Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kebahagiaan dan Kelegaan Warga Wuhan Setelah Lockdown Virus Corona Dicabut

Sempat sunyi, stasiun kereta dan terminal bus penuh sesak oleh eksodus warga yang kembali menghirup udara bebas setelah 76 hari dikarantina.

Hao Mei, orangtua tunggal yang berasal dari kota tetangga Enshi, mengungkapkan dia ingin bertemu dua anaknya yang sudah dia tinggal.

Sebab, perempuan yang bekerja di sekolah memasak itu terjebak di Wuhan begitu lockdown untuk mencegah penyebaran virus corona diberlakukan Januari lalu.

"Anda tidak tahu! Saya sudah bangun dari pukul 04.00. Saya begitu senang. Anak saya juga senang karena ibu mereka pulang," kata Hao.

Dilansir AFP, ibu 39 tahun itu mengaku menangis setiap malam karena putrinya yang paling kecil masih berusia 10 tahun saat ditinggal.

Berdasarkan keterangan pemerintah setempat, sekitar 55.000 orang akan meninggalkan Wuhan menggunakan moda transportasi kereta.

Bus dan mobil juga mulai meninggalkan kota pada Rabu pagi setelah pembatas disingkirkan, dengan pencabutan itu terjadi tengah malam waktu setempat.

Lockdown pertama di dunia

Ibu kota Provinsi Hubei tersebut menjadi perhatian dunia setelah pada 23 Januari, China mengumumkan penutupan demi menanggulangi Covid-19.

Badan pengendalian penyakit China menyatakan, kemungkinan virus itu menular dari hewan liar ke manusia di Pasar Seafood Huanan.

Begitu Wuhan mengumumkan penutupan, kota lain di seantero Hubei mengkutinya. Membuat jutaan penduduknya terputus dari dunia.

Begitu Covid-19 itu menyebar ke seluruh dunia, sejumlah negara terpaksa menerapkan aturan kuno tersebut, membuat setengah umat manusia di rumah saja.

Di tengah korban, baik infeksi maupun meninggal, terus meningkat, kebijakan karantina massal itu mulai membuahkan hasil di Wuhan maupun kota lainnya di Negeri "Panda".

Dalam beberapa pekan terakhir, otoritas kesehatan setempat terus mengumumkan penurunan kasus penularan hingga kematian.

Partai Komunis, yang dituding lambat dalam merepons wabah serta tidak membeberkan angka sebenarnya, menyebut kebijakan itu sukses besar.

"Wuhan pantas jika disebut sebagai kota pahlawan." Demikian pengumuman yang disampaikan sistem pengeras suara salah satu stasiun kereta.

Yao, seorang pemuda 21 tahun yang bekerja di restoran Shanghai mengatakan, kota itu sudah membayar besar karena Covid-19.

"Kini, setelah lockdown dicabut, saya pikir kami semua pantas berbahagia," ujar pemuda yang tidak ingin nama panjangnya diungkapkan itu.

Pemerintah setempat melunakkan aturan sejak dua pekan lalu. Tapi, mereka baru benar-benar mantap mengumumkannya pada Rabu ini.

Sebabnya, terdapat ketakutan dari warga kota lain bahwa penduduk Wuhan masih membawa risiko menularkan virus dengan nama resmi SARS-Cov-2 itu.

Di stasiun kota Hankou, robot berseliweran menyemprotkan kaki penumpang dengan disinfektan, dan mengumumkan agar publik tetap mengenakan masker.

Kemudian penumpang juga harus melaporkan suhu tubuh mereka, dan memperoleh "tanda hijau" yang menandakan mereka sehat.

Kemudian warga Wuhan juga diperintahkan menjalani karantina di daerah tujuan asal mereka selama dua pekan guna mencegah gelombang kedua.

Harian pemerintah China, People's Daily, memperingatkan pencabutan lockdown bukan berarti mereka akan mengendurkan kewaspadaan mereka.

Pemerintah lokal menerangkan, sekolah masih tetap ditutup, dengan masih ada warga yang bahkan takut meninggalkan lingkungan rumah mereka.

https://www.kompas.com/global/read/2020/04/08/141533070/kebahagiaan-dan-kelegaan-warga-wuhan-setelah-lockdown-virus-corona

Terkini Lainnya

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Global
Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Global
Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Global
Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke