Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Crimson Education: Membidik Universitas Bergengsi Internasional Tak Cukup Hanya Nilai

Kompas.com - 16/12/2022, 11:09 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Melanjutkan studi ke luar negeri, khususnya ke universitas kelas dunia seperti Universitas Oxford, Universitas Cambridge, MIT, Universitas Stanford, atau Universitas Columbia dan Universitas Yale yang termasuk jajaran Ivy League merupakan cita-cita banyak pelajar Indonesia.

Namun, berhasil melewati seleksi super kompetitif yang diikuti puluhan ribu pelajar dari seluruh belahan dunia bukanlah perkara mudah. Pasalnya, tahapan seleksi universitas-universitas kelas dunia tidak hanya panjang, tetapi juga mensyaratkan standar yang tinggi.

Standar yang tinggi bukan berarti hanya mahasiswa yang luar biasa cerdas yang dicari, karena sesungguhnya prestasi akademis saja tidak cukup untuk menjamin keberhasilan calon mahasiswa diterima di universitas-universitas kelas dunia.

 

Berbeda dengan sistem pendidikan Indonesia yang mengutamakan pencapaian akademis, sistem pendidikan di Amerika Serikat (AS) dan Inggris yang menaungi sebagian besar universitas kelas dunia cenderung bersifat holistik.

Dengan pendekatan holistik inilah calon mahasiswa akan dinilai admissions o?cer (petugas seleksi universitas) secara utuh sebagai seorang individu yang memiliki minat, bakat, dan karakter yang unik.

 

Dari penilaian tersebut, admissions o?cer kemudian dapat mempertimbangkan nilai dan manfaat yang dapat calon mahasiswa tersebut kontribusikan kepada universitas pilihannya.

Mempersiapkan nilai dan profil

Menurut Vanya Sunanto, Country Manager, Indonesia di Crimson Education, konsultan pendidikan yang menyediakan bimbingan seleksi penerimaan universitas internasional, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan siswa yang ingin menembus kampus internasional, antara lain:

Baca juga: Ini 5 Universitas Luar Negeri yang Banyak Diincar Mahasiswa Indonesia

1. Menjaga nilai rapor

Untuk menembus universitas-universitas seperti Ivy League, Stanford, MIT, Oxford, atau Cambridge, kelas 9 atau setara dengan kelas 3 SMP adalah waktu yang paling ideal bagi pelajar Indonesia untuk mulai mempersiapkan diri.

Sebagai langkah awal, mulailah dengan menjaga nilai rapor agar tetap baik, sembari mengeksplorasi kegiatan di luar sekolah yang diminati, misalnya kompetisi debat berbahasa Inggris, kompetisi Model United Nations (simulasi sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa), atau kursus coding (pemrograman),” papar Vanya Sunanto.

2. Memperkuat profil ekstrakurikuler

Di mata admissions o?cer, pro?l ekstrakurikuler yang kuat tidak hanya menandakan kesungguhan siswa dalam bidang yang ia minati, tetapi juga bukti komitmen dan konsistensi siswa dalam mengembangkan bakatnya tanpa mengabaikan pencapaian akademisnya.

Sayangnya, hal ini kerap luput dari perhatian pelajar Indonesia. Vanya Sunanto mengakui, hal ini disebabkan oleh persepsi kegiatan ekstrakurikuler di Indonesia dengan di Amerika Serikat dan Inggris memang berbeda, tetapi bukan berarti pelajar Indonesia memiliki kesempatan yang kecil untuk dapat melanjutkan studinya di kedua negara tersebut.

“Pengembangan pro?l ekstrakurikuler harus dimulai dari eksplorasi minat dan bakat siswa, karena kegiatan yang dilakukan dengan sepenuh hati dapat membuahkan dampak yang positif.

Pro?l yang solid tidak berarti sang siswa harus menjadi siswa segala bisa, ia hanya perlu mendalami dua atau tiga kegiatan yang berkesinambungan dan mendemonstrasikan nilai-nilai kepemimpinan di dalamnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com