Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Terombang-ambing, Nasib Rohingya di Tengah Ketatnya Perbatasan Asia Tenggara

KOMPAS.com - Kondisi orang-orang Rohingya saat ini semakin diperparah dengan adanya kebijakan push-back yang dilakukan Thailand, Malaysia, dan Indonesia dalam istilah "Maritim Ping-Pong". 

Meski, Indonesia sejauh ini sudah memulai dialog regional dan menunjukkan keberpihakannya pada tragedi kemanusiaan yang menimpa Rohingya. 

Menurut Saad Hammadi, Campaigner di South Asia Regional Office (SARO) of Amnesty International, pada rapat pers yang digelar Amnesty International Indonesia, sebanyak ratusan bahkan sampai ribuan orang Rohingya terdampar di lautan saat ini di tengah krisis virus corona yang melanda secara global.

Rohingnya, diulas secara umum oleh Hammadi, "(adalah) etnis minoritas yang beragama Islam di Myanmar yang didominasi oleh pengikut Buddha." 

Hammadi juga menambahkan bahwa baru-baru ini sebanyak dua kapal yang memuat 700 warga Rohingya telah diturunkan di Bangladesh dan difasilitasi tempat (kamp) di sana. Meski begitu, kondisinya jauh dari kata 'layak'.

Sebelumnya bahkan sebanyak 200 orang Rohingya diterima di Malaysia dan mendapat tempat di sana.

"Mereka telah melarikan diri dari kejahatan paling mengerikan sejak akhir 1970-an sampai Agustus 2017. Lebih dari 1 juta orang Rohingya kini berada di Bangladesh," ungkap Hammadi.

Di Bangladesh, orang-orang Rohingya dijejalkan ke kamp-kamp pengungsi yang berdesakan di ruang seluas 6.000 hektar. 

"Kondisi itu sangat tidak efisien, itu bukan kehidupan yang kita semua ingin lihat di negara itu," papar Hammadi. Kondisi mereka kini bahkan memprihatinkan, tempat yang tak layak sangat mendukung kerentanan pada virus corona.

Dilansir Reuters, seorang pejabat senior Bangladesh serta juru bicara Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengatakan pada Kamis (14/5/2020) bahwa seorang pengungsi Rohingya dan warga sekitar pengungsian di Bangladesh positif terjangkit Covid-19.

Kini, mungkin lebih dari 1.000 orang Rohingya masih terombang-ambing di lautan. Mereka berharap mendapatkan kehidupan layak di negara lain seperti Malaysia, Thailand dan Indonesia.

Kehidupan yang layak itu juga termasuk masa depan yang lebih baik dan pekerjaan yang mampu menghidupi mereka.

Orang-orang Rohingya selama ini terpaksa melakukan perjalanan sulit dan sangat berbahaya di lautan agar sampai ke Thailand dan Indonesia juga negara lainnya di Asia Tenggara.

Sayangnya, kondisi pandemi virus corona membuat banyak negara menutup perbatasan mereka.

Ratusan orang Rohingya tewas akibat kekurangan bahan pangan dan tidak bisa mengakses masuk melalui perbatasan karena ketatnya peraturan perbatasan di masa pandemi.

https://www.kompas.com/global/read/2020/05/16/231621370/terombang-ambing-nasib-rohingya-di-tengah-ketatnya-perbatasan-asia

Terkini Lainnya

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Global
Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Global
Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Global
Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke