Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aidil Aulya
Dosen UIN Imam Bonjol Padang

Dosen UIN Imam Bonjol Padang

Relasi Seksual Dosen dan Mahasiswa

Kompas.com - 16/10/2023, 09:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Privasi di era kecanggihan teknologi hanya urusan teologis relasi Tuhan dan manusia. Itupun kadang dibocorkan dengan unjuk kesalehan di media sosial. Di luar relasi itu jangan pernah berharap ada privasi.

Beberapa perguruan tinggi membuat regulasi adab berkomunikasi dengan dosen di media sosial seperti whatsapp.

Apa sebabnya? Proses komunikasi yang dulu dilandasi dengan prinsip menghormati, berganti dengan pola komunikasi yang ringkas dan tanpa batas. Media sosial menghilangkan sekat-sekat formalitas.

Hilangnya sekat-sekat formalitas tidak bisa dinilai sebagai kemunduran. Justru di beberapa momentum, tembok-tembok formalitas harus dirobohkan.

Terkadang ditemukan dosen yang terlalu meng-Aku-kan diri dengan alasan-alasan formalitas dan birokrasi.

Hal tersebut bisa menghambat proses transformasi ilmu pengetahuan di perguruan tinggi. Jangan juga sampai kehilangan batas sehingga tidak jelas lagi pola relasi yang terbangun.

Setiap subjek di dunia perguruan tinggi bisa saling mengintai, menguntit, dan memata-matai. Oleh karena itu, butuh moralitas dalam bermedia sosial. Walaupun klise, pernyataan itu ada benarnya juga.

Perilaku mengikuti tren bermedia sosial menjadikan mahasiswa “mengonteni” hidupnya. Hal tersebut berpengaruh pada style mahasiswa berangkat ke kampus. Akhirnya kampus tak ubahnya menjadi area fashion show.

Dosen-dosen juga terperangkap dengan pola hidup ala media sosial. tidak heran jika ditemukan dosen yang menyampaikan materi ajarnya sambil merekam untuk kebutuhan konten.

Tidak ada yang salah jika diniatkan sebagai salah satu bentuk diseminasi ilmu pengetahuan.

Saya pernah menemukan konten Tiktok yang mem-posting seorang dosen muda sedang mengajar, lalu muncul komentar beberapa mahasiswi di konten tersebut, “wah, bapak ini menghangatkan rahim”. Apakah komentarnya lucu? Tidak, ini menjijikkan.

Pada akhirnya, sihir media sosial menyebabkan interaksi dosen dan mahasiswa menjadi cair. Di satu sisi, ini merupakan kemajuan pola komunikasi yang meruntuhkan tembok-tembok birokrasi kampus.

Di sisi lain, cairnya interaksi dosen dan mahasiswa di media sosial dijadikan peluang untuk saling mengenal untuk “kebutuhan” nonakademik.

Padahal perguruan tinggi dibuat dan dijadikan alat untuk kebutuhan-kebutuhan akademik. Perguruan tinggi adalah forum intelektual tertinggi. Harapannya!

Perguruan tinggi harusnya menjadi tempat persemaian benih-benih ideologis, bukan benih-benih biologis terlarang.

Kampus harus kembali dikembalikan pada khitahnya sebagai lembaga pendidikan tertinggi yang menyandang moralitas atas nama dan demi ilmu pengetahuan.

Tindakan lacur seharusnya tidak mendapat tempat di perguruan tinggi. Itupun kalau kita sepakat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com