Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Trump Salahkan China atas 'Pembunuhan Massal' Pandemi Covid-19

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Rabu (20/5/2020) lagi-lagi mengecam China atas wabah virus corona. Dia menyalahkan Beijing atas 'pembunuhan massal sedunia' akibat wabah tersebut.

Di dalam kicauannya di Twitter, Trump mengatakan bahwa ada beberapa 'orang gila' di China yang merilis sebuah pernyataan yang isinya menyalahkan pihak di luar China tentang virus corona.

Sosok 'orang gila' ini tidak diidentifikasi oleh Trump. Presiden AS itu kemudian mengatakan, "Tolong katakan pada orang ini, bahwa (ini semua) adalah sebab ketidakmampuan China dan China telah melakukan pembunuhan massal di seluruh dunia."

Trump yang awalnya berusaha untuk meminimalisir kecamannya sendiri dengan mengatkan berulang kali bahwa dia percaya China sedang menangani wabah itu, berbalik menjadi menyerang dan menyalahkan China atas pandemi virus corona.

Pihak Gedung Putih sendiri tanpa memberikan bukti mengatakan bahwa virus corona berasal dari sebuah laborotarium dan secara tidak sengaja menyebar.

Selain berulang kali memberikan ancaman terhadap saingan perekonomian nomor satunya itu, Trump juga mengancam akan memotong pendanaan kepada Badan Kesehatan Dunia (WHO) karena menganggap badan internasional itu telah bekerja sama dengan China dalam menyembunyikan wabah.

Keretakan hubungan diplomatik dengan cepat terbuka setelah Trump merayakan gencatan senjata dalam perang dagangnya dengan China dan muncul setelah berbulan-bulan melakukan pujian untuk Presiden China, Xi Jinping.

Kebohongan AS

Meski begitu, ketegangan juga pernah merebak di China di mana juru bicara kementerian luar negeri Zhao Lijian memicu amarah Washington dengan mempromosikan teori konspirasi yang mengatakan bahwa virus corona sebenarnya adalah virus yang dibawa pertama kali oleh tentara AS ke China.

Zhao pada Rabu menyoroti apa yang disebutnya sebagai 'kesalahan dan celah AS, kebohongan dan rumor-rumor AS."

"AS tampaknya telah lupa bahwa di masa lalu, para pemimpin AS telah berulang kali dan secara terbuka memuji kerja anti-Epidemi China," kata Zhao.

Zhao menyalahkan para politisi AS "yang ingin mengubah kesalahan tetapi tidak bisa menghilangkannya."

Sementara itu, selama panggilan telepon dengan Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina, Xi menekankan bahwa China menentang tindakan yang mengganggu kerja sama anti-Epidemi internasional dan membahayakan upaya dunia terutama bagi negara berkembang untuk melawan pandemi virus corona.

Hal itu dilaporkan oleh kantor berita negara Xinhua.

"China bersedia untuk terus bekerja dengan komunitas internasional, termasuk Bangladesh, untuk mendukung peran kepemimpinan WHO, mempromosikan kerja sama pencegahan dan pengendalian bersama internasional, dan menjaga keamanan kesehatan masyarakat global," kata Xi.

Tetapi Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan pada konferensi pers pada Rabu bahwa krisis Covid-19 telah mengakhiri ilusi AS tentang hubungan dekat dengan China.

Dia mengatakan "kami sangat meremehkan sejauh mana Beijing secara ideologis dan politis berseteru dengan negara-negara bebas."

Pompeo, pejabat terdekat Trump, mengatakan China dipimpin oleh "rezim otoriter yang brutal."

"Tanggapan Partai Komunis China terhadap wabah Covid-19 di Wuhan telah mempercepat pemahaman kami yang lebih realistis tentang Komunis China," kata Pompeo.

"Hari ini, ketika kita semua duduk di sini pagi ini, Beijing terus menolak akses penyelidik ke fasilitas-fasilitas yang relevan, menahan sampel virus hidup, untuk menyensor diskusi tentang pandemi di China dan (masih) banyak lagi."

https://www.kompas.com/global/read/2020/05/21/131428670/trump-salahkan-china-atas-pembunuhan-massal-pandemi-covid-19

Terkini Lainnya

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Global
Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Global
Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Global
Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Global
Lebih dari 2.000 Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Lebih dari 2.000 Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Global
Pelapor Kasus Pelanggaran Boeing 737 Meninggal Mendadak

Pelapor Kasus Pelanggaran Boeing 737 Meninggal Mendadak

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke