Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aidil Aulya
Dosen UIN Imam Bonjol Padang

Dosen UIN Imam Bonjol Padang

Relasi Seksual Dosen dan Mahasiswa

Kompas.com - 16/10/2023, 09:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PERGURUAN tinggi kembali mendapatkan sorotan tajam karena kasus perselingkuhan. Belum lama setelah tersibaknya pelbagai kasus kekerasan seksual di dunia perguruan tinggi, kali ini dunia pendidikan tinggi dihebohkan peristiwa salah seorang dosen yang selingkuh dengan mahasiswa.

Nahasnya, peristiwa ini justru terjadi di lingkungan perguruan tinggi keagamaan di Lampung.

Terungkapnya kasus perselingkuhan dosen dan mahasiswa di Lampung tersebut hanya puncak gunung es.

Menggunakan telaahan model iceberg theory, peristiwa tersebut memiliki banyak lapisan yang melatarbelakanginya. Kita tidak bisa berkomentar banyak karena tidak tahu detail mendalam kasus tersebut.

Namun, kasus tersebut merupakan starting point untuk menelaah pola relasi dosen dan mahasiswa.

Saya hanya akan menarasikan soal relasi seksual antara dosen dan mahasiswa yang didasarkan pada consent (persetujuan), bukan soal kekerasan seksual.

Tingginya angka kekerasan seksual di kampus merupakan masalah lain yang tidak kalah kompleksnya. Menurut Komnas Perempuan, perguruan tinggi menempati urutan pertama dalam kasus kekerasan seksual di lingkungan pendidikan pada periode 2015-2021.

Komnas Perempuan menilai bahwa kekerasan seksual yang terjadi di kampus disebabkan relasi kuasa yang terbangun antara dosen dan mahasiswa.

Relasi kuasa merupakan teori yang ajek untuk digunakan dalam melihat peristiwa seksual di kampus. Relasi kuasa memiliki kebenaran argumennya tersendiri, namun relasi kuasa bukan satu-satunya faktor.

Relasi kuasa memang lebih tepat digunakan untuk menyoroti persoalan kekerasan seksual, tapi bukan aktivitas seksual yang terjadi akibat persetujuan alamiah.

Relasi dosen dan mahasiswa merupakan relasi yang kompleks dan cenderung berpeluang dieksploitasi untuk bermacam kebutuhan, termasuk seksualitas.

Intimnya hubungan dosen dan mahasiswa merupakan efek dari paradigma kebebasan yang dianut oleh perguruan tinggi.

Walaupun kebebasan akademik sedang mendapat tantangan berat dari politik kekuasaan, tapi itulah mantra saktinya dunia perguruan tinggi.

Peristiwa di Lampung merupakan tamparan tak terhitung yang dihadapi oleh perguruan tinggi. Kebijakan-kebijakan yang mengatur relasi dosen dan mahasiswa telah dirumuskan, namun sampai sekarang persoalan tersebut masih tetap ada.

Kebijakan acapkali memiliki ruang kosong yang bisa dijadikan celah untuk berperilaku binal. Belum lagi kebijakan tersebut kadang tidak aplikatif sehingga hanya menambah tumpukan aturan perguruan tinggi.

Alih-alih menjadi berkurang, justru perilaku seksual tidak bermoral antara dosen dan mahasiswa semakin menjadi-jadi walaupun aturannya sudah tegas.

Relasi dosen dan mahasiswa yang menyimpang merupakan buah dari aturan tentang dosen yang tidak pernah teratur untuk diterapkan.

Tidak teraturnya bukan soal instrumen hukum yang tidak lengkap, tapi pada ranah aplikatifnya. Siapa yang bisa mengatur dosen? Itu narasi yang berlaku lumrah dalam kehidupan dosen.

Secara regulasi, pertemuan antara dosen dan mahasiswa secara individual dibatasi oleh aturan.

Misalnya, Permendikbud No. 30 tahun 2021 mengatur tentang pembatasan pertemuan antara dosen dalam beberapa hal, yaitu: di luar area kampus, di luar jam operasional kampus, dan atau untuk kepentingan lain selain proses pembelajaran tanpa persetujuan pihak kampus.

Transformasi gaya komunikasi

Mencairnya hubungan dosen dan mahasiswa dalam soal-soal non akademik disebabkan perkembangan teknologi dan kecepatan akses komunikasi.

Mahasiswa tidak lagi segan untuk masuk ke ranah-ranah privasi dosennya dan begitu juga sebaliknya. Pertukaran informasi pribadi dilakukan di media sosial sehingga satu sama lain saling menguntit.

Penguntitan (stalking) sebagai upaya membangun relasi dosen dan mahasiswa bisa dimaknai dalam dua hal.

Pertama, penguntitan itu merupakan upaya membangun relasi formal antara dosen dan mahasiswa. Kita harus mengenali rekam jejak pengajar dan orang yang diberikan pengajaran.

Tujuannya untuk mengetahui kecenderungan pemikiran dan gagasan-gagasan utama apa yang dimiliki masing-masing subjek. Relasi ini bisa dimaknai positif.

Kedua, penguntitan yang dilakukan dalam upaya membangun relasi informal. Relasi ini dibangun dengan tujuan khusus yang bermakna umum.

Relasi informal bisa dimaknai ganda, positif atau negatif. Keinginan untuk mengetahui kehidupan pribadi orang lain sangat bergantung pada intensi.

Intensi sangat dipengaruhi otak subjeknya. Jika relasi informal dibangun untuk kepentingan libido seksualitas, maka kebinalan itu sudah dimulai dari hasil kerja otaknya.

Hasilnya adalah perbuatan-perbuatan binal. Baik itu dari dosen ataupun mahasiswanya. Akan tetapi, ini tidak berlaku hanya untuk sivitas akademik, ini hukum otak manusia pada umumnya.

Stalking media sosial merupakan hal lumrah yang tidak bisa dibatasi. Sekali saja seseorang memantakkan dirinya di media sosial, artinya dia harus siap dengan konsekuensi publik. tidak ada privasi dalam media sosial.

Privasi di era kecanggihan teknologi hanya urusan teologis relasi Tuhan dan manusia. Itupun kadang dibocorkan dengan unjuk kesalehan di media sosial. Di luar relasi itu jangan pernah berharap ada privasi.

Beberapa perguruan tinggi membuat regulasi adab berkomunikasi dengan dosen di media sosial seperti whatsapp.

Apa sebabnya? Proses komunikasi yang dulu dilandasi dengan prinsip menghormati, berganti dengan pola komunikasi yang ringkas dan tanpa batas. Media sosial menghilangkan sekat-sekat formalitas.

Hilangnya sekat-sekat formalitas tidak bisa dinilai sebagai kemunduran. Justru di beberapa momentum, tembok-tembok formalitas harus dirobohkan.

Terkadang ditemukan dosen yang terlalu meng-Aku-kan diri dengan alasan-alasan formalitas dan birokrasi.

Hal tersebut bisa menghambat proses transformasi ilmu pengetahuan di perguruan tinggi. Jangan juga sampai kehilangan batas sehingga tidak jelas lagi pola relasi yang terbangun.

Setiap subjek di dunia perguruan tinggi bisa saling mengintai, menguntit, dan memata-matai. Oleh karena itu, butuh moralitas dalam bermedia sosial. Walaupun klise, pernyataan itu ada benarnya juga.

Perilaku mengikuti tren bermedia sosial menjadikan mahasiswa “mengonteni” hidupnya. Hal tersebut berpengaruh pada style mahasiswa berangkat ke kampus. Akhirnya kampus tak ubahnya menjadi area fashion show.

Dosen-dosen juga terperangkap dengan pola hidup ala media sosial. tidak heran jika ditemukan dosen yang menyampaikan materi ajarnya sambil merekam untuk kebutuhan konten.

Tidak ada yang salah jika diniatkan sebagai salah satu bentuk diseminasi ilmu pengetahuan.

Saya pernah menemukan konten Tiktok yang mem-posting seorang dosen muda sedang mengajar, lalu muncul komentar beberapa mahasiswi di konten tersebut, “wah, bapak ini menghangatkan rahim”. Apakah komentarnya lucu? Tidak, ini menjijikkan.

Pada akhirnya, sihir media sosial menyebabkan interaksi dosen dan mahasiswa menjadi cair. Di satu sisi, ini merupakan kemajuan pola komunikasi yang meruntuhkan tembok-tembok birokrasi kampus.

Di sisi lain, cairnya interaksi dosen dan mahasiswa di media sosial dijadikan peluang untuk saling mengenal untuk “kebutuhan” nonakademik.

Padahal perguruan tinggi dibuat dan dijadikan alat untuk kebutuhan-kebutuhan akademik. Perguruan tinggi adalah forum intelektual tertinggi. Harapannya!

Perguruan tinggi harusnya menjadi tempat persemaian benih-benih ideologis, bukan benih-benih biologis terlarang.

Kampus harus kembali dikembalikan pada khitahnya sebagai lembaga pendidikan tertinggi yang menyandang moralitas atas nama dan demi ilmu pengetahuan.

Tindakan lacur seharusnya tidak mendapat tempat di perguruan tinggi. Itupun kalau kita sepakat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com