Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Jenggala, Perusahaan Lokal Bali Pembuat Piring KTT G20

KOMPAS.com - Berawal dari kebutuhan bisnis pribadi, Jenggala sukses menjadi pionir perusahaan peralatan makan keramik di Bali.

Tidak tanggung-tanggung, namanya juga sudah dikenal luas di Jepang dan berhasil mengekspor piring keramik ke banyak negara lainnya.

"Jadi kalau dibilang we are one of the first, ya kami yang pertama sebenarnya untuk industri keramik dan sangat konsisten. Komitmen bahwa kami memang by design menggunakan the art, culture, and nature Indonesia sebagai inspirasi," jelas Direktur Jenggala Aviadi Purnomo.

Jenggala mulai dirancang pada 1960-an. Awalnya, dua pendiri perusahaan ini, Wija Waworuntu dan Brent Hesselyn, mencoba membuat piring keramik sendiri.

Hotel bernama Tandjung Sari dan restoran di dalamnya, menjadi alasan kedua perancang tersebut berkolaborasi menciptakan piring keramik terbaik.

Sebab, saat itu hotel milik Wija membutuhkan peralatan makan sebagai alat saji hidangan di restorannya untuk menggantikan piring yang sudah pecah atau hilang.

Percobaan membuat piring keramik pun segera dilakukan. Keduanya mulai memanfaatkan oven roti di hotel sebagai alat pembakaran.

"Meskipun secara suhu kan gak bisa, tetapi secara bentuk sudah kelihatan. Akhirnya berawal dari situ mereka membuat piring sendiri dan dikategorikan stoneware," kata Avi saat dihubungi Kompas.com pada Selasa (22/11/2022).

Jenggala akhirnya secara resmi berdiri pada 1976 sebagai industri rumahan di Sanur, Bali dan kini dipimpin Ade Waworuntu sebagai presiden direktur.

Hotel Tandjung Sari mulai memakai peralatan makan keramik dari Jenggala di restorannya. Dari sinilah Jenggala berkembang.

Sebagian tamu yang datang ke hotel tersebut menanyakan piring keramik yang dipakai dan tertarik untuk membelinya.

Secara tidak langsung, kata Avi, Tandjung Sari menjadi etalase produk peralatan makan keramik Jenggala.

Perkembangan besar Jenggala terjadi pada 1980-an dan awal 1990-an. Waktu itu, mulai banyak hotel baru yang berdiri di Bali.

Mereka memesan piring keramik dari Jenggala. Perusahaan lokal ini mulai menerima banyak orderan.

1994 juga menjadi tahun pertama Jenggala mengglobal dengan melakukan ekspor piring keramik ke hotel di luar negeri. Salah satunya adalah Singapura.

"Kemudian pada 1995-1996, kami pindah ke lokasi sekarang di Jimbaran dengan tujuan memudahkan produksi. Mulai dari pembentukan sampai pembakaran di bawah satu atap. Lebih efisien," ujar Avi.

Kini Jenggala masih mengekspor ke beberapa negara, mulai dari Asia Tenggara hingga Timur Tengah.

Avi mengatakan, Jenggala saat ini memakai 50-60 persen material lokal untuk membuat peralatan makan keramik.

Sementara untuk pekerja di Jenggala, semuanya adalah warga Indonesia yang banyak di antaranya merupakan masyarakat Bali.

Selain piring keramik, Jenggala juga memproduksi peralatan makan dan minum lainnya, seperti teko dan gelas keramik, gelas kaca, aneka piring dan mangkuk sup, aksesoris meja dan kamar mandi, serta vas.

Harga satu produknya berkisar mulai puluhan ribu rupiah hingga jutaan rupiah.

Semua produk Jenggala sudah bersertifikat Standar Nasional Indonesia (SNI) dan International Standardization Organization (ISO) sehingga aman dipakai, dicuci, dan dimasukkan ke microwave.

Jenggala melayani pembelian produk langsung di dua retail miliknya yang berada di Jalan Uluwatu II, Jimbaran, Bali dan Jalan Sunset Nomor 1 Kuta, Bali.

Bisa juga membeli produknya melalui e-commerce dengan nama Jenggala Official Store.

Avi menyampaikan, Jenggala melayani pembelian custom dan kolaborasi dengan minimum order 200 buah.

Berusia puluhan tahun, Jenggala tidak hanya dipercaya hotel luar negeri. Beberapa pejabat negara Indonesia juga mengakui kualitasnya.

"Kami cukup sering dapat order dari Istana Negara. Sudah lama, mungkin dari zaman Ibu Mega. Untuk KTT G20 ini juga dihubungi Sekretaris Negara," tutur Avi.

Terbaru, Jenggala secara khusus memproduksi piring KTT G20 Bali. Jumlahnya 100 set untuk masing-masing acara, yakni pada makan siang dan makan malam.

Kesempatan ini diakui Avi menjadi kebanggaan sekaligus pembelajaran bagi Jenggala. Ada banyak respons positif yang didapatnya, khususnya dari media sosial.

"Ada salah satu peristiwa di balik proses membuat piringnya. Pelukis kami sempat kecelakaan tiga minggu sebelumnya," kata dia.

Nyoman Para, nama pelukis piring KTT G20 itu sempat ingin digantikan dengan pelukis lain, sebelum kabar baik datang.

Kondisi Para ternyata cepat pulih. Pelukis yang dikenal dengan hasil polesan natural ini pun tetap bisa berpartisipasi dalam pembuatan piring tersebut.

"Sekitar seminggu Pak Para recover dan dengan semangat pengin banget menyelesaikan on time. Satu kebanggaan juga bisa berkontribusi," pungkas dia.

  • Cerita Desainer Jenggala Rancang Peralatan Makan KTT G20
  • Arti Motif Piring di KTT G20, Batik Kawung Berbalut Emas 24 Karat

https://www.kompas.com/food/read/2022/11/24/153400575/mengenal-jenggala-perusahaan-lokal-bali-pembuat-piring-ktt-g20

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke