Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perempuan Berdaya: Bagaimana Standar Kecantikan Berevolusi dari Era Primitif hingga Sekarang

KOMPAS.com - Apa yang membuat perempuan terlihat cantik? Standar kecantikan telah mengalami evolusi sepanjang sejarah, dari era paleolitik hingga modern ini.

“Kecantikan itu sendiri adalah gambaran tak terbatas yang masuk ke dalam akal manusia,” kata sejarawan AS George Bancroft (1800–1891) yang dikutip dari ThoughtCo.

Berikut beberapa era perubahan yang membentuk standar kecantikan perempuan, menurut The List dan Science of People. 

Era paleolitik

Pada era ini, yaitu 24.000 hingga 22.000 SM, konsep kecantikan dilatarbelakangi oleh pandangan kesuburan seorang perempuan.

Gadis yang cantik didefinisikan memiliki tubuh yang berisi, payudara besar, pinggul besar, perut gemuk, karena konsep pemikiran pada zaman itu adalah tubuh yang sehat adalah yang mampu melahirkan banyak anak.

Tubuh besar yang sehat adalah yang terpenting untuk mempertahankan keturunan. Sehingga, diidamkan.

Mata cantik, bibir berlipstik merah cerah, bukan prioritas saat itu.

Salah satu contoh seni paling awal yang pernah ditemukan, merupakan simbol primitif wanita yang diidealkan yang terlihat tidak seperti gambaran model perempuan hari ini.

Yunani kuno

Orang Yunani kuno mendefinisikan kecantikan secara literal. Untuk dianggap "cantik", wajah perempuan harus dua pertiga lebarnya, dan kedua sisi wajah harus simetris sempurna.

Patung kuno menunjukkan kepada kita bentuk ideal cantik dalam pandangan seniman, yang menampilkan pinggul besar, payudara penuh, dan perut yang tidak terlalu rata.

Selama periode ini (500 - 300 SM), wanita yang ideal adalah montok, berbadan penuh, kulit putih. Yunani kuno menyembah bentuk laki-laki.

Pada periode ini, pria menghadapi standar kecantikan dan kesempurnaan yang jauh lebih tinggi daripada wanita.

Era Renaissance awal

Para seniman Renaisans menjauh dari kesopanan dan nilai-nilai agama yang ketat di Abad Pertengahan. Maka, dari 1300-1500, mereka mulai melukis payudara telanjang yang melambangkan perpaduan antara kesuburan dan sensualitas.

Wanita ideal umumnya seperti digambarkan oleh artis Raphael memiliki lengkungan tubuh yang jelas, berwajah pucat, tapi dengan pipi agak kemerahan, dan wajah bulat yang lembut.

Diakui Raphael, sebagian besar lukisannya tidak berdasarkan model nyata, hanya imajinasi tentang bagaimana rupa seorang wanita cantik. Ini dibenarkan bagi banyak pelukis.

Pada era Renaisans dimulailah transisi dari hanya menganggap wanita sebagai objek kesuburan, menjadi objek nafsu dan kecantikan.

Di era ini, wanita ideal digambarkan memiliki payudara yang cukup berisi, perut membulat, pinggul penuh, kulit cerah.

Selama Renaisans Italia, seorang istri memiliki kewajiban untuk mencerminkan status suaminya, baik dalam perilaku maupun penampilan luar.

Tubuh penuh, rambut, dan kulit cerah semuanya dianggap sebagai indikasi kecantikan yang superior.

Era Elizabethan

Ratu Elizabeth yang dimahkotai pada 1558, mengantarkan era kecantikan perempuan dihiasi dengan make up.

Rutinitas berias diri menjadi tren saat itu dan dengan cepat menjadi simbol kelas sosial perempuan.

Semakin pucat kulit seorang perempuan, semakin tinggi status sosialnya. Orang miskin yang harus bekerja di luar tentu akan memiliki warna kulit kecokelatan yang dinilai mengerikan, jadi orang kaya akan memamerkan kulit pucat mereka sebagai simbol kehidupan dalam ruangan yang mewah.

Untuk memamerkan statusnya, Elizabeth mengecat wajahnya dengan lapisan tebal bedak berbahan dasar timah putih, dan pemerah bibir. Anggota masyarakat kelas atas mengikutinya.

Era Victoria

Ratu Victoria yang mendapatkan mahkotanya pada 1837, menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh untuk mencitrakan kecantikan.

The British Library melaporkan bahwa kecantikan ditampilkan dengan sosok perempuan yang memakai rok lebar berbentuk lonceng atau disebut crinolines. Semakin berpola dan lebar roknya, membuat perempuan semakin terlihat cantik.

Kecantikan pada era 1837 - 1901, perempuan mengencangkan pinggang mereka dengan korset yang ketat untuk memberikan persepsi tentang bentuk tubuh ideal seperti jam pasir.

Dan, menurut BBC, perempuan mendapatkan formasi "di rumah, karena rumah tangga dan menjadi ibu dianggap oleh masyarakat luas sebagai pemenuhan emosional yang cukup bagi perempuan."

Penampilan pucat, lemah, lembut bukan yang menonjol pada era ini, selama perempuan tidak terlihat rapi, kokoh atau kuat dengan korset.

Meski, korset menjadi andalan. Riasan juga sangat diperhatikan oleh perempuan, sekalipun berbahaya.

Timbal, amonia, merkuri, adalah bahan yang umum digunakan. Sebagian perempuan Victoria juga mengetahui bahayanya, tapi mengabaikan efek racun itu.

Wanita rela meracuni diri sendiri agar terlihat lebih cantik. Tentu saja, keinginan itu didominasi dorongan pria yang menyukai wanita yang terlihat berwajah lembut.

Roaring Twenties

Pada akhir 1910-an hingga 1920-an, banyak perempuan bekerja selama Perang Dunia I. Sehingga, mereka memiliki penampilan lebih bebas, tanpa gaya rambut dan koreset yang kaku, bahkan setelah perang usai.

Pada era ini disebut juga dengan era Roaring Twenties. Dalam periode waktu ini, wanita ideal digambarkan memiliki penampilan yang payudaranya cenderung rata, ukuran pinggang yang cenderung kecil, bergaya rambut bob, secara umum perempuan yang memiliki gaya "boyish".

Kecantikan di tahun 1920-an menampilkan tampilan androgini untuk perempuan. Mereka mengenakan bra yang menekan payudara, sehingga terlihat tidak terlalu menonjol, dan mengenakan pakaian yang membuat mereka terlihat tidak memiliki lekukan tubuh.

Perempuan bahkan memendekkan rambut mereka, meninggalkan kepercayaan lama bahwa rambut panjang menandakan kecantikan dan diinginkan.

Golden age of hollywood

Tren sosok boyish tidak terlalu bertahan lama. Pada era 30 hingga 40-an, penampilan seperti jam pasir sudah mulai kembali sebagai standar kecantikan perempuan.

Contoh klasik tubuh perempuan ideal pada saat itu adalah Marilyn Monroe, yang menjadi representasi perempuan cantik pada era yang disebut sebagai Golden Age of Hollywood.

Saat itu, dampak perang dalam ekonomi sudah mulai pulih, sehingga kebutuhan makan untuk perempuan membaik. Tipe tubuh ideal perempuan mencerminkan perbaikan kondisi itu.

Tidak ada yang ingin terlihat kurus, seperti terlihat kelaparan, tetapi sosok yang montok juga tidak realistis untuk saat itu.

Namun, karena kekurangan sumber daya, dan kemudian adanya kejahatan Perang Dunia II, wanita harus berkreasi dengan pakaian mereka. Mereka akan mengubah setelan pria menjadi pakaian wanita.

Swinging London

"Swinging London", istilah yang digunakan untuk menggambarkan perkembangan mode dan budaya London pada 1950-an hingga 1960-an, memengaruhi pakaian dan gaya perempuan di Amerika selama periode yang sama. 

Periode waktu ini menyukai tampilan perempuan yang ramping, kaki jenjang, dan muda. Sebagian besar gadis glamour pada era ini memiliki BMI antara 18,8 dan 20,5. 

Era supermodel

Ketika 80-an bergulir, era Supermodel dimulai. Wanita dimaksudkan untuk menjadi tinggi, kurus, dan sedikit atletis.

Pinggul menjadi jauh lebih kecil, meski payudara besar masih populer. Wanita lebih dipengaruhi oleh sosok model terkenal untuk tren mode dan bentuk tubuh. Seorang model dituntut terus menjadi sangat ramping daripada orang pada umumnya.

Periode waktu ini membawa fenomena gila terhadap olahraga. Video olahraga sangat populer, mendorong wanita untuk menjadi ramping, tetapi juga bugar.

Era ini di sisi lain juga menunjukkan peningkatan anoreksia, yang dianggap oleh beberapa ahli disebabkan oleh obsesi yang meluas terhadap olahraga.

Heroin chic

Pada 1990-an, tubuh ideal adalah seorang wanita yang tampak kurus, lemah dan terabaikan. Model Kate Moss adalah pahlawan wanita dalam dekade 90-an, pucat, pendiam, dan kurus.

Kate Moss datang untuk mencoba Twiggy menjadi "model paling kurus sepanjang masa".
Model berkebangsaan Inggris dengan BMI 16 dan penampilan "heroin chic" itu menjadi populer.

Pada 90-an menghadirkan ideal feminin teramping dalam sejarah, menurut The List.

Kecantikan Postmodern

Era kecantikan pada 2000-an hingga sekarang atau dikenal dengan era postmodern, standar kecantikan perempuan itu adalah perut rata, ramping sehat, payudara dan pantat berisi.

Kim Kardashian, bagaimanapun menjadi salah satu perempuan yang memiliki standar kecantikan postmodern. Pada era ini, perempuan semakin mencari "perbaikan" menuju standar kecantikan dengan operasi plastik.

https://www.kompas.com/global/read/2020/09/30/200554170/perempuan-berdaya-bagaimana-standar-kecantikan-berevolusi-dari-era

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke