Easterbrook dituduh berbohong tentang dugaan hubungan seksual dengan karyawatinya.
Pria itu dipecat pada November 2019 karena "penilaian buruk", akibat melakukan hubungan seks yang diklaim atas dasar suka sama suka dengan seorang staf perempuan.
McDonald's mengatakan, perbuatannya itu melanggar kebijakan perusahaan.
Lebih lanjut pihak restoran mengungkap, Easterbrook berbohong "dan menghilangkan informasi mengenai perilaku pribadi yang tidak pantas".
Mantan bos itu juga dikatakan menjalin hubungan dengan tiga karyawati lainnya, dan menyediakan saham senilai ratusan ribu dollar AS kepada salah satu karyawati.
McDonald's kemudian berupaya mengembalikan kompensasi dan pesangon yang dibayarkan ke CEO itu terkait syarat pemecatannya tahun lalu.
Easterbrook melakukan penipuan dengan menyesatkan perusahaan atas perjanjian PHK. Gugatan tersebut telah diajukan ke pengadilan di Negara Bagian Delaware.
"(Dia) diketahui berbohong dengan penyelidik McDonald's," tulis aduan tersebut yang dikutip AFP.
Perjanjian PHK Easterbrook termasuk uang pesangon selama 6 bulan ditambah opsi saham.
Laporan media-media AS memperkirakan Easterbrook membawa pulang sekitar 40 juta dollar AS (setara Rp 590,14 miliar, kurs Rp 14.700/dollar AS) dari pemecatannya.
Pada 2018 gaji pokok Easterbrook adalah 1,3 juta dollar AS dengan total kompensasi termasuk bonus dan opsi saham sebanyak 15,9 juta dollar AS.
Usai dipecat posisinya diisi Chris Kempczinski, yang bergabung dengan McDonald's pada Oktober 2015. Sebelumnya ia bekerja di Kraft Foods dan PepsiCo.
Sehari setelah Easterbrook dipecat, McDonald's mengumumkan HRD eksekutif David Fairhurst juga angkat kaki.
Ia bergabung ke McDonald's sejak 2005 diangkat jadi kepala staf restoran pada 2015.
Kemudian pada Mei, sekelompok serikat pekerja internasional mengajukan pengaduan terhadap McDonald's, atas pelecehan seksual sistematis di jaringan restoran cepat saji itu di seluruh dunia.
Para pekerja di International Union of Food berkata, keluhan itu diajukan ke Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) di Belanda, dan yang pertama dari jenisnya yang sasarannya perusahaan internasional.
Dokumen tersebut mengutip kesaksian saksi dari "upaya pemerkosaan, sentuhan tidak sopan, meraba-raba, dan tawaran seksual."
McDonald's saat itu mengatakan akan meninjau keluhan tersebut, dan menekankan bahwa mereka "perusahaan yang mengutamakan kemanusiaan".
https://www.kompas.com/global/read/2020/08/11/093112870/skandal-seks-mantan-bos-mcdonalds-dengan-karyawati-uang-phk-rp-590-miliar