skenario bagaimana Trump bisa mengerahkan milisi swasta dan paramiliter yang setia kepadanya untuk membuat kekacauan di Washington DC.
"Saya sudah mengabdi selama 40 tahun, dan saya tidak pernah melihat bagaimana diskusi membahas skenario itu bisa begitu intens," kata si sumber.
Sumber lain yang adalah mantan hakim agung menuturkan, karena wabah virus corona saat ini Trump mempunyai kuasa untuk menerapkan keadaan darurat.
Pada Maret, dia mengumumkan status darurat berdasarkan UU Layanan Kesehatan Publik, UU Stafford, dan UU Kedaruratan Nasional.
Tiga UU ini memang tidak membuat Trump bisa mengumumkan darurat militer. Namun, banyak kalangan meyakini karena ketiga UU itu, si presiden merasa dirinya di atas hukum.
Pendapat si mantan hakim diperkuat oleh keterangan eks staf dewan keamanan nasional mengenai potensi manuver pamungkas yang dilakukan petahana.
Sumber itu mengungkapkan, Trump bukanlah pengacara dan tak memerhatikan detil hukum. Tapi, dia jelas menikmati segala potensi kepresidenan yang dilimpahkan kepadanya.
Meski begitu, semua sumber sepakat sang presiden tidak mendapatkan cukup dukungan dari para jenderal jika sampai bermanuver menggagalkan Biden.
Mereka juga menegaskan meski ada prajurit dari rangking bawah yang mendukungnya, jumlahnya takkan cukup untuk menciptakan kekacauan.
"Pada titik ini, kemungkinan presiden akan membuat sesuatu yang besar pada bulan depan belum tentu terjadi," ujar eks Komandan Utara (NORTHCOM) tersebut dilansir Daily Mail Kamis (24/12/2020).
Tetapi, dia sepakat jika mereka tidak boleh sampai lengah dan terus bersiap karena segala kemungkinan masih bisa terjadi.
Laporan Newsweek ini muncul setelah pada pekan lalu, sang presiden membahas cara untuk membalikkan kemenangan Biden, termasuk mengerahkan militer.
Trump sendiri melalui kicauannya membantah kabar tersebut. Namun, serangkaian figur publik langsung melayangkan kritikan ke Gedung Putih.
Salah satunya adalah John Bolton, mantan penasihat keamanan Trump yang beralih menjadi salah satu pengkritik sejak dipecat.
"Saya tidak bisa mendeskripsikan laporan meresahkan ini. Tak bisa dipercaya. Dia jelas tak cocok dengan tugas ini," kritiknya dikutip CNN.
https://www.kompas.com/global/read/2020/12/27/144140670/pemimpin-militer-as-bersiap-jika-trump-gunakan-cara-ini-untuk-jegal-biden