Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Klan Mafia Italia Manfaatkan Situasi di Tengah Wabah Virus Corona

Tetapi, upacara pemakaman itu tak biasa. Puluhan undangan yang hadir memberikan penghormatan terakhir bagi tokoh Mafia setempat yang meninggal di usia 70 tahun.

Claudio Fava, presiden komite anti-mafia setempat, menyebut kabar itu sebagai "skandal memalukan, dan penghinaan bagi kerabat korban virus corona".

Pemakaman dilarang di Italia sejak awal Maret, sebagai bagian dari upaya lockdown pemerintah dalam mencegah penyebaran Covid-19.

Tetapi, larangan itu tak berpengaruh bagi mafia yang bercokol di sejumlah kawasan Negeri "Pizza", dilaporkan CNN Minggu (19/4/2020).

Baik pejabat anti-geng kriminal dan peneliti menyatakan, organisasi kejahatan itu memanfaatkan situasi di tengah wabah, terutama di kawasan selatan.

Setiap hari, mereka menyediakan kebutuhan bagi warga miskin, menawarkan kredit untuk usaha yang terancam bangkrut, dan berniat menyedot sebagian miliaran euro untuk paket stimulus.

Cabang mafia Italia paling kuat, 'Ndrangheta yang berbasis di Calabria, diyakini mengontrol 80 persen pasar kokaine di seluruh Eropa.

Bahkan ketika wabah Covid-19 menjangkiti 2,3 juta orang di seluruh dunia dan pengiriman dipersulit, organisasi itu diyakini masih diuntungkan.

Jurnalis Roberto Saviano, penulis Gomorrah: Italy's other Mafia, yang mengekspor mafia Camorra di Napes, memaparkan keuntungan apa yang didapat.

Dalam pandangan Saviano, organisasi kriminal tersebut mengambil keuntungan dari kurangnya pengawasan penegak hukum baik di pelabuhan maupun bandara.

"Siapa lagi yang akan mengawasi mereka?" tanya Saviano.

Eksploitasi kebutuhan akan uang

Kelompok mafia tersebut tidak saja beroperasi di ranah peredaran narkoba. Mereka bertindak lebih jauh dengan merasuki ke sendi ekonomi.

Anna Sergi dosen senior kriminologi Universitas Essex mengatakan, kegiatan tradisional kelompok itu seperti pemerasan mungkin terganggu selama wabah.

Mereka melihat kesempatan baru untuk menancapkan kejahatannya selama pandemi, dan diperkuat oleh keterangan kepala polisi Italia, Franco Gabrielli.

Gabrielli berujar, organisasi kriminal itu memanfaatkan lini yang tak tersentuh larangan lockdown: jaringan makanan, suplai obat, dan transportasi.

Saviano menerangkan, mafia berinvestasi di jasa rumah duka, binatu rumah sakit, jasa kebersihan, barang kebutuhan pokok, atau stasiun BBM.

"Lini-lini inilah yang menjadi portofolio mereka selama 10 tahun terakhir ini," ujar Saviano dalam wawancaranya dengan CNN.

Dengan menggunakan kekuatan finansialnya, 'Ndrangheta bisa mengeksploitasi masyarakat yang membutuhkan uang, atau mereka yang usahanya terancam.

"Di tengah pandemi, asosiasi kriminal bisa saja mengotori ekonomi, mengontrol perusahaan yang sebelumnya tidak bisa terinfiltrasi," kata Gabrielli.

Sergi memaparkan, berdasarkan krisis yang sudah-sudah, mafia bisa menarik uang mereka lebih cepat, dengan jaminan lebih rendah dari bank.

Meminjamkan uang ke orang yang membutuhkan, dan kemudian menguasai mereka merupakan taktik terbaik yang diperagakan organisasi tersebut.

Nicola Gratteri, kepala kantor jaksa penuntut di Catanzaro berkata, bisnis seperti restoran hingga hotel paling rentan diincar mereka.

Resesi terakhir pada 2008 bisa dijadikan sebagai perbandingan. Berdasarkan data dari grup anti-mafia seperti SOS Impresa, krisis tersebut membuat mafia menjadi bank terbesar.

SOS Impresa memaparkan, pada 2012 kelompok itu mempunyai likuiditas sebesar 65 miliar euro, atau Rp 1 triliun, dan menyebut aksi itu "darurat nasional".

Di saat bersamaan, banyak bank di Italia mengalami kesulitan, dan harus meminjam banyak dana kepada Bank Sentral Eropa.

Saviano menerangkan, dia meyakini likuiditas tersebut akan menjadi "pembeda" ketika wabah virus corona mencapai akhirnya.

"Mereka akan datang ke sebuah perusahaan dan berkata 'Kami takkkan membeli semuanya. Tapi kami akan memberimu uang sebagai ganti saham.' Ini yang akan mereka lakukan," terangnya.

Negara paralel

Pada akhir Maret, terdapat video viral pasangan menggedor pintu sebuah bank di Bari. "Kalian payah. Negara ini payah. Bagaimana kami akan hidup?" teriak mereka.

Gratteri menerangkan, teriakan seperti itu sangat diinginkan mafia. Mereka berusaha membangun kepercayaan dengan membantu warga miskin.

"Jika kita, negara, tidak bisa menunjukkan diri lebih efisien, maka mafia bisa menjadi panutan, dan sebagai balasannya, mereka berharap dipilih saat pemilu," ujar Gratteri.

Zora Hausen, peneliti organisasi kriminal di Universitas Oxford berkata, saat ini kelompok tersebut kembali ke inti bisnis mereka, jasa keamanan dan pemerintahan.

Salvo Palazzolo, jurnalis harian La Repubblica, memaparkan klan Casa Nostra di Palermo mencoba menunjukkan mereka adalah alternatif negara.

Pemerintah bukkannya tak paham dengan situasi tersebut, jika merujuk kepada surat yang ditulis Menteri Dalam Negeri Luciana Lamorgese.

Dalam suratnya, Lamorgese memperingatkan organisasi kriminal berusaha menggalang dukungan melalui publik yang terdampak.

https://www.kompas.com/global/read/2020/04/19/191019970/klan-mafia-italia-manfaatkan-situasi-di-tengah-wabah-virus-corona

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke