Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

For The Love of Tennis: Sentuhan Berarti Martina Widjaja Pada Tenis

Kompas.com - 01/09/2022, 12:38 WIB
Andia Christy,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

Penggarapan buku ini sendiri dilakukan penuh rahasia selama 5 bulan terhitung sejak Maret 2022.

Wawancara dilakukan secara apa adanya, tanpa ada keinginan untuk menuntut pujian dan kata-kata indah tentang Martina.

"Kita wawancara apa adanya, silakan. Mau kritik, mau apa karena memang kita mau gali itu. Kita nggak ingin nutupin. Oh, ini harus bagus, harus ini, muji-muji," jelas Ari.

Baca juga: Komisi X DPR: Kemendikbud Harus Cermat Susun Materi Buku Sekolah

Ari menambahkan, kesulitan terbesar ialah banyak pihak yang merasa disentuh oleh Martina. Sulit untuk mengerucutkan atau memilih siapa saja yang bisa diwawancarai untuk berbagi cerita karena akses yang tidak mudah.

Sampai pada akhirnya, mereka memilih 80 narasumber, sesuai dengan umur Martina yang tepat berulang tahun ke-80.

Ikatan batin yang terjadi

Ari menjelaskan betapa proses sebelum penulisan, wawancara, hingga akhirnya dirillis ini semua dilihat seperti sudah ada ikatan batin.

Keempat penulis buku dulunya merupakan reporter-reporter olahraga tenis beberapa media di Indonesia.

Mereka, seperti Ari, telah mengikuti seluruh perjalanan Martina sejak tahun 1987 hingga 2010.

Keempat penulis sudah lama tidak berhubungan dengan Martina, sampai akhirnya Paquita Widjaja (anak kedua Martina) menghubungi mereka.

"Saya melihat ini sudah ada ikatan batin," Ari menekankan penuh dengan semangat dan keyakinan.

Baca juga: Buku Terbaru Naura Ayu, Bahas Overthinking hingga Bullying

Visi dan tindakan Martina yang menjadi inspirasi bagi orang-orang di sekitarnya

Dua periode Martina mencetak sejarah sebagai wanita pertama yang menjabat sebagai Ketua Umum PELTI.

Bahkan, ketika dia sudah berakhir tetap ada yang meminta Martina melanjutkan, meski akhirnya dia menolak.

Martina tidak melihat gemerlapnya kekuasaan yang ada, tetapi kedekatan personal dengan seluruh instrumen organisasi tenis Indonesia.

"Kita memang membutuhkan sosok seperti Bu Martina di cabang-cabang yang lain. Ia tidak hanya mencintai, tapi menggeluti sehingga tahu problem daripada cabang olahraga yang dipimpin itu," pesan Ari.

Baca juga: Kemendikbud Buka Akses Masyarakat Beri Koreksi untuk Buku Pelajaran, Ini Caranya

Ketika diwawancarai usai acara ulang tahun dan perilisan bukunya pun, Martina mengungkapkan betapa terharunya ia karena banyak orang telah menyediakan waktu.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com